Senin, 27 Maret 2023

Narsis

 

Narsis

Oleh ; Febri Satria Yazid

*pemerhati sosial

Pagi ini selepas santap sahur, saya diskusi melalui whatsapp dengan teman kerja 23 tahun silam. Ada bagian-bagian yang membahas tentang kecerdasan , kedunguan, pengguna akal sehat untuk saling mematahkan argumentasi yang sudah menjurus pada perilaku narsis. Lalu saya menjawab dengan mengutip ucapan Hasan al-Bashri ; “Seandainya perkataan setiap orang itu jujur dan amalannya baik, ia bisa saja menjadi orang yang merugi.” Orang-orang berkata, “ Bagaimana bisa merugi?” Hasan al-Bashri seorang ulama dari kalangan tabi’in menjawab, “ Ia merugi ketika ia kagum dengan dirinya sendiri.” Dalam istilah psikologis hal ini dikenal dengan narsis. Percakapan di media sosial  inilah  yang jadi pemicu saya menulis tentang narsis.

Istilah narsis pada awalnya di populerkan oleh Psikolog asal Austria, yaitu Sigmund Freud. Freud mengambil tokoh mitologi Yunani yang bernama Narkissos, dewa sungai yang memiliki ketampanan luar biasa. Narkissos dikutuk oleh Nemesis untuk mencintai rupa dan bayangannya sendiri, sehingga Narkissos menghabiskan waktu yang sia-sia untuk melihat cermin dirinya di sungai. Saat ini, kata narsis kemudian disematkan pada sikap manusia yang terlampau mencintai atau mengagumi dirinya sendiri.

Narsis  menurut para Psikolog sebenarnya adalah gejala yang bersifat manusiawi, wajar jika setiap orang ingin dipuji, wajar setiap orang ingin bahagia dengan kondisi dirinya  tanpa harus mengikuti ocehan orang lain, namun yang berbahaya adalah jika sudah berlebihan. Orang yang terlampau narsis, ia berusaha menganggap dirinya sebagai sosok yang luar biasa, utama, dan melebihi yang lain dalam segala hal.

Sigmund Freud seorang psikolog  menyebut Narcissistic dalam bukunya General Introduction to Psychoanalysis, merujuk kepada orang-orang yang merasa dirinya penting secara berlebihan dan ter okupasi dengan keinginan mendapatkan perhatian dari lingkungannya. Secara umum, narsis adalah kondisi psikologis yang ditandai dengan kecenderungan untuk memuja diri sendiri. Oleh karena itu, orang yang mengalami narsisisme ini biasanya memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi, menganggap diri sendiri paling pandaii, ,paling cerdas, paling cantik, paling ganteng, paling hebat, paling berkuasa, paling bagus, dan paling segalanya. Bahkan dalam hal menjalankan  kehidupan beragama pun, seseorang merasa dirinya paling benar dan menilai orang lain sesat, menempatkan dirinya sebagai seorang yang lebih taat. Menurut Jalaluddin Rakhmat, orang yang terkena gejala narsis beragama di media sosial adalah mereka yang ingin dirinya terlihat lebih saleh, lebih religius, dan lebih agamis dari aslinya, sedangkan titik ekstremnya orang yang kelewat narsis atau “kelewat religius” merasa dirinya sebagai penganut agama yang benar dan paling selamat sehingga rasa empati terhadap orang lain berkurang .Tak jarang kita melihat orang-orang seperti itu paling semangat jika membahas agama dan paling pedas komentarnya bahkan menyakitkan hati lawan bicaranya yang dianggap sesat hanya karena berbeda keyakinan dengannya. Fenomena ini dimanfaatkan oleh politisi di negeri ini bermula ketika berlangsungnya pilkada Gubernur DKI pada tahun 2017. Terjadi dikotomi yang sangat kental dan nyaris keluar  dari batas normal, Sifat dan perilaku narsis yang masih dalam batas normal sebetulnya tidak perlu dikhawatirkan. Hal ini justru merupakan salah satu tanda bahwa seseorang memiliki rasa cinta kepada dirinya sendiri  dan menghargai dirinya sendiri dengan baik. Misalnya, dengan perilaku narsis yang wajar, seseorang bisa memiliki pikiran positif dan lebih bahagia dengan hidupnya, yang meski bila diukur berada di bawah  parameter hidup layak,  ini akan membantunya melewati masa-masa sulit. Perilaku narsis juga bisa menjadi sumber motivasi agar seseorang bisa menyelesaikan pekerjaan atau tantangan dengan baik tanpa merasakan frustrasi karena dia menempatkan dirinya sebagai seorang yang paling pintar  dan mampu mengatasi kesulitan pekerjaan dan tantangan yang muncul.

Dalam interaksi sosial, menghadapi orang narsis, kita sebaiknya bersikap santai dan humor. Humor membuat suasana lebih cair dan lebih menyenangkan. Hindari respons negatif seperti menyindir karena orang narsis sangat peka terhadap dirinya. Meski begitu, sifat dan perilaku narsis ini sebaiknya jangan dipelihara karena bisa saja berkembang menjadi gangguan kepribadian narsistik . Ketika seseorang telah mengembangkan gangguan kepribadian tersebut, hal ini akan menyebabkan beragam masalah dalam hidupnya, baik itu masalah dalam hubungan sosial hingga pekerjaan. Seseorang dikatakan mengalami gangguan kepribadian narsistik jika merasa sulit untuk mengendalikan egonya, merasa paling penting dan cenderung merendahkan orang lain, atau memiliki tendensi untuk menjadi megalomania. Megalomania adalah sebuah keyakinan dalam diri seseorang bahwa ia memiliki kebesaran, keagungan, atau kekuasaan. Keyakinan ini tidak hanya ditunjukkan dengan sikap sombong, tetapi juga bagian dari gangguan jiwa..

Kita perlu menjaga agar sesuatu itu berada pada takaran yang pas, tidak over agar tidak kehilangan makna, termasuk perilaku narsis. Sisi positif dari narsis seperti perasaan superior yang mereka miliki dapat membuat mereka memiliki mental yang lebih tangguh untuk tidak menyerah. Bahkan dalam dunia pendidikan dan dunia kerja, para narsis unggul karena mereka mempunyai harga diri yang tinggi, kepercayaan diri yang tinggi dan tertantang untuk melakukan hal-hal baru dalam kehidupannya. Menurut Dr. Kostas Papageorgiou dari Queen's University Belfast, pengidap gangguan narsis tidak akan terpengaruh dengan penolakan yang ia terima dari lingkungannya karena mereka hanya fokus pada dirinya sendiri (fsy).

 

 

Kamis, 16 Maret 2023

Pemikiran Biner

 

Pemikiran Biner

Oleh : Febri Satria Yazid

·         Pemerhati sosial

 

Pemikiran biner itu sebenarnya bisa tumbuh dalam pemikiran kita karena sistem pendidikan  di sekolah atau di rumah . sekolah membunuh kreativitas anak didik, akibatnya anak tidak tumbuh menjadi kreatif . Sekolah mendidik orang  keluar dari kreatif , karena sistem edukasi di sekolah dan di rumah terpaku pada penilaian  benar salah saja.  Pikiran biner itu bisa mengarahkan orang pada pemikiran fundamentalis sampai akhirnya mengakibatkan aksi anarkisme/ekstremis.

Binary Thinking atau pola pikir biner merupakan cara berpikir berdasarkan logika biner, hanya ada 0 atau 1. Lebih mudahnya, seseorang dengan pola pikir biner akan menganggap seluruh hal yang ada di dunia ini hanya terbagi kepada 2 kategori tanpa gradasi, alias mutlak dan kontras, seperti hanya ada baik atau buruk, gelap terang , hitam putih dan banyak contoh lainnya. Dalam pendekatan secara scientific, dalam ilmu fisika dan matematika , pola pikir biner ini sangat bermanfaat dalam melihat dan meneliti obyek penelitian, berbeda dengan pendekatan sosial, pola pikir biner tidak bisa diterapkan, karena struktur sosial terbentuk dari berbagai aspek yang tidak sederhana, tidak hanya melihat sesuatu dari sisi terang gelap atau  hitam putih saja akan tetapi mempunyai spektrum yang sangat luas, sehingga tidak mungkin diklasifikasikan dalam dua kategori saja

Pola pikir biner menyebabkan terjadinya dikotomi antara dua pilihan. Secara leksikal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikotomi mempunyai pengertian sebagai pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan (Anonim, 2001: 264) Dua kelompok yang dimaksudkan tentu saja diperuntukkan bukan hanya pada dunia pendidikan akan tetapi mencakup semua hal yang bertentangan. Pola pikir biner ini menyebabkan terjadinya polarisasi dalam masyarakat ;  kalau saya benar berarti Anda salah, kalau saya salah berarti Anda benar, kalau saya suka hitam berarti saya tidak suka putih. Berpikir biner dapat merusak keharmonisan di dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Fanatisme dangkal bisa terjadi ketika seseorang menilai keyakinan dialah yang benar, sementara keyakinan orang lain dia simpulkan sesat atau berani memvonis orang lain kafir  meskipun mereka berada dalam ajaran yang sama. Fenomena ini hanya dapat diatasi dengan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mereka agar dapat obyektif dalam menyikapi permasalahan sosial yang terjadi di tengah masyarakat.

Keluar dari jeratkan pikiran biner sangat  diperlukan agar kita tidak terjebak dalam  kehidupan yang sempit. Kita tidak perlu kuatir dibenci banyak orang, dan tidak perlu terganggu pada penilaian manusia yang berpikiran biner, apalagi sampai merusak kesehatan mental kita. Hal yang terlihat sederhana tetapi banyak orang yang gagal menyikapi kenyinyiran manusia berpikir biner. Kenapa banyak orang nyinyir jika kita melakukan hal yang tidak biasa dilakukan orang lain, karena dasarnya mereka yang nyinyir tentang hidup kita berekspektasi bahwa orang mesti hidup seperti yang dia pikirkan dan menganggap salah jika kita punya personal yang berbeda , padahal dunia lebih kompleks dari sekedar hitam putih.

Pemikiran biner ini sejarahnya telah ada sejak peradaban kuno Yin dan Yang. Secara harfiah yin yang dapat diartikan sebagai “gelap-terang” atau “negatif-positif”. Yin adalah energi feminin yang diwakilkan warna hitam, kegelapan, air, tanah, bulan, dan dingin. Sementara Yang merujuk pada maskulinitas, terang, putih, api, matahari, dan kehangatan. Banyak ilmuwan menyatakan pikiran biner tidak rasional yang disebabkan oleh adanya norma dan budaya , misalnya bahwa wanita setelah berkeluarga dan mempunyai anak dinilai negatif jika terus bekerja dan berkarya di luar rumah, padahal banyak wanita yang mampu melakukan hal itu secara simultan tanpa mengabaikan kodratnya sebagai perempuan. Dampak dari cara berpikir biner ini adalah pikiran kita jadi kaku dan terjadi closed minded sikap yang cenderung tidak menerima ide orang lain. Perilaku ini juga sering disebut dogmatis, karena hanya mau mempertimbangkan sudut pandangnya sendiri. Selain itu muncul stereotip gender yang merefleksikan kesan dan keyakinan tentang apa perilaku yang tepat untuk pria dan wanita. Semua stereotip, entah itu berhubungan dengan gender, etnis, atau kategori lainnya, mengacu pada citra dari anggota kategori tersebut. Karena orang dinilai melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma dan budaya dan  telah melakukan dikotomi tentang nilai kepantasan dan benar yang mesti dilakukan seorang perempuan atau laki-laki.

Menghadapi orang yang berpikiran biner ini, maka lebih baik kita fokus  mengendalikan diri kita sendiri, karena kita tidak bisa mengendalikan pikiran orang lain. Dunia tidak hitam putih , dalam kehidupan ini ada banyak pilihan. Kita juga perlu melalukan aktivitas mental diri sendiri  dalam menanggapi atau menyelesaikan masalah/situasi yang memuat unsur ketidakpastian dengan  berpikir probabilistik. Tentu dengan ada efek dari pemikiran kita yang berbeda di luar biner yang hitam putih, kita bisa dibenci oleh keluarga , masyarakat karena dinilai kontroversial. Tetapi hal itu tidak perlu dikawatirkan karena hanya dengan cara demikian kita dapat merubah keadaan dan stigma yang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat yang berpikiran biner ( fsy )

 

Kamis, 09 Maret 2023

Culas

 

Culas

Oleh: Febri Satria Yazid

*Pemerhati sosial

Menurut Kamus Besar Bahaasa Indonesia (KBBI), kata culas memiliki arti curang, tidak jujur, dan tidak lurus hati. Istilah kata Culas ini seringkali digunakan untuk menyebutkan orang yang jahat dalam berbagai hal apa pun. Kata ini sering terucap di dalam kehidupan bermasyarakat, apabila seseorang ditipu, dikelabui dengan cara yang licik, baik kerugian moril maupun materiil. Orang yang culas adalah orang demi kepentingan diri sendiri rela merugikan orang lain.

Manusia adalah makhluk yang unik dengan berbagai karakteristik yang berperan dalam membentuk kepribadiannya, yang sangat dipengaruhi oleh sub personalitas yang mendominasi dirinya. Memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, pasti dalam lingkungan pergaulan kita  menemukan berbagai karakter orang seperti baik, jahat, licik, penyabar, culas dan sebagainya.

Tentu dalam berinteraksi dengan manusia berkarakter culas  tersebut, diperlukan strategi dan cara menghadapi agar kita tidak terjebak dalam ulah-ulah mereka yang selain merugikan juga bisa memusingkan diri kita sendiri. Manusia culas cenderung suka mempermainkan emosi kita. Mereka bisa memancing emosi kita dengan kata-katanya , bahkan berani membuat isu yang dapat merusak nama baik kita kepada orang lain.  Kita mesti menghadapinya dengan tenang dan tidak memedulikannya dengan sikap santai, sehingga dia frustasi dan menganggap rencananya bakal gagal total. Manusia culas dengan segala daya upaya selalu ingin mendapatkan yang dia butuhkan, sehingga kita perlu fokus jangan sampai, kehadiran orang culas membuat kita lengah dan meladeni sikap yang dia tunjukan. Abaikan saja  dan anggap tidak terjadi apa-apa. Dengan demikian dia akan  semakin kesal dan tidak menemukan cara lagi. Kita juga perlu  peka terhadap situasi  dengan meningkatkan kewaspadaan, terutama terhadap apa yang dilakukan manusia culas ini, lebih hati-hati dalam bertindak dan bersiap ketika orang culas ini melakukan sesuatu pada diri kita. Kita juga mesti bersikap lebih tegas pada manusia culas, terutama jika dia menebar fitnah tentang diri kita, sehingga dia tidak semena-mena terhadap kita.

Manusia culas sangat berbahaya, dan ada pada banyak  sektor kehidupan, mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, dunia kerja, dunia usaha saat kita melakukan kerjasama. Pengalaman saya, dalam banyak kerja sama bisnis, yang pada awalnya sangat kental nuansa ‘senasib sepenanggungannya’, akan tetapi begitu usaha yang dijalani mengalami kemajuan dan keuntungan, sifat culas mulai mengemuka, mementingkan diri sendiri dan melanggar  komitmen-komitmen awal yang disepakati. Untuk memuluskan siasatnya yang licin, orang yang culas akan suka menipu dan berbohong serta pandai bersilat lidah.  Culas membuat seseorang menjadi serakah, nafsunya tidak pernah ada ujungnya. Ia berbuat seperti orang haus yang meminum air laut, makin diminum makin haus. Orang yang culas inginnya menjadi nomor satu, tidak peduli dengan kemampuannya yang tidak seberapa. Ia akan berusaha menyingkirkan orang yang bisa menghalangi ambisinya. Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. tanda orang munafik ada tiga: "Ketika ia bicara ia berdusta, jika ia berjanji ia mengingkari dan ketika ia dipercaya ia berkhianat.” (HR. Bukhari)

Agar perilaku culas dapat diputus dari para pendahulunya, maka generasi muda harus diberikan pendidikan karakter untuk mengantisipasi generasi yang akan datang agar berhenti melakukan berbagai penyelewengan di negeri ini. Dengan pendidikan karakter, diharap mereka tercegah dari perilaku yang tidak bermoral, khususnya perilaku culas dan pelanggaran moral lainnya. Sistem pendidikan yang menyelaraskan ilmu pengetahuan dengan iman dan takwa dengan menyisipkan tentang keimanan dan ketakwaan pada setiap ilmu pengetahuan umum, agar hatinya lurus dalam bertindak. Sarana dan prasarana yang menunjang terbangunnya karakter generasi yang akan datang agar terbebas dari berbagai karakter buruk perlu ditanamkan dari sejak pendidikan usia dini. Pendidikan karakter merupakan keseluruhan proses pendidikan yang dialami peserta didik sebagai pengalaman pembentukan kepribadian melalui memahami dan mengalami sendiri nilai-nilai, keutamaan-keutamaan moral, nilai-nilai ideal agama, dan sebagainya. Meskipun lingkungan sekolah berperan kuat dalam pendidikan karakter, peran orang tua, masyarakat,  tidak kalah penting. Nilai-nilai kebaikan dan kejujuran, sebagai bagian dari pendidikan karakter, tidak akan bisa terealisasi menjadi karakter individu jika tidak pernah dipraktekkan di lingkungan rumah tangga  dan di lingkungan masyarakat serta pentingnya spirit untuk memutus mata rantai perilaku culas untuk tidak diteruskan ke generasi yang akan datang. Dalam salah satu tayangan video di instagramnya Helmi Yahya menekankan bahwa, "Manusia toxic ini mesti dihindari dan ditinggalkan, yang suka cari muka, menikam dari belakang, mencuri goal orang, suka mencelakakan teman, hutang tidak bayar, egois, tidak disiplin" ( FSY)