Rabu, 23 Mei 2018

Suasana Batin




                                                                       Suasana Batin    
                                                                oleh ; Febri Satria Yazid           


Menyamankan suasana batin adalah sangat penting ,batin yang tenang adalah hal yang menankjubkan . Bayangkan ketika batin tidak tenang, penuh pikiran dan berkeliaran dapat berdampak pada diri kita dan pada titik tertentu dapat masuk dalam suasana batin neqatif. Lantas hal apa yang dapat menenangkan diri kita ? Jawabnya adalah kebaikan , kebaikan dapat menenangkan segalanya dan dalam ketenangan itu kita terbebas dari tirani pikiran dan rasa sakit. Keadaan batin kita merebaki apapun obyek yang sedang kita hadiri dengan sifat yang sesuai dengan keadaan batin. Ciri napas merupakan cerminan yang bagus dari batin. Jika kita tegang, nafas ikut tegang. Jika kita marah, napas sangat dangkal dan cepat. Begitu kita mencapai napas yang menyenangkan, merupakan indikator bahwa kita telah berada di jalur kita dan kita menjadi tenteram, batin tidak lagi dipenuhi dengan rasa kengerian, lalu kita mengalami waktu yang palng indah dalam hidup kita ( Ajahn Brahm ).
Kita sudah uraian bagaimana pentingnya menjaga dan mengawal batin karena batin dapat merebaki apapun obyek sementara bisa jadi kita masih binggung apa sebetulnya batin itu ? . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , Batin adalah sesuatu yg terdapat di dalam  hati; sesuatu yg menyangkut jiwa (perasaan hati dan seb), menceritakan apa yg terasa di dalamnya,  sesuatu yg tersembunyi (gaib, tidak kelihatan), sukar mengetahui (mengukur).
Batin terdapat di dalam hati, lalu akan muncul pertanaan selanjutnya ; apa itu hati ?. Dalam konteks spiritual , menurut kamus besar bahasa Indonesia hati adalah  sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian (perasaan dan sebagainya). Dan diyakini pada tiap individu terdapat hati nurani yaitu hati yang telah mendapat cahaya Ilahi , perasaan hati yang murni dan yang sedalam-dalamnya yang berisi kebaikan. Dalam hadits Nu`man bin Basyir bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
"Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka seluruh tubuh juga baik. Jika segumpal daging itu rusak, maka seluruh tubuh juga rusak. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati". (HR Muslim, no. 1599. Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Bukhari, at-Tirmidzi, an-Nasâ`i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, dan ad-Darimi, dengan lafazh yang berbeda-beda namun maknanya sama. Hadits ini dimuat oleh Imam an-Nawawi dalam Arba’in an-Nawawiyah, hadits no. 6, dan Riyadhush-Shalihin, no. 588)
Dipahami sebagai sesuatu yang tak dapat dilihat secara visual (intangible) atau lebih dekat dengan kata jiwa. Boleh jadi , segumpal  daging itu merupakan ungkapan sebuah metafora (majazi) bukan ungkapan sesungguhnya (haqiqi). Pemahaman ini selaras dengan ungkapan "Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat" (Mens sana in corpore sano, Latin). Dari sini kita dapat melihat bahwa 'hati' bermakna ambigu. Karena dapat dimaknai secara benda fisik, dapat pula dimaknai secara abstrak.
Terlepas dari makna yang ambigu, yang terpenting kita pahami bagaimana mekanisme dalam diri kita dalam proses mencapai ketenangan batin, dapat jalani kehidupan dengan suasana batin yang nyaman. Sangat sedikit orang yang bisa membuat batin mereka hening dan tentram, jadilah salah satu dari yang segelintir itu . (FSY)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar