Sabtu, 19 Mei 2018

Menyikapi Peristiwa Kehidupan


Menyikapi Peristiwa Kehidupan
Oleh : Febri Satria Yazid

Banyak kita baca tulisan di berbagai media ,baik cetak, elektronik maupun media sosial lainnya yang membahas tentang hubungan sang Khalik dengan hambanya ,mencoba menafsirkan maksud-maksud Allah SWT dalam  setiap peristiwa hidup yang dialami manusia, yang intinya agar pada kondisi apapun manusia senantiasa dapat melihat sisi – sisi positif, sabar jika dihadapkan pada kondisi yang menurut manusia tidak menyenangkan ,mengokohkan dirinya untuk memikul beban perjalanannya dan tidak lepas kendali saat  diberi nikmat , dapat menerima suatu kejadian hidup dengan sikap ridho kepada   Allah SWT. “ Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu,padahal itu buruk bagimu . Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui” (QS 2;216)
Dalam menyikapi peristiwa –peristiwa kehidupan tersebut , terdapat dua aliran akidah yang diyakini manusia   yaitu alirah Jabariah dan aliran Qadariah .Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti ikatan, at-tautsiiqu (التَّوْثِيْقُ) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (اْلإِحْكَامُ) yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (الرَّبْطُ بِقُوَّةٍ) yang berarti mengikat dengan kuat.Sedangkan menurut istilah (terminologi), akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.
Aliran Jabariah di asaskan oleh Al-Ja’du bin Dirham dan diteruskan oleh Jahm bin Safuan. Golongan ini mengatakan segala-galanya yang berlaku dan dilakukan oleh manusia berdasarkan Qadar dan ketetapan Allah. Segala perbuatan manusia, sama ada baik atau buruk adalah dari Allah sepenuhnya,sebagaimana firman Allah: Dan janganlah engkau berkata mengenai sesuatu (yang hendak dikerjakan): Bahwa aku akan lakukan yang demikian itu, kemudian nanti, melainkan (hendaklah disertakan berkata)  InsyaAllah. (Surah Al-Kahfi 23 dan 24)
Manusia melakukan sesuatu secara terpaksa, dimana bagi mereka manusia diumpamakan seperti bulu atau kapas di udara  yang hanya di tiup dan dibawa  ke mana saja  tanpa usahanya langsung. Dalil yang menjadi pegangan mereka ialah firman Allah: Maka bukankah kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah lah yang menyebabkan pembunuhan mereka. Dan bukanlah engkau(wahai Muhammad SAW) yang melemparkan ketika engkau meleparkan, akan tetapi Allah-lah yang melempar (untuk membinasakan orang-orang kafir).surah 8:17. Aliran ini menyerahkan segala-galanya terus kepada Allah SWT   baik atau buruknya
Aliran Qadariyah muncul di Basrah dengan membahas dan membawa beberapa pemahaman  akidah sekaligus berkaitan Qadar Allah,mereka menafikan Qadar Allah atau campur tangan kuasa dan perbuatan Allah terhadap segala perbuatan manusia.Prinsip akidah mereka yang utama ialah, manusia mempunyai kuasa dan kebebasan penuh untuk melakukan sesuatu, seperti, beriman atau kufur. Landasan pemikiran mereka adalah firman Allah SWT ; Maka siapa yang mau beriman, hendaklah ia beriman; dan siapa yang mau kufur atau  ingkar, biarlah ia menginkarinya. (Surah  18:29). Allah tidak menjadikan perbuatan manusia, bahkan manusia itu sendiri bebas bertindak. Dalil yang mereka jadikan  pegangan adalah  firman Allah : Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. (Surah Al-Ra’d :11).Aliran Qadariyah tersebut membawa  manusia bebas bertindak dan melakukan apa saja yang ia kehendaki tanpa terikat dengan kuasa Allah. (Muhammad Nazirul Bin Mohamad Musidi).
Lantas dengan adanya dua aliran akidah dalam menyikapi suatu peristiwa kehidupan yang dialami manusia, manakah yang benar? Jabariyah dan Qadariyah  memperlihatkan paham yang saling bertentangan sekalipun  sama-sama berpegang pada Alquran. Hal ini menunjukkan betapa terbukanya kemungkinan perbedaan pendapat dalam Islam. Manusia memiliki kebebasan melakukan hal yang diyakini benar dan kelak manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas putusannya memilih.
Manusia adalah pelaku kebaikan dan juga keburukan, keimanan dan juga kekufuran, ketaatan dan juga ketidaktaatan dan Allah SWT tidak  membebani manusia melebihi kemampuannya ( QS 2; 286). Bisa jadi kelak Allah SWT akan memintai pertanggungjawaban kepada setiap manusia disesuaikan dengan kapasitas dan kapabilitas yang masing-masing manusia miliki dalam memahami ajaran yang diturunkan Allah SWT.(FSY)



1 komentar:

  1. Saya tidak bernisbat pada salah satu aliran tersebut diatas, tapi yang pasti kedua pemikiran dalam paham tersebut saya yakini kebenarannya berdasarkan kasus kehidupan yg telah dijalani.
    Contoh kasus, saya ada beberapa kali melakukan aktivitas berbahaya (tanpa sengaja), dimana kalau menurut akal sehat manusia saya harusnya sudah mati, namun yg terjadi adalah sesuatu yg diluar nalar, saya masih hidup dan terheran-heran sambil bicara dalam hati "kok bisa?".
    Saya ber kesimpulan bahwa sesungguhnya ada dzat yg mengendalikan kehidupan saya, artinya karena Dia sudah mencatatkan dimana, pabila, dan bagaimana cara saya menghadap Nya makanya sy masih ada disini.
    Disisi lain, saya juga percaya kondisi ke kurang beruntungan (berdasarkan nilai yg dianut manusia secara umum) yang saya alami adalah karena ketidak mampuan dan tidak maksimalnya upaya yg saya lakukan, dan pada kondisi ini saya percaya bahwa tidak ada campur tangan Tuhan, saya tidak tau apakah pemikiran seperti ini timbul karena sy sudah terkontaminasi kaum liberal Allahua'lam, karena bagi mereka ada konsep: You will get what you have done.

    BalasHapus