Banyak Jalan
Oleh ; Febri Satria Yazid
·
Pemerhati sosial
“
Tuhan telah menyalakan obor dalam hatimu
yang memancarkan cahaya pengetahuan dan keindahan. Sungguh berdosa jika kita
memadamkanya dan mencampakanya dalam abu “(kahlil Gibran )
Kata bijak di atas mempunyai makna yang
dalam dan mengingatkan anugerah yang telah diberikan oleh Sang Pencipta kepada
umat manusia yang telah ditunjuk sebagai khalifatullah di bumi. Dibekali qalbu
( hati ) yang memancarkan cahaya pengetahuan yang mengarahkan pikiran dalam
proses penerimaan pengetahuan , seperti ungkapan ‘ educating the mind without
educating the heart is not education at all ‘ mendidik pikiran tanpa mendidik hati ,bukanlah pendidikan sama sekali ( Aristoteles ).
Dalam perjalanan kehidupan mengawal
agar obor dalam hati kita tetap menyala dan memancarkan pengetahuan dalam
mendidik pikiran dan hati , diperlukan pemahaman agar dalam perjalanannya kita
bisa sabar dan tidak memadamkannya begitu saja jika dalam proses kita
dihadapkan pada hal-hal yang tidak seperti perencanaan yang kita susun dalam
meraih impian atau cita-cita kita. Saya pernah menyaksikan video yang
cuplikannya saya uraikan di bawah ini ;
Saya kenal orang yang lulus di usia 21 tahun, tapi tidak mendapat
pekerjaan sampai usia 27 tahun. Saya kenal orang yang telat lulus usia 25
tahun, tapi langsung mendapat pekerjaan. Saya kenal orang yang tidak pernah
kuliah, tapi telah menemukan passion mereka di usia 18 tahun. Saya kenal orang
yang setelah lulus kuliah, langsung mendapat pekerjaan, tapi membenci pekerjaan
mereka. Saya kenal orang yang tidak langsung kuliah, tapi menemukan tujuan
hidup mereka. Saya kenal orang yang sangat yakin tentang apa yang akan mereka
kerjakan saat usia 16 tahun, tapi berubah pikiran saat berusia 26 tahun. Saya
kenal orang yang punya anak tapi tidak punya pasangan. Saya kenal orang yang
menikah tapi harus menunggu 8-10 tahun untuk memiliki anak. Saya kenal orang
yang terikat dalam suatu hubungan tapi mencintai orang lain. Saya kenal orang
yang saling mencintai tapi tidak bersama-sama.
Banyak
lagi cuplikan peristiwa kehidupan atau perjalanan kehidupan yang terjadi tidak seperti yang kita harapkan
atau kita saksikan perjalanan hidup seseorang yang menurut ukuran kita sangat
mulus,lancar dan dalam waktu sangat
singkat kita sebut orang tersebut berprestasi dan sukses.
Pertanyaannya
apa betul pencapaian orang yang kita amati tersebut memang pantas dikategorikan
sebagai prestasi dan sukses ? Menurut pengertiannya prestasi adalah hasil dari
usaha.Prestasi diperoleh dari usaha yang telah dikerjakan. Dari pengertian
prestasi tersebut, maka pengertian prestasi diri adalah hasil atas usaha yang
dilakukan seseorang.Prestasi dapat dicapai dengan mengandalkan kemampuan
intelektual, emosional, dan spiritual, serta ketahanan diri dalam menghadapi
situasi segala aspek kehidupan.Karakter orang yang berprestasi adalah mencintai
pekerjaan, memiliki inisiatif dan kreatif, pantang menyerah, serta menjalankan
tugas dengan sungguh-sungguh .Karakter-karakter tersebut menunjukan bahwa untuk
meraih prestasi tertentu, dibutuhkan kerja keras. Sedangkan sukses diartikan
sebagai kemampuan untuk menjalani hidup kita sesuai dengan keinginan kita,
melakukan apa yang yang paling dinikmati, dikelilingi oleh orang-orang yang
kita senangi dan hormati.
Kalau
kita hubungkan dengan pernyataan Kahlil Gibran di atas dan beberapa kejadian
kehidupan yang dialami seseorang seperti cuplikan kisah video itu, bagi mereka
yang berhadapan dengan berbagai kendala dan benturan apa akan kita simpulkan
yang bersangkutan tidak berprestasi dan tidak sukses?
Agar
suasana batin kita tidak terguncang atau frustrasi dalam menyikapi hal yang
menurut ukuran kita manusia adalah benturan dan kendala yang berujung kegagalan
hidup, maka disinilah pentingnya pemahaman agama yang menjelaskan apa hakekat
kehidupan yang sesungguhnya , tentang ukuran prestasi dan sukses. Juga beberapa kisah perjalanan Nabi dan Rasul yang sengaja ditunjukkan oleh Allah SWT dalam menguji kesabaran .Sangat
sederhana, bahwa Allah SWT memberikan banyak jalan dalam meraih garis kehidupan
yang telah ditetapkanNya, sebagai suatu takdir dan keyakinan bahwa dengan
kesabaran dan doa, kita bisa beralih dari suatu takdir ke takdir berikutnya
yang menurut Sang Pencipta paling tepat dan sanggup kita pikul dan jalani
dengan rasa syukur dan tawakal pada kehendakNya. Setiap kita dapat satu
peranan yang mesti kita mainkan, maka mainkanlah dengan baik dengan berpedoman
kepada kitab yang telah diwahyukanNya ( FSY )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar