SETIA
DAN KHIANAT
Oleh Febri Satria Yazid *pemerhati
sosial
Menurut
kamus besar Bahasa Indonesia, setia adalah berpegang teguh pada janji,
pendirian , ,patuh, taat, tetap teguh hati.
Sedangkan Khianat menurut kamus besar
Bahasa Indonesia adalahpebuatan tidak
setia, tipu daya, perbuatan yang tidak sesuai dengan janji.
Di
dalam Al-Quran surat Al-anfaal ayat 27-28 Allah swt berfirman ‘ Hai orang-orang
yang beriman ,janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasulullah , Janganlah kamu
mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu,sedang kamu mengetahuinya’.
Rasulullah Shallallahu’alaihi waalihi
wassalam bersabda ( diriwayatkan oleh Ubadah bin ash-Shamit RA), ‘Jamin untukku
enam perkara , maka aku akan menjamin untuk kalian surga’
, yaitu ;
1.
Berbicaralah
dengan jujur
2.
Tepatilah
janjimu
3.
Tunaikanlah
amanatmu
4.
Tundukanlah
pandanganmu
5.
Peliharalah
kemaluanmu
6.
Peliharalah
tangan(tindakan)-mu
KHIANAT
Sepanjang seseorang tidak melenceng
dari ketentuan dan syariat yang ditetapkan oleh Allah swt, maka sesungguhnya tidaklah
terjadi suatu tindakan pengkhianatan
Begitu tingginya kedudukan dan nilai
sebuah kesetiaan di dalam kehidupan sehingga setia mutlak dimiliki oleh setiap
manusia. Nilai sebuah kesetiaan mengandung unsur yang mendasari kekuatan jiwa
manusia untuk sepenuhnya mengabdi kepada Allah swt.. Sadar bahwa semua dari
Allah swt,untuk Allah dan kembali kepada Allah , maka pantaslah orang tersebut
dikatakan memiliki kesetiaan yang tinggi.
Dalam
keseharian makna setia dan khianat yang sering kita dengar lebih didasari oleh
sudut pandang seseorang , sehingga dengan mudah menghakimi seseorang
pengkhianat jika seseorang melakukan sesuatu yang bertolak belakang dengan yang
mereka mau, sebaliknya akan mengelu-elukan seseorang sebagai seorang pahlawan
apabila keinginan dan kepentingan mereka dipenuhi atau dilakukan oleh seseorang. , karenanya
boleh jadi orang yang sama oleh satu kelompok dinilai sebagai pengkhianat tapi
bagi kelompok lain orang tersebut dinilai sangat setia bahkan layak dinobatkan
sebagai seorang pahlawan,.
Saatnya
kita dudukan persoalan setia dan khianat ini pada lintasan yang benar,bahwa
perselingkuhan, tidak sholat dan tindakan lain yang keluar dari aturan main
yang ditetapkan oleh Allah itulah sesungguhnya tindakan yang tidak
taat,munafik, tidak setia, dan khianat.
Terkadang
dalam kehidupan, manusia berani untuk membuat aturan , berani menghujat sesame
atas suatu tindakan yang dilakukan buruk menurut kacamata manusia dan
kepentingan sesaat yang mereka rasakan telah merugikan dirinya atau bahkan
mereka hanya ingin berkomentar sinis dan mengunjingkan sesame yang menurut
mereka tidak berperilaku baik, menebar
fitnah , menghasut karena rasa iri dan dengki yang telah membungkus qalbu
mereka, seakan tidak percaya pada qadha dan qadar kehidupan.Karenanya kita
perlu meluruskan makna dan pemahaman tentang khianat dan kesetiaan yang
sesungguhnya sesuai berdasarkan beberapa pemahaman berikut ;
1. Perbuatan jahat yg
(bertujuan) menganiaya atau mendatangkan kecelakaan pd orang lain, tipu daya,
perbuatan belot atau tidak setia (kepada negeri, bangsa, dll): orang yg berbuat
~ itu adalah orang yg sangat hina;
2. Bertujuanmenganiaya atau
mencelakakan orang lain, yangmembelot kepada
negara: perbuatan orang-orang yg melakukan (perbuatan) khianat
3.Khianat adalah sikap
tidak bertanggungjawab atau mangkir atas amanat atau kepercayaan yang telah
dilimpahkan kepadanya. Khianat biasanya disertai bohong dengan mengobral janji.
Khianat adalah ciri-ciri orang munafik. Orang yang telah berkhianat akan
dibenci orang disekitarnya dan kemungkinan besar tidak akan dipercaya lagi
untuk mengemban suatu tanggung jawab di kemudian hari.
Kesetiaan
“Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa
aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab:
"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (QS.37 : 102)
Peristiwa ini mengandung pelajaran yang begitu berharga karena disaat yang sama
kita mengenang peristiwa yang dialami oleh Nabi Ibrahim As dan keluarganya
yakni Istri tercinta Siti Hajar dan Putra Kesayangannya Nabi Ismail As.
Momentum ini sesungguhnya bukan momentum biasa tetapi syarat akan makna yang
begitu mendalam sekaligus membuktikan sejauh mana kesetiaan mereka (Ibrahim As
dan keluarganya kepada Allah Swt serta kesetiaan diantara mereka yang terikat
dalam satu keluarga).
Jika
kita kaitkan dengan keimanan kita kepada Allah tentu artinya sama dengan
ke-Taqwaan. Bahwa arti Taqwa bukan hanya sekedar menjalankan perintah dan
menjauhi segala larangannya akan tetapi lebih dari itu semua bahwa Taqwa
merupakan manifestasi dari amal soleh yang kita lakukan setiap harinya. Jika
kesetiaan kita kaitkan dengan kehidupan keluarga, tentu ini berarti bahwa
masing-masing anggota keluarga siap untuk menerima kondisi apapun yang terjadi
serta berupaya untuk mempertahankan keutuhan dalam keluarga tersebut.
Kesetiaan
Nabi Ibrahim terhadap Allah mendapat ujian yang sangat luar biasa dan mungkin
sebagian kita menganggap sangat tidak lazim untuk dilakukan. Akan tetapi nabi
Ibrahim membuktikan kesetiaannya itu kepada Allah dengan mendatangi putranya Ismail
dan menyampaikan mimpinya itu. Dan peristiwa ini kembali diabadikan Allah dalam
Al Qur’an Surah Ash Shaaffaat ayat 102. Ketika Nabi Ibrahim lulus dalam ujian
kesetiaannya ini maka beberapa tahun kemudian ia diberikan penghargaan oleh
Allah berupa anak kedua yakni Nabi Ishaq As dan juga semua Nabi setelah Nabi
Ibrahim As adalah keturunan dari beliau. Maka kita sering mendengar istilah
bahwa Nabi Ibrahim adalah Bapaknya para Nabi. Spirit kesetiaan yang ketiga
adalah yang ditampilkan oleh Nabi Ismail As. Beliau merupakan putra si mata
wayang Nabi Ibrahim. Dari kecil ia memang menjalani hidup penuh dengan
perjuangan dan kesusahan, namun tidak sedikitpun ia mengeluh dan protes
terhadap kehidupannya yang kurang beruntung.
Untuk
kaum Ibu, tirulah Siti Hajar yang begitu setia kepada Allah dan suami
tercintanya. Untuk kaum Bapak, tirulah Nabi Ibrahim As yang memiliki kesetiaan
luar biasa terhadap istri dan anaknya tetapi tidak mengalahkan kesetiaannya
kepada Allah Swt. Untuk generasi muda, tirulah Nabi Ismail As yang begitu
sabar, setia dan sayang kepada kedua orang tuanya. Kehidupan kecilnya yang
penuh dengan kesulitan, tidak membuat kesetiaannya luntur kepada Allah Swt.
(FSY)
(FSY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar