IRISAN, PERILAKU DAN KESEHATAN
Oleh Febri Satria Yazid
*pemerhati sosial
“Alam terbentang jadi guru”, begitu pepatah yang sudah melekat dalam
benak kita. Hal-hal keseharian yang kita alami atau kita lihat, diharapkan bisa
kita jadikan pelajaran.
Hal
lain yang sebetulnya dapat kita analogikan sebagai cermin kehidupan yang memberi
kedamaian ,ketenangan dan menjauhkan diri dari pertengkaran dan saling berebut adalah ilmu matematika tentang irisan yaitu itu suatu himpunan yang anggotanya merupakan anggota
persekutuan dari dua himpunan tersebut yang dinotasikan sebagai diagram dan tayangan
video di bawah ini
Di luar anggota
persekutuan antara 2 atau lebih himpunan, adalah wilayah himpunan itu sendiri
tidak ada kaitannya dengan himpunan lain,bahkan ada lagi himpunan yang bukan
irisan dan bukan berada di kedua kelompok tersebut, pembatasan yang sangat
jelas dan tegas.
Dalam kehidupan baik dalam hubungan
pertemanan, persaudaraan , di rumah tangga, di dunia kerja atau dalam kegiatan
apapun yang menyebabkan terjadinya interaksi dengan sesama, ilmu matematika
tentang irisan dapat dijadikan pedoman dalam membatasi bahasan-bahasan yang
layak diperbincangkan, dibahas dan dikumpas secara bersama sama dan sisi sisi
privasi seseorang yang tidak layak dan tidak pantas kita bahas apalagi
dipertanyakan karena akan berujung pada pertengkaran , percekcokan dan konflik
dengan sesama. Bahkan ada baiknya kita tidak perlu menceritakan masalah yang
kita hadapi kepada sesama,karena belum tentu dia mengalami apa yang kita alami,
tidak tahu prosesnya dan tidak tahu juga bagaimana sakitnya. Bahkan bisa jadi
merusak keadaan ,karena saran yang dia berikan malah membuat kita tambah sakit.
Layaknya irisan, maka bertahan tidak menceritakan kesusahan atau penderitaan
yang kita alami adalah cara yang lebih tepat dan memberi kesehatan kepada lahir
batin kita. Kita ikuti saja panduan yang diajarkan oleh keyakinan kita bahwa
sabar jauh lebih baik dan cukup menyampaikan kesulitan kepada Allah Swt ,Sang
Penguasa pemberi jalan yang lurus.
Kalau kita cermati sosial media banyak
sekali berisi cacian ,makian saling menyerang dan menyebabkan pertekaran
,perkelahian dan permusuhan ,disebabkan oleh karena ketidak mampuan diri dalam
membatasi diri, berada pada “track” masing-masing dan kebiasaan turut campur
dan intervensi ke dalam wilayah kehidupan orang lain. Diperlukan kemampuan
berkomunikasi yang terkendali,fair, efektif , dalam koridor yang dibahas
sehingga fokus pada batasan yang disepakati, karenanya adalah mutlak untuk tahu
persis apa yang dimaksud dengan komunikasi. Hal ini akan memberikan jaminan
kepada diri dan melahirkan keberanian karena berada dalam wilayah yang kita
kuasai sehingga keberanian akan terbangun dengan sendirinya.
Layaknya himpunan di atas, komunikasi
yang campur aduk akan menimbulkan percekcokan . Pesan yang disampaikan perlu
disesuaikan dengan kaidah , baik tutur kata, bahasa tubuh agar tidak
menimbulkan salah tafsir atau multi tafsir yang menyebabkan tujuan dari kita
berinteraksi dengan baik kepada sesama tidak mencapai tujuan. Demikian pula
jika ada hal-hal yang hendak dipertanyakan dalam memperjelas maksud yang hendak
disampaikan oleh lawan bicara, hendaklah berpegang kepada kaidah dan pembatasan
bahasan agar lawan bicara tidak tersinggung atau malah bersikap ekstrim .
Yang berada dalam himpunan irisan
adalah milik “kita” atau “ kami” , penggunan kata tersebut akan memperjelas
bahwa yang kita bahas adalah benar-benar masalah bersama yang perlu pemecahan
terbaik dan jauh dari upaya intervensi. Karena bahasan komunikasi adalah
tentang ,kami atau kita, komunikasi akan terjalin dengan lugas dan terbuka dan
masing-masing pihak akan menyikapi dengan perasaan nyaman , alami dan merasakan
nilai-nilai persahabatan
Ketika kita berhasil menjaga dan
membuat batasan yang jelas dan tegas dalam berkomunikasi dan berinteraksi
dengan sesama seperti yang digambarkan dalam himpunan bagian ,hanya berfokus
pada persoalan yang “beririsan”, maka kita akan terjauhkan diri mencaci,memaki,menghujat
sesama,sehingga kita dapat hidup berdampingan dengan damai ,nyamankan suasana
lahir dan batin., memberi manfaat kepada sesama, menjadikan diri kita
sebaik-baiknya manusia, hidup dalam pola
hubungan yang sehat,dapat menjaga psikis kita dari hal-hal yang menyakitkan
yang pada akhirnya berpengaruh pada kesehatan organik dari tubuh kita. (FSY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar