#Memaknai Hidup
Dalam
Persimpangan
Oleh
: Febri Satria Yazid
Tahun
1933, almarhum Bung Karno ,Proklamator
dan Presiden pertama Republik Indonesia
menulis “ ada saatnya dalam hidupmu, engkau ingin sendiri saja bersama angin,
menceritakan seluruh rahasia , lalu meneteskan air mata”.
Memang
ada baiknya kita tidak perlu menceritakan masalah yang kita hadapi kepada
sesama , karena belum tentu dia mengalami apa yang kita alami, tidak tahu
prosesnya dan tidak tahu juga bagaimana
sakitnya.Bahkan bisa merusak keadaan karena saran yang dia berikan malah membuat kita tambah sakit.
Dengan bahasa puitis,Bung Karno
ingin sampaikan pesan tentang bagaimana kita memaknai kehidupan, karena kalau
bersama angin ,kemudian kita bercerita tentang seluruh persoalan dan rahasia
kehidupan, maka tentu masalah itu akan sampai kepada Allah pemberi kehidupan itu sendiri, tempat yang
paling tepat bagi kita berkeluh kesah sebagai wujud taqwa dan tawakal kita
kepada Allah SWT, sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ath-Thalaq ayat 2
dan 3 ),”siapa saja yang bertaqwa kepada
Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari
jalan yang tidak ia sangka,dan siapa saja yang bertawakkal kepada Allah maka
cukuplah Allah baginya. Sungguh Allah melaksanakan kehendak-Nya. Dia telah
menjadikan untuk setiap sesuatu kadarnya”. Di dalam surat Ali Imran ;173 Allah
SWT menegaskan “cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik
baik Pelindung”
Memaknai hidup tentu yang paling
tepat adalah dengan melihat referensi kepada pencipta kehidupan itu sendiri,
agar kita tidak terjebak dengan berbagai teori yang malah membuat kita
kehilangan makna kehidupan . Dalam Islam arti hidup ialah ibadah ; “ Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (QS dz Dzaariyaat ;56). Menyembah Sang Pencipta
pada situasi apapun, baik sedang diuji dengan cobaan,maupun sedang memperoleh
kesenangan hidup, karena keyakinan bahwa kita hidup di dunia adalah
sementara dan kita menuju kehidupan
akhirat yang lebih baik.
Niat memegang peranan yang sangat
penting atas setiap aktivitas yang kita lakukan, innamal a’malu binniyat, memastikan
bahwa aktivitas yang kita lakukan telah sesuai dengan tuntunan, menjalankannya
dengan penuh kesabaran, menjadikan kehidupan dunia sebagai bekal menuju
kehidupan akhirat yang kekal, menjalani kehidupan dengan sungguh – sungguh .
Memaknai hidup, seperti ungkapan
Bung Karno, sebaiknya dimulai dengan perenungan diri, agar jelas bagaimana kita
dapat mengendalikan diri dengan sebaik-baiknya dan mengetahui unsur-unsur yang
mempengaruhi diri kita dalam pemaknaannya dan agar kualitas hidup kita mencapai
level tertinggi dalam ketaqwaan kepada Yang Maha segalanya. Loui Pronto di dalam bukunya “Siapa
Mengendalikan Anda?”, menjelaskan bahwa kita terdiri dari banyak bagian atau
“banyak diri”. Masing-masing mempunyai filosofinya sendiri. Subpersonalitas
yang ada dalam diri kita selalu “bertarung” di dalam diri pedalaman dan
sesungguhnya bila kita merenung sejenak, dan menyadari bahwa orang-orang yang
tidak berkenan di hati kita sebetulnya mencerminkan sistem “diri pedalaman” kita
sendiri yang tidak kita akui.Dengan demikian kita akan dapat menghargai orang
lain dan memahami sifat-sifatnya.Kita tidak akan bisa merangkul dunia, kalau
kita tidak mampu merangkul diri sendiri. Bergaul dengan orang lain hanya bisa
kita lakukan bila kita menyadari,
menghayati, dan mengapresiasikan sifat-sifat yang berbeda itu, yang
sesungguhnya terdapat dalam diri setiap orang.
Secara berkala, keinginan kita untuk
menyendiri, diakomodir dalam kegiatan i’tikaf di mesjid secara khusus di bulan Ramadhan yaitu di
sepuluh hari terakhir sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Berzikir
dan berpikir dalam menyucikan jiwa manusia, mendekatkan diri kepada Allah.
Tafakur termasuk amalan terbaik karena bisa memberikan banyak manfaat, memahami
sesuatu hingga hakikat. Imam Syafi’i menegaskan,”milikilah kepandaian berbicara
dengan banyak berdiam, dan milikilah kepandaian dalam mengambil keputusan
dengan berpikir”. Kata-kata yang kita ucapkan ataupun yang kita pikirkan
berulang-ulang , akan menjadi sebuah program pikiran dalam pikiran kita.Menurut
penelitian Deepak Chopra tentang self talk (pembicaraan kita dengan diri
sendiri), dalam satu hari kita bicara dengan diri kita sebanyak 60.000 sampai
80.000 kali dan paling banyak kita berbicara hal-hal yang negatif, karenanya
kita perlu berhati-hati dengan apa yang kita ucapkan dan pikirkan dalam
kehidupan sehari-hari, yang tanpa disadari kita telah melakukan “self hypnosis”.
Gian Sugiana Sugara dalam bukunya
Terapi Self –Hypnosis Seni memprogram Ulang Pikiran bawah sadar, menggambarkan
bahwa kita mempunyai dua pikiran yakni pikiran sadar yang mempengaruhi hidup
kita hanya 12% dan pikiran bawah sadar yang mempengaruhi kehidupan kita hingga
88%. Kedua pikiran ini merupakan satu kesatuan pikiran yang memiliki garis
koordinasi dalam kerjanya. Setiap informasi yang masuk dianalisa oleh pikiran
sadar dan segera mengkomunikasikan dengan pikiran bawah sadar mengenai
pengalaman sebelumnya dan jika tidak bertentangan dengan sistem keyakinan yang
dipegangnya , maka informasi diterima dan dijalankan oleh pikiran bawah sadar.Setiap
apa yang kita pikirkan akan mengalami pembicaraan dengan diri kita dan jika
pembicaraan dengan diri ini terus menerus diulang–ulang, maka kata-kata
tersebut secara tidak langsung di-instal di memory alam bawah sadar dan menjadi
program permanen dan menjadi program pikiran yang baru.
Beberapa aspek yang kita ungkap di
atas inilah yang memegang peranan penting pada setiap diri manusia bagaimana
mereka memaknai kehidupan. Menyikapi setiap peristiwa kehidupan yang dilalui
akan sangat menentukan tingkat kebahagiaan hidup kita. Apa yang pikirkan
terhadap diri kita , maka itulah kita. Sugesti positif tentang diri akan
membentuk karakter dan menjadi penegas identitas kita tentang siapa diri kita
sebenarnya, bahkan pada kondisi tertentu sugesti diri mampu mengubah cara
pandang kita menjadi lebih baik.
Memaknai
hidup, dilandasi tuntunan ilmu agama, mempelajari diri pedalaman yang terdiri
dari beberapa sub personalitas dan mekanisme terjadinya proses berpikir hingga
terbentuknya cara pandang permanen dalam diri kita, sangat menentukan kualitas
yang kita hasilkan saat kita ingin sendiri, mengkilas balik perjalanan
kehidupan, merenungi setiap peristiwa yang telah dialami dan mengevaluasi diri
dalam menghadapi kehidupan yang akan datang yang pada akhirnya mampu merubah
cara pandang kita menuju pikiran yang lebih baik, sehingga menumbuhkan
keyakinan bahwa apapun kejadian kehidupan yang kita alami dan lalui, adalah
pilihan jalan terbaik menuju kehidupan akhirat yang kekal, dapat memelihara
diri dan keluarga dari api neraka (dengan cara amar ma’ruf nahi mungkar), memperoleh
sorga sebagai konsekwensi dari kepatuhan dan ketaatan kita kepada Allah SWT
sesuai dengan tujuan Allah menciptakan manusia. Semoga ( FSY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar