Dengar dan Taat
Oleh ; Febri Satria Yazid
*Pemerhati sosial
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan dan keturunan dari kalangan kami sebagai penenang hati.”( QS 25;74), menggambarkan bahwa pasangan atau jodoh yang akan kita miliki nanti akan membuat hati menjadi tenang. Seorang pasangan digambarkan menjadi pelengkap dalam kehidupan. Dambaan setiap insan tentunya untuk dapat mewujudkan hal seperti kandungan doa tersebut, lalu pertanyaannya kenapa dalam perjalanan kehidupan banyak kita temui fakta harapan memperoleh ketenangan hati tersebut gagal diperoleh? apakah karena syarat dan ketentuan yang dinasihatkan oleh Rasulullah SAW kita abaikan begitu saja atau sudah begitu suratan tangan ( takdir mubram) kehidupan yang Allah gariskan untuk kita perankan atau bisa juga karena faktor kultur setempat yang telah membelenggu yang gagal didobrak karena mental telah terpenjara oleh adat istiadat atau mindset, misalnya. Tentu masing-masing punya jawaban jika kehidupan rumah tangga mereka dilanda prahara.
Sangatlah penting bagi para pasangan untuk menyiapkan pernikahannya dengan baik sehingga dapat mengantisipasi terjadinya prahara bak badai yang akan menerpa dan pada saat hal tersebut terjadi dapat diatasi dengan baik, memahami betul nasihat Rasulullah SAW tentang kriteria yang mutlak diperhatikan dalam memilih jodoh,yaitu kekayaan yang menjadi alat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Memang kekayaan bukanlah segala-galanya, tetapi segalanya membutuhkan uang. Perlu pengendalian diri dalam usaha memperoleh harta agar tetap berada dalam koridor dan tuntunan agama,karena kelak tentang kekayaan ini akan ada dua pertanyaan , darimana diperoleh dan kemana dipergunakan kekayaan tersebut. Selanjuitnya pemilihan keturunan yang baik, jelas silsilah keturunan keluarganya sehingga bibit,bebet dan bobotnya dapat diketahui dari awal sebelum pasangan memutuskan untuk membangun kehidupan rumah tangga. Hal ketiga yang perlu diperhatikan dalam memilih adalah paras yang dapat memberi ketenangan dan kesenangan jika dipandang ,memberikan rasa bangga dan menambah rasa percaya diri. Memang paras cantik dan ganteng tidak akan bisa dipertahankan sepanjang masa sesuai dengan sunatullah perlahan kecantikan dan kegantengan akan memudar seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia , akan tetapi kecantikan dan kegantengan pasangan dapat meningkatkan banyak rasa pada masing-masing pasangan. Hal terakhir yang amat penting adalah agama yang dapat menjamin kebahagian yang hakiki baik di dunia maupun di akhirat kelak
Untuk keempat hal di atas , Rasulullah SAW berpesan untuk memilih yang sekufu. Maksud sekufu dalam perkawinan disini adalah sepadannya seorang suami dengan istrinya dalam agama, kedudukan, pendidikan, kekayaan, status sosial, dan sebagainya. Menurut Muhammad Bagir, terpenuhinya kafah merupakan syarat hanya bagi calon suami untuk menjaga derajat dirinya dimata keluarga istrinya. Kafaah atau kufu bermakna sepadan, sebanding, dan semisal. Beberapa ulama fikih berpendapat, calon suami dan istri harus memiliki kafaah yang sama. Alasannya, agar dalam pergaulan saat sudah menikah nanti lebih menjamin keharmonisan hidup rumah tangga. Dalam banyak perkawinan saat ini, karena telah dikuasai rasa cinta yang mendalam, calon pengantin seakan kehilangan akal sehat dan mengabaikan nasihat yang disampaikan Rasulullah SAW, seakan cinta mampu menyelesaikan segala prahara yang muncul. Betapa sangat disayangkan cinta yang dimiliki pasangan bisa jadi sia-sia , kehilangan keharmonisan hanya karena lalai memperhatikan sisi-sisi yang dingatkan Rasulullah SAW yang sebenarnya dapat kita cermati sebelum seseorang memutuskan jatuh cinta. Kalau sudah jatuh cinta orang bijak berpesan ; ‘tak perlu menasehati orang yang sedang jatuh cinta, karena mereka tak akan pernah mendengar. Mata mereka buta, hati mereka tuli dan langkah mereka terhenti pada sosok yang dipuja’.
Jika syarat-syarat yang mesti diperhatikan sesuai dengan nasihat Rasulullah SAW telah kita ikuti dengan seksama, tetapi kita masih saja menenui prahara dalam menjalankan kehidupan rumahtangga bisa jadi kita berada dalam takdir mubram adalah ketetapan mutlak dari Allah SWT yang pasti berlaku dan manusia tidak diberi peran untuk mewujudkannya. Dalam artian, takdir yang terjadi pada diri manusia tanpa bisa ditawar lagi. Mubram sendiri secara bahasa bermakna sesuatu yang tidak dapat dielakkan atau sudah pasti. Misalnya, takdir soal kelahiran seseorang, kematian manusia, jodoh, hingga hari kiamat. Di samping itu, contoh takdir mubram mencakup segala musibah dan bencana yang terjadi di muka bumi. Bila berhadapan dengan takdir mubram ini tentu ada lagi tuntunan dan cara kita menyikapi agar kehidupan kita tetap dapat terjaga dengan baik.
Tentu kita harus punya keyakinan bahwa bila kita taat pada tuntunan yang diajarkan agama melalui Rasulullah SAW , dengan mengikuti syarat dan ketentuan dalam memilih jalan kehidupan seperti pemilihan jodoh, tentu hasilnya tidak akan beda dengan syiar yang Rasulullah sampaikan. Tidak ada pilihan lain kecuali kita mendengarkan seruan dan taat pada tuntunanNya sebagai panduan untuk bisa selamat lalui kehidupan di dunia dan di akhirat kelak sebelum kita menyimpulkan peristiwa kehidupan yang kita alami adalah sebuah takdir. (fsy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar