UJARAN KEBENCIAN
Oleh : FebriSatriaYazid
*pemerhati sosial
Mengapa manusia tega secara
terus menerus menyebarkan kebencian kepada sesama?. Apa yang sesungguhnya hilang
pada manusia berperilaku begini ?. Benarkah yang bersangkutan tidak memahami bahwa
sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang berbuat baik kepada sesama?.
Lantas hal apa yang mengalahkan pemahaman itu ?. Benarkah karena ambisi yang
menghalalkan segala cara ? atau karena sifat egois , yang tidak peduli pada
derita sesama asal tujuannya bisa diwujudkan.?
Sederet
tanya tentang hal itu sering muncul dalam pikiran saya, setiap melihat pola tingkah
manusia dalam berkompetisi hampir di semua sektor dan aspek kehidupan. Jika disimpulkan
karena kurangnya pemahaman tentang ajaran agama atau kurangnya etika dan etiket
seseorang, tidak sepenuhnya benar, karena kondisi aktual di alam nyata, tidak sedikit
manusia yang mempunyai intelektual tinggi, berpendidikan tinggi, punya etika dan
beretiket tapi tetap saja terjebak dalam “pertarungan” tidak sehat, ambisi telah
mengalahkan segalanya. Apa sebetulnya yang dikejar dan dicari manusia dalam kehidupannya?
Padahal
Sang Pencipta sudah jelas berfirman “ tidaklah Ku ciptakan jin dan manusia kecuali
untuk mengabdi kepada Ku “ dan manusia sendiri sudah berikrar yang diulang setiap
hari saat menyembah Yang Kuasa bahwa sesungguhnya hidupku,matiku sepenuhnya bagi
Allah Swt semata. Lantas dimana terjadinya bias antara tujuan penciptaan dan ikrar
manusia itu ?,apa manusia termakan oleh pepatah Yahudi bahwa
“ tidak ada teman abadi, tidak ada musuh abadi, yang abadi adalah kepentingan”,
sehingga begitu bicara tentang kepentingan, maka seluruh koridor yang mengatur tata
cara berkehidupan yang saling menghormati ditabrak begitu saja demi tercapainya
tujuan. Komunikasi yang campur aduk akan
menimbulkan percekcokan . Pesan yang disampaikan perlu disesuaikan dengan
kaidah , baik tutur kata, bahasa tubuh agar tidak menimbulkan salah tafsir atau
multi tafsir yang menyebabkan tujuan dari kita berinteraksi dengan baik kepada
sesama tidak mencapai tujuan. Demikian pula jika ada hal-hal yang hendak
dipertanyakan dalam memperjelas maksud yang hendak disampaikan oleh lawan
bicara, hendaklah berpegang kepada kaidah dan pembatasan bahasan agar lawan
bicara tidak tersinggung atau malah bersikap ekstrim . Mewujudkan kepentingan
baik perorangan ataupun kelompok tanpa menyebar kebencian antar golongan tentu
akan lebih elegan, adu argumentasi yang sehat ,kemudian menghormati pilihan
masing-masing tanpa kekerasan tentu akan terasa lebih bernilai .
(FSY)
Itulah yg namanya "DINAMIKA", dan dinamika biasa menciptakan kreativitas. Jangan galau.
BalasHapus