Kebaikan
vs Homo Homini Lupus
Oleh ; Febri Satria
Yazid
*pemerhati sosial
‘ Sebaik-baik manusia adalah yang
memberi manfaat kepada sesama’ demikian Rasulullah saw bersabda kepada umatnya
dan tentu agar termasuk kepada golongan umat Nabi Muhammad saw, kita berusaha
untuk taat pada sabda dan meneladani
perilaku Rasulullah saw.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia,baik/ba·ik / 1a elok; patut; teratur
(apik, rapi, tidak ada celanya, dan sebagainya tidak jahat (tentang kelakuan,
budi pekerti, keturunan, dan sebagainya); jujur.
Perilaku
tanpa cela tidaklah mudah diterapkan dalam kehidupan manusia. Kecenderungan
manusia untuk berbuat keji kepada sesamamanusia
sudah terlihat sejak zaman nabi Adam As, ketika Qabil membunuh Habil. Dari ayat-ayat al-Qur'an dapat
disimpulkan bahwa sebab pembunuhan Habil oleh Qabil adalah adanya sifat tercela
hasud yang membakar Qabil yang berujung pada terbunuhnya Habil dalam keadaan
teraniaya.
Dapat disimpulkan bahwa sumber pertama perbedaan, pembunuhan dan pelanggaran dalam dunia kemanusiaan adalah masalah hasud dan masalah ini membuat kita mengenal pentingnya (untuk mengetahui dan menghindar dari) akhlak tercela ini dan pengaruh luar biasanya atas berbagai kejadian dan peristiwa sosial dalam masyarakat umat manusia.
Dapat disimpulkan bahwa sumber pertama perbedaan, pembunuhan dan pelanggaran dalam dunia kemanusiaan adalah masalah hasud dan masalah ini membuat kita mengenal pentingnya (untuk mengetahui dan menghindar dari) akhlak tercela ini dan pengaruh luar biasanya atas berbagai kejadian dan peristiwa sosial dalam masyarakat umat manusia.
Apa yang mendasari manusia bertindak
melakukan akhlak tercela,adalah akibat tidak istiqomahnya manusia kepada ajaran
dan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah swt.
Perilaku tindakan tercela manusia
kepada sesama , kemudian menjadi popular dengan istilah
Homo Homini Lupus
adalah sebuah kalimat bahasa latin
yang berarti manusia adalah serigala
bagi sesama manusianya.Istilah tersebut pertama kali dicetuskan dalam
karya Plautus berjudul Asinaria
(195 SM lupus est homo homini).
Istilah tersebut juga dapat diterjemahkan sebagai manusia adalah serigalanya manusia yang diinterpretasi berarti
manusia sering menikam sesama manusia lainnya. Istilah itu sering muncul dalam
diskusi-diskusi mengenai kekejaman yang dapat dilakukan manusia bagi sesamanya(Thomas Hobbes dalam karyanya berjudul De Cive (1651):
Begitu kejamnya perilaku manusia
kepada sesama,sampai kemudian Allah swt mengutus seorang Rasul yang diberi
tugas untuk memperbaiki akhlak dan budi pekerti manusia dan Rasulullah
diturunkan di negeri Arab yang pada waktu itu masyarakatnya
sangat jahiliyah.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
(Al-Ahzab: 21). Dalam mengemban tugas dari Allah swt, Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya aku diutus ke bumi hanyalah untuk menyempurnakan kemuliaan
akhlak”.
Dalam kehidupan di tengah masyarakat
saat ini,meski Rasulullah saw telah mengajarkan dan memberikan contoh bagaimana
berperilaku yang baik kepada sesama manusia,tetap banyak kita temui tindak
kekejaman yang dilakukan manusia kepada sesama, bahkan kian sering frekwensinya
dan kian beringas seakan tiada lagi nurani yang sebetulnya sudah ditanamkan oleh
Allah swt pada tiap diri manusia dalam proses penciptaannya. Bisa jadi dinamika
yang kita sekarang, sebagai bagian dari indikator akhir zaman yang dijelaskan
sabdakan oleh Rasulullah saw.
Ketika menggambarkan kondisi
perasaan manusia di akhir zaman, Rasulullah Saw. bersabda, “Pada zaman itu,
orang-orang yang besar tidak mengasihi orang-orang yang kecil dan orang-orang
yang kuat tidak menyayangi orang-orang yang lemah.
Beliau juga bersabda,
“Kiamat tidak akan terjadi sebelum datangnya suatu masa; ketika seorang lelaki
yang sangat fakir mendatangi sanak keluarganya untuk meminta bantuan. Bahkan,
ia bersumpah atas nama kekeluargaan, tetapi tetap tidak mendapatkan bantuan
sama sekali. Seorang tetangga meminta bantuan dari tetangganya dan bersumpah
atas nama kekerabatan, tetapi tetangganya tidak memberikan bantuan.
Beliau juga bersabda,
“Salah satu pertanda dekatnya kiamat adalah buruknya perilaku tetangga terhadap
sesamanya dan kendurnya ikatan kekeluargaan.
Tidak ada tanda bahwa homo
homini lupus akan tergerus oleh peradaban budaya. Tidak ada satupun tanda bahwa
manusia tidak lagi menjadi serigala bagi manusia yang lainnya. Sampai sekarang,
kita masih saling membunuh, saling menghabisi, saling menghancurkan dengan
alasan jelas ataupun tidak jelas. Nafsu manusia untuk menguasai manusia lain
adalah tak terbatas. Apalagi jika menyangkut harta,tahta dan wanita .
Pembunuhan Habil oleh Qabil adalah akibat penolakan Qabil terhadap ketentuan
Allah swt dalam menetapkan wanita yang berhak diniqahi oleh Qabil. Dalam perebutan
tahta, banyak kasus pelanggaran akhlak yang terjadi disebabkan karena manusia
haus kekuasaan dan menggunakan segala cara untuk melanggengkan kekuasaannya.
Demikian juga dalam hal harta, banyak manusia yang berebut harta tanpa
memperhatikan ketentuan-ketentuan mengenai bagaimana cara kita memperoleh
harta. Kecenderungan menghalalkan segala cara dan menumpuk harta telah membuat
manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya. Manusia seakan tak peduli pada
peringatan Allah swt bahwa harta dan anak hanyalah cobaan dan perhiasan dalam
kehidupan
”Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan
anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah
pahala yang besar.”(QS Al-anfal ; 28 ). Ada beberapa macam manusia dalam
mendapatkan harta dan membelanjakannya ;
Mencari dan mendapatkan harta dengan
cara yang haram dan membelanjakannya untuk sesuatu yang haram,ini adalah
keharaman yang paling buruk.Mencari dan mendapatkan harta dengan cara yang
haram dan membelanjakannya untuk sesuatu yang halal,maka Allah tidak akan
menerimanya. Mencari dan mendapatkan harta dengan cara yang halal dan membelanjakan
pada jalan yang haram,ini adalah haram,mereka telah tertipu dengan hartanya.Mencari
dan mendapatkan harta dari yang halal dan membelanjakannya pada jalan yang halal,inilah
mereka yang bisa selamat dari harta yang mereka dapatkan. Inilah harta yang
akan mendatangkan keberkahan meskipun jumlahnya sedikit.
Demikian gambaran perilaku manusia dalam
meraih dan mempertahankan harta ,tahta dan wanita. Meski demikian, tentu tidak
lantas kita melakukan pembiaraan dan simpulkan bahwa akhir zaman itu telah
tiba. Ajakan pada sesama untuk terus berbuat kebaikan dan menjauhi kemunkaran
tentu tetap senantiasa kita lakukan dimulai dari ruang lingkup
keluarga,masyarakat tempat kita berada ,demikian seterusnya menuju skala
kelompok masyarakat yang lebih besar.
Allah telah menyuruh manusia untuk
berbuat kebaikan dan sekaligus melarang manusia untuk berbuat keji dan munkar. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku
adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.(QS An-Nahal ; 90 )
Yang merupakan suatu kebalikan dari
perbuatan atau sifat yang melampaui batas itu adalah Istiqomah. Sedangkan yang
dimaksud dengan Istiqomah itu ialah suatu perbuatan yang mengamalkan atau
mengikuti pedoman hidup sesuai dengan di Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw dengan sebaik-baiknya selama hidup.
Konsisten dalam melakukan kebaikan
disemua aspek kehidupan , dalam meraih keselamatan hidup di dunia dan di
akhirat kelak. Bagaimana menempatkan etika dalam kehidupan agar dalam
menjalaninya penuh dengan keberkahan dan terhormat.
Berdasarkan pada firman Allah swt,
bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia,
dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah
agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An'am: 15)
Sungguh Allah telah sangat
banyak berbuat baik kepada hamba
hamba-Nya dan Allah memerintahkannya untuk berbuat baik pula. Allah berfirman ,Berbuat baiklah (kepada manusia) sebagai mana Allah telah
berbuat baik kepadamu. (Q.S al Qashash 77).
Pada dasarnya manusia itu
saling terhubung dengan manusia lainnya dan saling membutuhkan antara manusia
satu dengan yang lainnya. Yang biasa disebut makhluk sosial yaitu manusia tidak
dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain yang ada disekitarnya.
Dalam hal ini manusia
saling keterikatan, manusia akan selalu hidup bersama dan berdampingan dengan
manusia lainnya dari sejak lahir sampai tua mereka membentuk suatu kelompok
yang disebut masyarakat. Hal ini dinamakan sebagai Homo Homini Socio.(FSY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar