Rabu, 25 April 2018

Dalam Persimpangan


#Memaknai Hidup
                       
Dalam Persimpangan
Oleh : Febri Satria Yazid

Tahun 1933, almarhum  Bung Karno ,Proklamator dan Presiden pertama  Republik Indonesia menulis “ ada saatnya dalam hidupmu, engkau ingin sendiri saja bersama angin, menceritakan seluruh rahasia , lalu meneteskan air mata”.
Memang ada baiknya kita tidak perlu menceritakan masalah yang kita hadapi kepada sesama , karena belum tentu dia mengalami apa yang kita alami, tidak tahu prosesnya dan tidak tahu  juga bagaimana sakitnya.Bahkan bisa merusak keadaan karena saran yang dia berikan malah  membuat kita tambah sakit.
            Dengan bahasa puitis,Bung Karno ingin sampaikan pesan tentang bagaimana kita memaknai kehidupan, karena kalau bersama angin ,kemudian kita bercerita tentang seluruh persoalan dan rahasia kehidupan, maka tentu masalah itu akan sampai kepada Allah  pemberi kehidupan itu sendiri, tempat yang paling tepat bagi kita berkeluh kesah sebagai wujud taqwa dan tawakal kita kepada Allah SWT, sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ath-Thalaq ayat 2 dan 3 ),”siapa saja yang  bertaqwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak ia sangka,dan siapa saja yang bertawakkal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya. Sungguh Allah melaksanakan kehendak-Nya. Dia telah menjadikan untuk setiap sesuatu kadarnya”. Di dalam surat Ali Imran ;173 Allah SWT menegaskan “cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik baik Pelindung”
            Memaknai hidup tentu yang paling tepat adalah dengan melihat referensi kepada pencipta kehidupan itu sendiri, agar kita tidak terjebak dengan berbagai teori yang malah membuat kita kehilangan makna kehidupan . Dalam Islam arti hidup ialah ibadah ; “ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (QS  dz Dzaariyaat ;56). Menyembah Sang Pencipta pada situasi apapun, baik sedang diuji dengan cobaan,maupun sedang memperoleh kesenangan hidup, karena keyakinan bahwa kita hidup di dunia adalah sementara  dan kita menuju kehidupan akhirat yang lebih baik.
            Niat memegang peranan yang sangat penting atas setiap aktivitas yang kita lakukan, innamal a’malu binniyat, memastikan bahwa aktivitas yang kita lakukan telah sesuai dengan tuntunan, menjalankannya dengan penuh kesabaran, menjadikan kehidupan dunia sebagai bekal menuju kehidupan akhirat yang kekal, menjalani kehidupan dengan sungguh – sungguh .
            Memaknai hidup, seperti ungkapan Bung Karno, sebaiknya dimulai dengan perenungan diri, agar jelas bagaimana kita dapat mengendalikan diri dengan sebaik-baiknya dan mengetahui unsur-unsur yang mempengaruhi diri kita dalam pemaknaannya dan agar kualitas hidup kita mencapai level tertinggi dalam ketaqwaan kepada Yang Maha segalanya.  Loui Pronto di dalam bukunya “Siapa Mengendalikan Anda?”, menjelaskan bahwa kita terdiri dari banyak bagian atau “banyak diri”. Masing-masing mempunyai filosofinya sendiri. Subpersonalitas yang ada dalam diri kita selalu “bertarung” di dalam diri pedalaman dan sesungguhnya bila kita merenung sejenak, dan menyadari bahwa orang-orang yang tidak berkenan di hati kita sebetulnya mencerminkan sistem “diri pedalaman” kita sendiri yang tidak kita akui.Dengan demikian kita akan dapat menghargai orang lain dan memahami sifat-sifatnya.Kita tidak akan bisa merangkul dunia, kalau kita tidak mampu merangkul diri sendiri. Bergaul dengan orang lain hanya bisa kita lakukan  bila kita menyadari, menghayati, dan mengapresiasikan sifat-sifat yang berbeda itu, yang sesungguhnya terdapat dalam diri setiap orang.
            Secara berkala, keinginan kita untuk menyendiri, diakomodir dalam kegiatan i’tikaf di mesjid  secara khusus di bulan Ramadhan yaitu di sepuluh hari terakhir sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Berzikir dan berpikir dalam menyucikan jiwa manusia, mendekatkan diri kepada Allah. Tafakur termasuk amalan terbaik karena bisa memberikan banyak manfaat, memahami sesuatu hingga hakikat. Imam Syafi’i menegaskan,”milikilah kepandaian berbicara dengan banyak berdiam, dan milikilah kepandaian dalam mengambil keputusan dengan berpikir”. Kata-kata yang kita ucapkan ataupun yang kita pikirkan berulang-ulang , akan menjadi sebuah program pikiran dalam pikiran kita.Menurut penelitian Deepak Chopra tentang self talk (pembicaraan kita dengan diri sendiri), dalam satu hari kita bicara dengan diri kita sebanyak 60.000 sampai 80.000 kali dan paling banyak kita berbicara hal-hal yang negatif, karenanya kita perlu berhati-hati dengan apa yang kita ucapkan dan pikirkan dalam kehidupan sehari-hari, yang tanpa disadari kita telah melakukan “self hypnosis”.
            Gian Sugiana Sugara dalam bukunya Terapi Self –Hypnosis Seni memprogram Ulang Pikiran bawah sadar, menggambarkan bahwa kita mempunyai dua pikiran yakni pikiran sadar yang mempengaruhi hidup kita hanya 12% dan pikiran bawah sadar yang mempengaruhi kehidupan kita hingga 88%. Kedua pikiran ini merupakan satu kesatuan pikiran yang memiliki garis koordinasi dalam kerjanya. Setiap informasi yang masuk dianalisa oleh pikiran sadar dan segera mengkomunikasikan dengan pikiran bawah sadar mengenai pengalaman sebelumnya dan jika tidak bertentangan dengan sistem keyakinan yang dipegangnya , maka informasi diterima dan dijalankan oleh pikiran bawah sadar.Setiap apa yang kita pikirkan akan mengalami pembicaraan dengan diri kita dan jika pembicaraan dengan diri ini terus menerus diulang–ulang, maka kata-kata tersebut secara tidak langsung di-instal di memory alam bawah sadar dan menjadi program permanen dan menjadi program pikiran yang baru.
            Beberapa aspek yang kita ungkap di atas inilah yang memegang peranan penting pada setiap diri manusia bagaimana mereka memaknai kehidupan. Menyikapi setiap peristiwa kehidupan yang dilalui akan sangat menentukan tingkat kebahagiaan hidup kita. Apa yang pikirkan terhadap diri kita , maka itulah kita. Sugesti positif tentang diri akan membentuk karakter dan menjadi penegas identitas kita tentang siapa diri kita sebenarnya, bahkan pada kondisi tertentu sugesti diri mampu mengubah cara pandang kita menjadi lebih baik.
                        Memaknai hidup, dilandasi tuntunan ilmu agama, mempelajari diri pedalaman yang terdiri dari beberapa sub personalitas dan mekanisme terjadinya proses berpikir hingga terbentuknya cara pandang permanen dalam diri kita, sangat menentukan kualitas yang kita hasilkan saat kita ingin sendiri, mengkilas balik perjalanan kehidupan, merenungi setiap peristiwa yang telah dialami dan mengevaluasi diri dalam menghadapi kehidupan yang akan datang yang pada akhirnya mampu merubah cara pandang kita menuju pikiran yang lebih baik, sehingga menumbuhkan keyakinan bahwa apapun kejadian kehidupan yang kita alami dan lalui, adalah pilihan jalan terbaik menuju kehidupan akhirat yang kekal, dapat memelihara diri dan keluarga dari api neraka (dengan cara amar ma’ruf nahi mungkar), memperoleh sorga sebagai konsekwensi dari kepatuhan dan ketaatan kita kepada Allah SWT sesuai dengan tujuan Allah menciptakan manusia. Semoga ( FSY)
           
             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar