Fenomena
Dungu
Oleh
; Febri Satria Yazid
*pemerhati
sosial
“Sungguh,
akan datang kepada manusia tahun-tahun yang sangat menipu. Para pendusta pada
zaman itu dianggap sebagai orang yang jujur, sementara orang yang jujur
dianggap pendusta. Para pengkhianat pada zaman itu dipercaya, sementara
orang-orang yang amanah dianggap pengkhianat. Pada zaman itu pula Ruwaibidhah
banyak berbicara.” Rasulullah pun ditanya, “Siapa Ruwaibidhah, wahai
Rasulullah?” Beliau kemudian menjawab, “Orang dungu yang membicarakan urusan
manusia.” (HR Ibnu Majah dari Abu Hurairah ra.).
Fenomena
seperti hadist yang diriwayatkan Ibnu Majah dari Abu Hurairah ra,diyakini
sebagai fenomena akhir zaman. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Fenomena
berasa dari bahasa Yunani; phainomenon, "apa yang terlihat", dalam
bahasa Indonesia bisa berarti gejala,
hal-hal yang dirasakan dengan pancaindra, fakta, kenyataan, kejadian.
Di
Tanah Air kita dalam 2-3 tahun terakhir ini dalam Pilgub DKI dan Pilpres 2019 fenomena ini
sangat terasa, dikotomi antara kutub yang menempatkan dirinya sebagai kelompok
orang-orang cerdas,pengguna akal sehat dan di kutub lain kelompok yang dihujat
sebagai manusia-manusia dungu,bodoh. Meski Pilgub DKI dan Pilpres 2019 telah
berakhir, namun iklim kehidupan yang saling mencerca ini, kian dahsyat dan siap
merobek persatuan dan kesatuan Bangsa . Yang lebih tragis lagi, baik di media sosial
atau di media elektronik lainnya, masing-masing kelompok menilai dirinya cerdas
,lalu siapa sesungguhnya yang dungu? Atau ini merupakan sunatullah yang tidak dapat
dihindari sebagai bagian dari system kehidupan yang dirancang Allah SWT , zaman
yang mesti dilewati manusia. Lalu bagaimana sikap kita menghadapi fenomena saling mendungukan ini ?
Semangat
menyuarakan kebenaran itu tidak
diimbangi dengan cara yang benar pula. Mereka memperjuangkan pemikiran sebagai
hasil berpikir dari otaknya yang merupakan karunia dari Allah SWT dengan cara
yang tidak disukai Allah SWT. Mestinya sebagai wujud rasa syukur yang dalam,
maka kita mesti menggunakan otak sesuai
dengan tujuan Allah SWT menganugerahkannya kepada umatNya dengan cara-cara yang
elegan.Karena kebenaran yang disampaikan seringkali disertai dengan
saling mencela, mencaci dan mengejek kelompok lainnya. Apakah cara semacam ini
mendapat restu dari Allah SWT pencipta alam semesta?.Bagaimana cara
berkomunikasi dengan orang yang sudah tak beretika dalam dialog ?. Bagaimana
sikap kita berhadapan dengan orang yang membahas argumentasi dengan cacian?. Resep dari Sayyida Ali,’selalu
adili dirimu, lebih keras dari mengadili orang lain’. Allah SWT memerintahkan
Rasul untuk berpaling dari orang-orang bodoh
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan
pedulikan orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf: 199). Manusia yang diingatkan
Allah SWT agar jangan dipedulikan adalah
orang yang bodoh tapi merasa dirinya paling pintar dan paling benar. Siapapun
yang berbeda dengannya pasti salah dan tidak mau mendengar pendapat orang lain.
“Orang yang paling dungu adalah orang yang menganggap dirinya paling berakal”
(Imam Ali bin Abi Thalib).
Ini yang sepertinya tidak disadari
oleh mereka yang tak henti-hentinya mendungu-dungukan sesama dan menempatkan
dirinya sebagai orang yang paling berakal, menyatakan dirinya sebagai pengguna
akal sehat. Berhadapan dengan tipe
manusia begini , memerlukan kearifan
kita dan jadi ajang yang baik dalam memperbaiki kualitas diri kita. Hinaan
bahkan dapat memperkokoh dan memperjelas
kemuliaan seseorang yang dihina. Banyak kita saksikan kejadian, orang yang
dihina tetap bersikap tenang dan arif,sehingga masyarakat jadi bisa melihat dengan jelas siapakah dan
bagaimanakah sebenarnya orang yang yang dihina dan yang menghina dan pada
akhirnya hinaa itu justru kian meninggikan derajat kita
Bahwa
zaman dimana orang dungu sibuk membicarkan urusan manusia adalah suatu keniscayaan
dan kita sudah diberi petunjuk dan tuntunan dalam menyikapi tipe manusia begini
, dengan kearifan dan kesabaran . Bak kata pepatah “kesabaran itu tuli walaupun telinga bisa
mendengar” (FSY)
keren 😍
BalasHapusTerimakasih Oval
HapusBenar masuk akal
BalasHapusYa Lutfan...
BalasHapus