SALAH DAN BENAR
Oleh ; Febri Satria
Yazid
Menurut kamus besar bahasa
Indonesia , kata salah mempunyai
pengertian tidak benar, keliru , khilaf ,menyimpang dari yang
seharusnya. Sementara itu kata benar
mempunyai arti sebagaimana harusnya , betul atau tidak salah.
Menyatakan suatu peristiwa salah
atau benar tentu harus menggunakan tolok ukur yang sama agar tidak terjadi
penilaian yang berbeda terhadap suatu kejadian yang kita alami, sering kita mendengar pernyataan ‘ kadang-kadang kita berpikir semuanya salah , namun kita
tidak menyadari bahwa Allah Swt mengatur segalanya dengan baik ‘ dan pada sisi lain sering juga kita mendengar atau membaca pernyataan bahwa salah dan benar itu relatif
Apa betul pernyataan yang
menyatakan bahwa salah dan benar itu relatif ?. Mereka yang membenarkan
pernyataan itu mempunyai alasan bahwa salah atau benar erat kaitannya dengan
aturan hukum nilai-nilai budaya
setempat. Apa yang salah di suatu daerah /tempat bisa jadi hal yang biasa dan
benar menurut daerah lain, misalnya hidup bersama tanpa ikatan pernikahan di
bebarapa Negara tidak dinilai salah dan sah-sah saja,atau ada juga contoh lain melakukan 'cipika cipiki' jika bertemu dengan saudara atau teman yang bukan muhrim , yang tadinya tabu bagi seseorang , menjadi hal yang lumrah saja akibat kebiasaan .
Perbedaan penilaian atas suatu
kejadian berbeda akibat tolok ukur dan aturan yang digunakan berbeda. Jika
demikian halnya tentu bagi umat Muslim pernyataan bahwa salah atau benar itu relatif
tidaklah berlaku,karena bagi umat Islam setiap tindakan yang dilakukan manusia
disimpulkan salah atau benar mengaju kepada kitab suci Al-quran ,sehingga tidak
ada yang menjadi abu-abu apalagi dapat diputar balik yang salah menjadi benar
atau sebaliknya , karenanya Al-quran disebut juga Al-furqan yang jika diartikan
ke dalam Bahasa Indonesia adalah pembeda ( salah atau benar ).Maha suci Allah
yang telah menurunkan Al-furqan (
Al-quran) kepada hambaNya , agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh
alam (QS 25;1).
Terjadinya perang
pemikiran ( ghouzul fikri ) yang dilancarkan dari media kepada masyarakat ,jika
sampai kepada lapis masyarakat yang rapuh pemahaman agamanya akan mengakibatkan
terjadinya pembiasan terhadap nilai-nilai salah dan benar. Kehidupan
hedonis ,pergaulan bebas, minum khamar
dan berjudi yang pada awalnya mereka
ketahui tidak sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia ,bisa terkikis dengan
perlahan disebabkan oleh perang pemikiran tersebut.
Peperangan fisik tidak lagi
menjadi cara yang ampuh untuk menghancurkan tatanan kehidupan yang benar ,
perang pemikiran telah menjadi pilihan untuk memasukkan paham-paham tertentu
agar masyarakat mengikuti apa yang benar menurut mereka dan Allah Swt
menjelaskan bahwa hati nurani manusia itu mudah berubah , kadangkala di jalan
yang benar dan adakalanya khilaf ,’Dan Kami bolak-balik hati dan penglihatan
mereka ‘ (QS Al-An’am ; 10) dan hanya dengan berpegang kepada Al-quran sebagai
petunjuk kehidupan manusia mampu memenangkan perang pemikiran . (FSY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar