Kamis, 02 Juni 2022

Dilema

 

Dilema

Oleh ; Febri Satria Yazid

·         Pemerhati sosial

 

        Sering kita mendengar ungkapan dalam masyarakat ibarat memakan buah simalakama, ketika kita dihadapkan pada dua pilihan yang sulit untuk ditentukan pilihan yang terbaiknya, berada pada kondisi serba salah.

Dalam KBBI istilah atau peribahasa ini diambil dari kata buah simalakama, yaitu buah yang dimakan ataupun tidak akan menimbulkan bencana (perumpamaan). Pada kenyataanya buah simalakama adalah buah yang biasa dikenal dengan sebutan mahkota dewa atau nama ilmiahnya phaleria mcrocarpa.

Kenapa buah simalakama yang jadi perumpaan dalam ungkapan bila kita berada pada posisi serba sulit dalam memilih dua alternatif ?  Jawabannya adalah  karena disatu sisi buah simalakama adalah buah yang memiliki kandungan racun yang cukup tinggi, terutama pada bagian bijinya.Apabila seseorang memakannya akan menyebabkan sariawan, mabuk hingga kejang-kejang.Bahkan dosis berlebihan dari penggunaan buah ini juga dapat menimbulkan beberapa efek samping, terutama untuk ibu hamil. Akan tetapi disisi lainnya buah simalakama juga termasuk ke dalam jenis tanaman obat-obatan, yang berfungsi sebagai antikanker. Selain itu, buah ini juga bermanfaat sebagai penghilang racun dalam tubuh, antialergi, antiradang, dan mengurangi kadar risiko penyakit jantung.

Karena fakta itulah yang menyebabkan  akhinya munculah   buah simalakama sebagai perumpaan, jika kita dihadpkan pada dilema saat menentukan pilihan.

            Dilema (bahasa Inggris: dilemma) adalah istilah umum yang merujuk kepada suatu kondisi yang menyulitkan yaitu munculnya sebuah masalah yang menawarkan dua kemungkinan, di mana keduanya sama-sama sulit untuk diterima. Dalam pengertian lain, dilema juga dapat dimaknai sebagai situasi sulit yang mengharuskan orang menentukan pilihan antara dua kemungkinan yang sama-sama tidak menyenangkan atau tidak menguntungkan; situasi yang sulit dan membingungkan. Dilema dapat terjadi dalam semua aspek kehidupan manusia, misalnya dalam percintaan, keluarga, persahabatan, minat, dan lain-lainnya yang semuanya menyebabkan seseorang sulit mengambil keputusan.

            Lalu bagaimana kita menyikapi jika dihadapkan pada persoalan kehidupan, apakah kita membiarkan kondisi dilema tersebut tanpa memilih dan berkeyakinan waktulah yang akan menyelesaikan keadaan tersebut atau kita berani mengambil resiko karena tidak ingin berlama-lama  dalam situasi yang membinggungkan ? Jawabannya tentu sangatlah relatif, tergantung pada variabel-variabel yang jadi pertimbangan  saat kita dihadapkan pada keadaan tersebut, karena hidup bukan tentang menunggu badai berlalu, perjalanan masih panjang, berhenti untuk menyudahi atau terus berjalan untuk melanjutkan , karena kehidupan terus berjalan. Waktu terus berjalan tak peduli bagaimana keadaan kita, waktu tidak akan pernah menunggu.

            Sebagai khalifah di muka bumi, kita dianugerahi akal pikiran untuk mempelajari dengan seksama setiap peristiwa kehidupan yang kita alami, meski ibarat buah simalakama, karena kehidupan terus bergulir , memutuskan pilihan tetap mutlak dilakukan jika kita tidak ingin menjadi korban dari keadaan yang serba tak menentu, yang pada akhirnya dapat jadi bumerang bagi diri sendiri. Memilih kemudian pilihan kita bisa saja keliru , tetap jauh lebih baik daripada kita diamkan menyerahkan pada waktu untuk menuntaskannya karena tidak berani untuk mengambil resiko dalam kehidupan. Suatu saat hidup kita  akan mencengkram kita  lebih erat hingga kita  sulit untuk bernafas. Suatu saat kehidupan kita   akan menekan kita  lebih dalam, hingga kita  sulit untuk terlepas. Suatu saat, hidup akan menampar kita  berkali-kali hingga kita  meringis kesakitan. Suatu saat, hidup kita  tak akan memberimu ruang hingga kita  harus terkucil dalam kesempitan. Lalu bagaimana kita menyikapinya , lolos atau tenggelam dalam berbagai  saat-saat seperti yang dipaparkan di atas?

            Ada prosedur standar yang membimbing manusia ketika dihadapkan dalam kondisi dilematis, baik prosedur yang diatur secara spiritual ataupun metoda-metoda yang disampaikan oleh para ahli  yang mestinya kita pergunakan dengan sebaik-baiknya dengan menggunakan akal pikiran yang dianugerahkan oleh sang pencipta kehidupan, jika tidak ingin jadi korban keadaan. Life must go on ( fsy )

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar