Senin, 11 Februari 2019



SIAPA  YANG KITA PERTUHANKAN
Oleh ; Febri Satria Yazid
*pemerhati sosial

‘Pembuktian bahwa kita mempertuhankan Allah  adalah dengan menerima semua mahluk ,karena begitulah Allah SWT’ ( Gus Dur )
  “Siapa yang mengenal dirinya secara baik, maka ia telah mengenal Rabbnya.”
          Pernyataan almarhum Gus Dur dan hadis di atas, menjelaskan kepada kita bahwa ketika  kita tidak mampu mengajak diri sendiri untuk menerima semua mahluk ciptaan Allah SWT artinya kita telah gagal mengenali diri sendiri dengan baik dan sesungguhnya tidak mempertuhankan Allah SWT dalam kehidupan kita, sehingga perilaku kita menjadi seperti yang diungkapkan oleh Gus Mus : ‘ atheis dimusuhi karena tidak bertuhan, bertuhan dimusuhi karena Tuhannya beda, Tuhannya sama dimusuhi karena nabinya beda.Nabinya sama dimusuhi karena alirannya beda . Alirannya sama dimusuhi karena pendapatnya beda . Pendapatnya sama dimusuhi karena partainya beda. Partainya sama dimusuhi karena pendapatannya beda. Lantas apa maunya kita ? mau hidup sendiri untuk memuaskan segala hasrat?
          Hasrat apa yang sesungguhnya hendak digapai sehingga kita sampai bersikap berani mempertuhankan selain Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta dan manusia  telah ditunjuk untuk menjadi khalifatullah di bumi. Arti yang tepat dalam bahasa Indonesia  terhadap khalifah kita adalah ‘pengganti’.
          Dalam hal kata ‘pengganti’, ada penafsir mengatakan pengganti dari jenis makhluk yang telah musnah, sebangsa manusia juga,sebelum Adam, itulah yang akan digantikan.Ada setengah penafsiran mengatakan Khalifah dari Allah sendiri. Pengganti Allah sendiri. Sampai di sini niscaya dapat dipahamkan bahwa mentang-mentang manusia dijadikan KhalifahNya oleh Allah, bukanlah berarti, bahwa dia telah berkuasa pula sebagai Allah dan sama kedudukan dengan Allah SWT.
“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada jasad dan rupa bentuk kamu, tidak kepada keturunan dan harta kekayaan kamu, sebaliknya Allah memandang kepada hati kamu. Maka siapa yang  memiliki hati suci bersih, niscaya Allah amat mencintai orang tersebut. Ketahuilah wahai  Anak Adam bahwa orang yang paling dicintai Allah ialah orang yang paling bertakwa di kalangan kamu.” (HR Muslim dan Tabrani)
 Takwa dapat kita artikan : 
1.    Terpeliharanya diri untuk tetap taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya;
2.    Keinsafan diri yang diikuti dengan kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya;

3.    Kesalehan hidup. Kesalehan tidak hanya dilihat dari ketaatan dan kesungguhan seseorang dalam menjalankan ibadah ritual, karena ini sifatnya hanya individual dan sebatas hubungan dengan Allah  SWT (Hablumminallah), tetapi kesalehan juga dilihat dari dampak kongkretnya dalam kehidupan bermasyarakat. Kesalehan sangat tergantung pada  tindakan nyata seseorang, dalam hubungannya dengan sesama manusia (Hablumminannas); juga sangat tergantung pada sikap serta prilakunya terhadap alam, baik hewan, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya (Dr. Hj. Helmiati, M.Ag)

          Jelas bahwa kata kuncinya adalah takwa,berarti mereka yang tidak mau merima semua mahluk telah menyimpang dari tujuan penciptaannya dan tidak bertakwa kepada Allah SWT . Di atas sudah digambarkan bahwa penolakan ini disebabkan karena kuatnya hasrat ,hasrat untuk menguasai sendi-sendi kehidupan dari hulu hingga  hilir . Lantas kalau kita sudah berhasil memenuhi hasrat, apa memang  itu sebetulnya yang kita cari , yang kita bela ? dan apakah sesuai dengan ucapan yang senantiasa kita ucapkan saat menghadap Yang Serba Maha ,bahwa hidup dan mati kita diabdikan kepada yang tidak pernah meninggalkan kita , yaitu kepada Yang Maha benar perhitungannya dan Maha teliti pembalasannya dan Maha kuat perlindungannya ,kepada Yang serba Maha inilah loyalitas kita berikan secara total dan jika hal-hal tersebut kita terapkan maka sesungguhnya kita telah mempertuhankan Allah SWT dan fungsi kita sebagai Khalifatullah terpenuhi , selain itu rasa damai dalam menjalani kehidupan akan senantiasa kita rasakan , suasana batin terasa damai dan itu indikator utama kita telah berada pada lintasan yang benar dalam beragama .
( FSY)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar