Rabu, 31 Januari 2018



IRISAN, PERILAKU DAN KESEHATAN
Oleh Febri Satria Yazid
*pemerhati sosial

“Alam terbentang  jadi guru”, begitu pepatah yang sudah melekat dalam benak kita. Hal-hal keseharian yang kita alami atau kita lihat, diharapkan bisa kita jadikan pelajaran.
          Hal lain yang sebetulnya dapat kita analogikan sebagai cermin kehidupan yang memberi kedamaian ,ketenangan dan menjauhkan diri dari pertengkaran dan  saling berebut adalah ilmu matematika tentang  irisan yaitu  itu suatu himpunan yang anggotanya merupakan anggota persekutuan dari dua himpunan tersebut yang dinotasikan sebagai diagram dan tayangan video  di bawah ini
                Di luar anggota persekutuan antara 2 atau lebih himpunan, adalah wilayah himpunan itu sendiri tidak ada kaitannya dengan himpunan lain,bahkan ada lagi himpunan yang bukan irisan dan bukan berada di kedua kelompok tersebut, pembatasan yang sangat jelas dan tegas.
          Dalam kehidupan baik dalam hubungan pertemanan, persaudaraan , di rumah tangga, di dunia kerja atau dalam kegiatan apapun yang menyebabkan terjadinya interaksi dengan sesama, ilmu matematika tentang irisan dapat dijadikan pedoman dalam membatasi bahasan-bahasan yang layak diperbincangkan, dibahas dan dikumpas secara bersama sama dan sisi sisi privasi seseorang yang tidak layak dan tidak pantas kita bahas apalagi dipertanyakan karena akan berujung pada pertengkaran , percekcokan dan konflik dengan sesama. Bahkan ada baiknya kita tidak perlu menceritakan masalah yang kita hadapi kepada sesama,karena belum tentu dia mengalami apa yang kita alami, tidak tahu prosesnya dan tidak tahu juga bagaimana sakitnya. Bahkan bisa jadi merusak keadaan ,karena saran yang dia berikan malah membuat kita tambah sakit. Layaknya irisan, maka bertahan tidak menceritakan kesusahan atau penderitaan yang kita alami adalah cara yang lebih tepat dan memberi kesehatan kepada lahir batin kita. Kita ikuti saja panduan yang diajarkan oleh keyakinan kita bahwa sabar jauh lebih baik dan cukup menyampaikan kesulitan kepada Allah Swt ,Sang Penguasa pemberi jalan yang lurus.
          Kalau kita cermati sosial media banyak sekali berisi cacian ,makian saling menyerang dan menyebabkan pertekaran ,perkelahian dan permusuhan ,disebabkan oleh karena ketidak mampuan diri dalam membatasi diri, berada pada “track” masing-masing dan kebiasaan turut campur dan intervensi ke dalam wilayah kehidupan orang lain. Diperlukan kemampuan berkomunikasi yang terkendali,fair, efektif , dalam koridor yang dibahas sehingga fokus pada batasan yang disepakati, karenanya adalah mutlak untuk tahu persis apa yang dimaksud dengan komunikasi. Hal ini akan memberikan jaminan kepada diri dan melahirkan keberanian karena berada dalam wilayah yang kita kuasai sehingga keberanian akan terbangun dengan sendirinya.
          Layaknya himpunan di atas, komunikasi yang campur aduk akan menimbulkan percekcokan . Pesan yang disampaikan perlu disesuaikan dengan kaidah , baik tutur kata, bahasa tubuh agar tidak menimbulkan salah tafsir atau multi tafsir yang menyebabkan tujuan dari kita berinteraksi dengan baik kepada sesama tidak mencapai tujuan. Demikian pula jika ada hal-hal yang hendak dipertanyakan dalam memperjelas maksud yang hendak disampaikan oleh lawan bicara, hendaklah berpegang kepada kaidah dan pembatasan bahasan agar lawan bicara tidak tersinggung atau malah bersikap ekstrim .
          Yang berada dalam himpunan irisan adalah milik “kita” atau “ kami” , penggunan kata tersebut akan memperjelas bahwa yang kita bahas adalah benar-benar masalah bersama yang perlu pemecahan terbaik dan jauh dari upaya intervensi. Karena bahasan komunikasi adalah tentang ,kami atau kita, komunikasi akan terjalin dengan lugas dan terbuka dan masing-masing pihak akan menyikapi dengan perasaan nyaman , alami dan merasakan nilai-nilai persahabatan
          Ketika kita berhasil menjaga dan membuat batasan yang jelas dan tegas dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama seperti yang digambarkan dalam himpunan bagian ,hanya berfokus pada persoalan yang “beririsan”, maka kita akan terjauhkan diri mencaci,memaki,menghujat sesama,sehingga kita dapat hidup berdampingan dengan damai ,nyamankan suasana lahir dan batin., memberi manfaat kepada sesama, menjadikan diri kita sebaik-baiknya  manusia, hidup dalam pola hubungan yang sehat,dapat menjaga psikis kita dari hal-hal yang menyakitkan yang pada akhirnya berpengaruh pada kesehatan organik dari tubuh kita. (FSY)
         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar