Culas
Oleh: Febri Satria Yazid
*Pemerhati sosial
Menurut Kamus Besar Bahaasa Indonesia (KBBI), kata culas memiliki arti curang, tidak jujur, dan tidak lurus hati. Istilah kata Culas ini seringkali digunakan untuk menyebutkan orang yang jahat dalam berbagai hal apa pun. Kata ini sering terucap di dalam kehidupan bermasyarakat, apabila seseorang ditipu, dikelabui dengan cara yang licik, baik kerugian moril maupun materiil. Orang yang culas adalah orang demi kepentingan diri sendiri rela merugikan orang lain.
Manusia adalah makhluk yang unik dengan berbagai karakteristik yang berperan dalam membentuk kepribadiannya, yang sangat dipengaruhi oleh sub personalitas yang mendominasi dirinya. Memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, pasti dalam lingkungan pergaulan kita menemukan berbagai karakter orang seperti baik, jahat, licik, penyabar, culas dan sebagainya.
Tentu dalam berinteraksi dengan manusia berkarakter culas tersebut, diperlukan strategi dan cara menghadapi agar kita tidak terjebak dalam ulah-ulah mereka yang selain merugikan juga bisa memusingkan diri kita sendiri. Manusia culas cenderung suka mempermainkan emosi kita. Mereka bisa memancing emosi kita dengan kata-katanya , bahkan berani membuat isu yang dapat merusak nama baik kita kepada orang lain. Kita mesti menghadapinya dengan tenang dan tidak memedulikannya dengan sikap santai, sehingga dia frustasi dan menganggap rencananya bakal gagal total. Manusia culas dengan segala daya upaya selalu ingin mendapatkan yang dia butuhkan, sehingga kita perlu fokus jangan sampai, kehadiran orang culas membuat kita lengah dan meladeni sikap yang dia tunjukan. Abaikan saja dan anggap tidak terjadi apa-apa. Dengan demikian dia akan semakin kesal dan tidak menemukan cara lagi. Kita juga perlu peka terhadap situasi dengan meningkatkan kewaspadaan, terutama terhadap apa yang dilakukan manusia culas ini, lebih hati-hati dalam bertindak dan bersiap ketika orang culas ini melakukan sesuatu pada diri kita. Kita juga mesti bersikap lebih tegas pada manusia culas, terutama jika dia menebar fitnah tentang diri kita, sehingga dia tidak semena-mena terhadap kita.
Manusia culas sangat berbahaya, dan ada pada banyak sektor kehidupan, mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, dunia kerja, dunia usaha saat kita melakukan kerjasama. Pengalaman saya, dalam banyak kerja sama bisnis, yang pada awalnya sangat kental nuansa ‘senasib sepenanggungannya’, akan tetapi begitu usaha yang dijalani mengalami kemajuan dan keuntungan, sifat culas mulai mengemuka, mementingkan diri sendiri dan melanggar komitmen-komitmen awal yang disepakati. Untuk memuluskan siasatnya yang licin, orang yang culas akan suka menipu dan berbohong serta pandai bersilat lidah. Culas membuat seseorang menjadi serakah, nafsunya tidak pernah ada ujungnya. Ia berbuat seperti orang haus yang meminum air laut, makin diminum makin haus. Orang yang culas inginnya menjadi nomor satu, tidak peduli dengan kemampuannya yang tidak seberapa. Ia akan berusaha menyingkirkan orang yang bisa menghalangi ambisinya. Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. tanda orang munafik ada tiga: "Ketika ia bicara ia berdusta, jika ia berjanji ia mengingkari dan ketika ia dipercaya ia berkhianat.” (HR. Bukhari)
Agar perilaku culas dapat diputus dari para pendahulunya, maka generasi muda harus diberikan pendidikan karakter untuk mengantisipasi generasi yang akan datang agar berhenti melakukan berbagai penyelewengan di negeri ini. Dengan pendidikan karakter, diharap mereka tercegah dari perilaku yang tidak bermoral, khususnya perilaku culas dan pelanggaran moral lainnya. Sistem pendidikan yang menyelaraskan ilmu pengetahuan dengan iman dan takwa dengan menyisipkan tentang keimanan dan ketakwaan pada setiap ilmu pengetahuan umum, agar hatinya lurus dalam bertindak. Sarana dan prasarana yang menunjang terbangunnya karakter generasi yang akan datang agar terbebas dari berbagai karakter buruk perlu ditanamkan dari sejak pendidikan usia dini. Pendidikan karakter merupakan keseluruhan proses pendidikan yang dialami peserta didik sebagai pengalaman pembentukan kepribadian melalui memahami dan mengalami sendiri nilai-nilai, keutamaan-keutamaan moral, nilai-nilai ideal agama, dan sebagainya. Meskipun lingkungan sekolah berperan kuat dalam pendidikan karakter, peran orang tua, masyarakat, tidak kalah penting. Nilai-nilai kebaikan dan kejujuran, sebagai bagian dari pendidikan karakter, tidak akan bisa terealisasi menjadi karakter individu jika tidak pernah dipraktekkan di lingkungan rumah tangga dan di lingkungan masyarakat serta pentingnya spirit untuk memutus mata rantai perilaku culas untuk tidak diteruskan ke generasi yang akan datang. Dalam salah satu tayangan video di instagramnya Helmi Yahya menekankan bahwa, "Manusia toxic ini mesti dihindari dan ditinggalkan, yang suka cari muka, menikam dari belakang, mencuri goal orang, suka mencelakakan teman, hutang tidak bayar, egois, tidak disiplin" ( FSY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar