Rabu, 25 April 2018


Kebaikan vs Homo Homini Lupus
Oleh ; Febri Satria Yazid
*pemerhati sosial

‘ Sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat kepada sesama’ demikian Rasulullah saw bersabda kepada umatnya dan tentu agar termasuk kepada golongan umat Nabi Muhammad saw, kita berusaha untuk taat pada sabda  dan meneladani perilaku Rasulullah saw.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia,baik/ba·ik / 1a elok; patut; teratur (apik, rapi, tidak ada celanya, dan sebagainya tidak jahat (tentang kelakuan, budi pekerti, keturunan, dan sebagainya); jujur.
Perilaku tanpa cela tidaklah mudah diterapkan dalam kehidupan manusia. Kecenderungan manusia untuk berbuat keji kepada sesamamanusia  sudah terlihat sejak zaman nabi Adam As, ketika Qabil membunuh Habil. Dari ayat-ayat al-Qur'an dapat disimpulkan bahwa sebab pembunuhan Habil oleh Qabil adalah adanya sifat tercela hasud yang membakar Qabil yang berujung pada terbunuhnya Habil dalam keadaan teraniaya.
Dapat disimpulkan bahwa sumber pertama perbedaan, pembunuhan dan pelanggaran dalam dunia kemanusiaan adalah masalah hasud dan masalah ini membuat kita mengenal pentingnya (untuk mengetahui dan menghindar dari) akhlak tercela ini dan pengaruh luar biasanya atas berbagai kejadian dan peristiwa sosial dalam masyarakat umat manusia.
Apa yang mendasari manusia bertindak melakukan akhlak tercela,adalah akibat tidak istiqomahnya manusia kepada ajaran dan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah swt.

Perilaku tindakan tercela manusia kepada sesama , kemudian menjadi popular dengan istilah
Homo Homini Lupus adalah sebuah kalimat bahasa latin yang berarti manusia adalah serigala bagi sesama manusianya.Istilah tersebut pertama kali dicetuskan dalam karya Plautus berjudul Asinaria (195 SM lupus est homo homini). Istilah tersebut juga dapat diterjemahkan sebagai manusia adalah serigalanya manusia yang diinterpretasi berarti manusia sering menikam sesama manusia lainnya. Istilah itu sering muncul dalam diskusi-diskusi mengenai kekejaman yang dapat dilakukan manusia bagi sesamanya(Thomas Hobbes dalam karyanya berjudul De Cive (1651):
Begitu kejamnya perilaku manusia kepada sesama,sampai kemudian Allah swt mengutus seorang Rasul yang diberi tugas untuk memperbaiki akhlak dan budi pekerti manusia dan Rasulullah diturunkan di negeri Arab yang pada waktu itu  masyarakatnya   sangat jahiliyah.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Al-Ahzab: 21). Dalam mengemban tugas dari Allah swt, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya aku diutus ke bumi hanyalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak”.
Dalam kehidupan di tengah masyarakat saat ini,meski Rasulullah saw telah mengajarkan dan memberikan contoh bagaimana berperilaku yang baik kepada sesama manusia,tetap banyak kita temui tindak kekejaman yang dilakukan manusia kepada sesama, bahkan kian sering frekwensinya dan kian beringas seakan tiada lagi nurani yang sebetulnya sudah ditanamkan oleh Allah swt pada tiap diri manusia dalam proses penciptaannya. Bisa jadi dinamika yang kita sekarang, sebagai bagian dari indikator akhir zaman yang dijelaskan sabdakan oleh Rasulullah saw.
Ketika menggambarkan kondisi perasaan manusia di akhir zaman, Rasulullah Saw. bersabda, “Pada zaman itu, orang-orang yang besar tidak mengasihi orang-orang yang kecil dan orang-orang yang kuat tidak menyayangi orang-orang yang lemah.
Beliau juga bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi sebelum datangnya suatu masa; ketika seorang lelaki yang sangat fakir mendatangi sanak keluarganya untuk meminta bantuan. Bahkan, ia bersumpah atas nama kekeluargaan, tetapi tetap tidak mendapatkan bantuan sama sekali. Seorang tetangga meminta bantuan dari tetangganya dan bersumpah atas nama kekerabatan, tetapi tetangganya tidak memberikan bantuan.
Beliau juga bersabda, “Salah satu pertanda dekatnya kiamat adalah buruknya perilaku tetangga terhadap sesamanya dan kendurnya ikatan kekeluargaan.
Tidak ada tanda bahwa homo homini lupus akan tergerus oleh peradaban budaya. Tidak ada satupun tanda bahwa manusia tidak lagi menjadi serigala bagi manusia yang lainnya. Sampai sekarang, kita masih saling membunuh, saling menghabisi, saling menghancurkan dengan alasan jelas ataupun tidak jelas. Nafsu manusia untuk menguasai manusia lain adalah tak terbatas. Apalagi jika menyangkut harta,tahta dan wanita . Pembunuhan Habil oleh Qabil adalah akibat penolakan Qabil terhadap ketentuan Allah swt dalam menetapkan wanita yang berhak diniqahi oleh Qabil. Dalam perebutan tahta, banyak kasus pelanggaran akhlak yang terjadi disebabkan karena manusia haus kekuasaan dan menggunakan segala cara untuk melanggengkan kekuasaannya. Demikian juga dalam hal harta, banyak manusia yang berebut harta tanpa memperhatikan ketentuan-ketentuan mengenai bagaimana cara kita memperoleh harta. Kecenderungan menghalalkan segala cara dan menumpuk harta telah membuat manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya. Manusia seakan tak peduli pada peringatan Allah swt bahwa harta dan anak hanyalah cobaan dan perhiasan dalam kehidupan
”Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”(QS Al-anfal ; 28 ). Ada beberapa macam manusia dalam mendapatkan harta dan membelanjakannya ;
Mencari dan mendapatkan harta dengan cara yang haram dan membelanjakannya untuk sesuatu yang haram,ini adalah keharaman yang paling buruk.Mencari dan mendapatkan harta dengan cara yang haram dan membelanjakannya untuk sesuatu yang halal,maka Allah tidak akan menerimanya. Mencari dan mendapatkan harta dengan cara yang halal dan membelanjakan pada jalan yang haram,ini adalah haram,mereka telah tertipu dengan hartanya.Mencari dan mendapatkan harta dari yang halal dan membelanjakannya pada jalan yang halal,inilah mereka yang bisa selamat dari harta yang mereka dapatkan. Inilah harta yang akan mendatangkan keberkahan meskipun jumlahnya sedikit.
 Demikian gambaran perilaku manusia dalam meraih dan mempertahankan harta ,tahta dan wanita. Meski demikian, tentu tidak lantas kita melakukan pembiaraan dan simpulkan bahwa akhir zaman itu telah tiba. Ajakan pada sesama untuk terus berbuat kebaikan dan menjauhi kemunkaran tentu tetap senantiasa kita lakukan dimulai dari ruang lingkup keluarga,masyarakat tempat kita berada ,demikian seterusnya menuju skala kelompok masyarakat yang lebih besar.
Allah telah menyuruh manusia untuk berbuat kebaikan dan sekaligus melarang manusia untuk berbuat keji dan munkar.  Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.(QS An-Nahal ; 90 )
Yang merupakan suatu kebalikan dari perbuatan atau sifat yang melampaui batas itu adalah Istiqomah. Sedangkan yang dimaksud dengan Istiqomah itu ialah suatu perbuatan yang mengamalkan atau mengikuti pedoman hidup sesuai dengan di Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw  dengan sebaik-baiknya selama hidup. 
Konsisten dalam melakukan kebaikan disemua aspek kehidupan , dalam meraih keselamatan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Bagaimana menempatkan etika dalam kehidupan agar dalam menjalaninya penuh dengan keberkahan dan terhormat.

Berdasarkan pada firman Allah swt, bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An'am: 15)
Sungguh Allah telah sangat banyak  berbuat baik kepada hamba hamba-Nya dan Allah memerintahkannya untuk berbuat baik pula. Allah berfirman ,Berbuat baiklah (kepada manusia) sebagai mana Allah telah berbuat baik kepadamu. (Q.S al Qashash 77).
Pada dasarnya manusia itu saling terhubung dengan manusia lainnya dan saling membutuhkan antara manusia satu dengan yang lainnya. Yang biasa disebut makhluk sosial yaitu manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain yang ada disekitarnya.
Dalam hal ini manusia saling keterikatan, manusia akan selalu hidup bersama dan berdampingan dengan manusia lainnya dari sejak lahir sampai tua mereka membentuk suatu kelompok yang disebut masyarakat. Hal ini dinamakan sebagai Homo Homini Socio.(FSY)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar