Menyikapi Peristiwa Kehidupan
Oleh : Febri Satria Yazid
Banyak kita baca tulisan
di berbagai media ,baik cetak, elektronik maupun media sosial lainnya yang
membahas tentang hubungan sang Khalik dengan hambanya ,mencoba menafsirkan maksud-maksud
Allah SWT dalam setiap peristiwa hidup
yang dialami manusia, yang intinya agar pada kondisi apapun manusia senantiasa
dapat melihat sisi – sisi positif, sabar jika dihadapkan pada kondisi yang
menurut manusia tidak menyenangkan ,mengokohkan dirinya untuk memikul beban
perjalanannya dan tidak lepas kendali saat diberi nikmat , dapat menerima suatu kejadian
hidup dengan sikap ridho kepada Allah
SWT. “ Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi
pula kamu menyukai sesuatu,padahal itu buruk bagimu . Allah mengetahui
sedangkan kamu tidak mengetahui” (QS 2;216)
Dalam menyikapi peristiwa
–peristiwa kehidupan tersebut , terdapat dua aliran akidah yang diyakini
manusia yaitu alirah Jabariah dan aliran Qadariah
.Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti
ikatan, at-tautsiiqu (التَّوْثِيْقُ) yang berarti kepercayaan atau keyakinan
yang kuat, al-ihkaamu (اْلإِحْكَامُ) yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan
ar-rabthu biquw-wah (الرَّبْطُ بِقُوَّةٍ) yang berarti mengikat dengan kuat.Sedangkan
menurut istilah (terminologi), akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang
tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.
Aliran Jabariah di
asaskan oleh Al-Ja’du bin Dirham dan diteruskan oleh Jahm bin Safuan. Golongan
ini mengatakan segala-galanya yang berlaku dan dilakukan oleh manusia berdasarkan
Qadar dan ketetapan Allah. Segala perbuatan manusia, sama ada baik atau buruk
adalah dari Allah sepenuhnya,sebagaimana firman Allah: Dan janganlah engkau
berkata mengenai sesuatu (yang hendak dikerjakan): Bahwa aku akan lakukan yang
demikian itu, kemudian nanti, melainkan (hendaklah disertakan berkata) InsyaAllah. (Surah Al-Kahfi 23 dan 24)
Manusia melakukan sesuatu secara
terpaksa, dimana bagi mereka manusia diumpamakan seperti bulu atau kapas di
udara yang hanya di tiup dan dibawa ke mana saja
tanpa usahanya langsung. Dalil yang menjadi pegangan mereka ialah firman
Allah: Maka bukankah kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah lah yang
menyebabkan pembunuhan mereka. Dan bukanlah engkau(wahai Muhammad SAW) yang
melemparkan ketika engkau meleparkan, akan tetapi Allah-lah yang melempar
(untuk membinasakan orang-orang kafir).surah 8:17. Aliran ini menyerahkan
segala-galanya terus kepada Allah SWT baik atau buruknya
Aliran Qadariyah muncul
di Basrah dengan membahas dan membawa beberapa pemahaman akidah sekaligus berkaitan Qadar Allah,mereka
menafikan Qadar Allah atau campur tangan kuasa dan perbuatan Allah terhadap
segala perbuatan manusia.Prinsip akidah mereka yang utama ialah, manusia
mempunyai kuasa dan kebebasan penuh untuk melakukan sesuatu, seperti, beriman
atau kufur. Landasan pemikiran mereka adalah firman Allah SWT ; Maka siapa yang
mau beriman, hendaklah ia beriman; dan siapa yang mau kufur atau ingkar, biarlah ia menginkarinya. (Surah 18:29). Allah tidak menjadikan perbuatan
manusia, bahkan manusia itu sendiri bebas bertindak. Dalil yang mereka
jadikan pegangan adalah firman Allah : Sesungguhnya Allah tidak
mengubah apa yang ada pada sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada
pada diri mereka sendiri. (Surah Al-Ra’d :11).Aliran Qadariyah tersebut membawa
manusia bebas bertindak dan melakukan
apa saja yang ia kehendaki tanpa terikat dengan kuasa Allah. (Muhammad Nazirul
Bin Mohamad Musidi).
Lantas dengan adanya dua
aliran akidah dalam menyikapi suatu peristiwa kehidupan yang dialami manusia,
manakah yang benar? Jabariyah dan Qadariyah memperlihatkan paham yang saling bertentangan
sekalipun sama-sama berpegang pada Alquran. Hal ini menunjukkan betapa
terbukanya kemungkinan perbedaan pendapat dalam Islam. Manusia memiliki
kebebasan melakukan hal yang diyakini benar dan kelak manusia akan dimintai
pertanggungjawaban atas putusannya memilih.
Manusia adalah pelaku kebaikan dan
juga keburukan, keimanan dan juga kekufuran, ketaatan dan juga ketidaktaatan
dan Allah SWT tidak membebani manusia
melebihi kemampuannya ( QS 2; 286). Bisa jadi kelak Allah SWT akan memintai
pertanggungjawaban kepada setiap manusia disesuaikan dengan kapasitas dan
kapabilitas yang masing-masing manusia miliki dalam memahami ajaran yang
diturunkan Allah SWT.(FSY)
Saya tidak bernisbat pada salah satu aliran tersebut diatas, tapi yang pasti kedua pemikiran dalam paham tersebut saya yakini kebenarannya berdasarkan kasus kehidupan yg telah dijalani.
BalasHapusContoh kasus, saya ada beberapa kali melakukan aktivitas berbahaya (tanpa sengaja), dimana kalau menurut akal sehat manusia saya harusnya sudah mati, namun yg terjadi adalah sesuatu yg diluar nalar, saya masih hidup dan terheran-heran sambil bicara dalam hati "kok bisa?".
Saya ber kesimpulan bahwa sesungguhnya ada dzat yg mengendalikan kehidupan saya, artinya karena Dia sudah mencatatkan dimana, pabila, dan bagaimana cara saya menghadap Nya makanya sy masih ada disini.
Disisi lain, saya juga percaya kondisi ke kurang beruntungan (berdasarkan nilai yg dianut manusia secara umum) yang saya alami adalah karena ketidak mampuan dan tidak maksimalnya upaya yg saya lakukan, dan pada kondisi ini saya percaya bahwa tidak ada campur tangan Tuhan, saya tidak tau apakah pemikiran seperti ini timbul karena sy sudah terkontaminasi kaum liberal Allahua'lam, karena bagi mereka ada konsep: You will get what you have done.