Konflik
Oleh ; Febri Satria Yazid
*pemerhati sosial
Beberapakali saya menyaksikan percekcokan hebat antara 2 orang yang tampil dengan karakter masing-masing, yang satu meledak-ledak , yang satu seperti menganggap enteng persoalan yang dilontarkan pihak lain, maka terjadilah perang mulut, adu argumentasi , yang kian lama kian menyertakan emosi masing-masing , kejadian inilah yang kita namakan konflik pada skala perorangan . Bahkan di salah satu media televisi Nasional, kita pernah menyaksikan konflik yang berujung tindakan emosional , ketika salah seorang yang bertikai pendapat menyiramkan air ke muka lawan bicaranya. Bagi saya, menyaksikan konflik semacam ini merupakan hal biasa bahkan tidak jarang saya juga berkonflik baik secara orang perorang maupun antar kelompok , yang menurut saya ada baiknya dalam menuju terjadinya kesetimbangan baru untuk hubungan kedepan , yang bisa saja lebih baik atau bisa juga terjadi pemutusan hubungan yang sesungguhnya belum tentu juga buruk bagi kedua pihak yang bertikai. Andai kedua belah pihak tidak berhasil mencapai kesepakatan baru dari konflik yang terjadi karena berkesimpulan jika dimaafkan kelak akan memperbesar peluang terjadi perbuatan yang sama atau lebih jahat, maka dalam keadaan seperti ini yang lebih utama adalah dengan tidak memaafkannya, yang bersangkutan dapat mengambil haknya demi perbaikan .
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konflik adalah percekcokan, perselisihan, dan pertentangan. Konflik sosial adalah pertentangan antar anggota masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam kehidupan. Konflik berasal dari kata kerja latin "configere". Artinya saling memukul. Percekcokan , perselisihan, pertentangan bahkan bisa saling memukul dan membunuh sesama. Konflik merupakan suatu proses sosial antara 2 orang/lebih dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuat tidak berdaya dan puncak dari keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai dapat menimbulkan kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia. Pada skala yang lebih rendah, konflik dapat merusak hubungan persaudaraan atau pada skala antar negara konflik memporak porandakan suatu negara yang pada akhirnya dapat merusak hubungan bilateral dan pemutusan hubungan diplomatik antara negara yang berkonflik
Menurut Webster istilah conflict dalam bahasa latinnya berarti suatu perkelahian, peperangan atau perjuangan, yaitu berupa konfrontasi fisik antar beberapa pihak (Pruit dan Rubin, 2009: 9). Konflik menurut Soerjono Soekanto adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan dengan disertai ancaman dan kekerasan.
Konflik dapat terjadi oleh adanya perbedaan pendirian dan keyakinan orang perorangan telah menyebabkan konflik antar individu. Dalam konflik-konflik seperti ini terjadilah bentrokan-bentrokan pendirian, dan masing-masing pihak pun berusaha membinasakan lawannya. Membinasakan disini tidak selalu diartikan sebagai pembinasaan fisik ( meski ada juga terjadi akibat kekerasan verbal yang dirasakan salah satu pihak yang membalas dengan kekerasan fisik , yang kalau tidak bisa diterima oleh salah satu pihak dapat melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwajib ), bisa pula diartikan dalam bentuk pemusnahan simbolik atau melenyapkan pikiran-pikiran lawan yang tidak disetujui. Di dalam realitas sosial tidak ada satu pun individu yang memiliki karakter yang sama sehingga perbedaan pendapat, tujuan, keinginan tersebutlah yang jika tidak dapat diterima dapat mempengaruhi timbulnya konflik sosial.
Hal lain yang dapat memicu terjadinya konflik adalah perbedaan kebudayaan tidak hanya akan menimbulkan konflik antar individu, akan tetapi bisa juga antar kelompok. Pola-pola kebudayaan yang berbeda akan menimbulkan pola-pola kepribadian dan pola-pola perilaku yang berbeda pula dikalangan kelompok yang luas. Selain itu, perbedaan kebudayaan akan mengakibatkan adanya sikap etnosentrisme yaitu sikap yang ditunjukkan kepada kelompok lain bahwa kelompoknya adalah yang paling baik. Jika masing-masing kelompok yang ada di dalam kehidupan sosial sama-sama memiliki sikap demikian, maka sikap ini akan memicu timbulnya konflik antar penganut kebudayaan. Di Negara Indonesia yang heterogen ,ada banyak budaya daerah yang bersatu dalam perbedaan dengan spirit Kebhineka Tunggal Ikaan yang terus dirajut untuk mempertahankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meski beberapa komponen terus mencoba membenturkan perbedaan yang dimiliki, namun hingga kini konflik budaya bernuansa Suku,Agama dan Ras dapat dikendalikan mencegah terjadinya disintegrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perbedaan kepentingan juga dapat memicu terjadinya konflik. Hanya kesamaan kepentingan yang dapat melanggengkan hubungan , seperti pepatah Yahudi ; ‘ tidak ada teman abadi, tidak ada musuh abadi, yang ada adalah kepentingan yang abadi’. Kerenanya menjadi sangat penting untuk menjaga hubungan agar selalu berada dalam hubungan yang saling mengutungan ( mutualisme ) yang merupakan kekuatan untuk mencegah terjadinya konflik . Mengejar tujuan kepentingan masing-masing yang berbeda-beda, kelompok-kelompok akan bersaing dan berkonflik dalam memperebutkan kesempatan dan sarana yang ada. Persinggungan kepentingan ini dapat menyulitkan orang tersebut untuk menjalankan tugasnya. Suatu konflik kepentingan dapat timbul bahkan jika hal tersebut tidak menimbulkan tindakan yang tidak etis atau tidak pantas. Suatu konflik kepentingan dapat mengurangi kepercayaan terhadap seseorang atau suatu profesi. Tercampurnya kepentingan pribadi dan kepentingan publik merupakan akar timbulnya konflik kepentingan. Dampak lainnya yang ditimbulkan oleh konflik kepentingan yaitu terhadap pengambilan keputusan yang cenderung subyektif.
Meski di atas telah diuraikan dampak-dampak buruk yang timbul dari terjadi suatu konflik, terdapat juga pengaruh positif dari konflik yang terjadi ,konflik dapat menyelesaikan persoalan yang ada.,konflik dapat mengurangi ketegangan yang berkepanjangan, konflik dapat mengetahui pihak yang salah dan yang benar, konflik memberi kesadaran kepada masyarakat pentingnya kedamaian dan konflik juga dapat memperkuat persatuan dan kesatuan kelompok. Semua efek positif ini dapat terjadi jika konflik dilakukan dalam porsi dan cara-cara yang pas dalam sikap emosi yang terkendali dan saling menghormati perbedaan karakter, yang pada akhirnya memperoleh kesetimbnagan baru dan selanjutnya dapat hidup berdampingan dalam kedamaian (fsy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar