Senin, 27 April 2020

Kepala ,Leher dan Emansipasi


Kepala, Leher Dan Emansipasi
Oleh ; Febri Satria Yazid
·         Pemerhati sosial

Mumpung masih berada di bulan April, bulan dimana Bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini setiap tanggal 21 April dengan ketokohan Raden Ajeng Kartini sebagai pelopor emansipasi wanita di Indonesia . Ada beberapa polemik tentang ketokohan ini, ada suara-suara yang mempertanyakan dan membandingkan peran antara RA Kartini dengan Tjut Nyak Dien, Rasuna Said dan Dewi Sartika misalnya dalam memperjuagkan emansipasi wanita. Kita lupakan polemic itu dan focus kepada makna dari emansipasi itu sendiri.
Emansipasi menurut kamus besar Bahasa  Indonesia adalah pembebasan dari perbudakan; persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat (seperti persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria ). Persamaan hak dan persamaan gender begitu mengemuka, sesuai dengan perkembangan zaman , dan dalam kenyataan saat ini kita menyaksikan wanita telah berhasil pula  menduduki posisi – posisi penting yang selama ini hanya dapat dijabat oleh pria. Emansipasi ini tidak dapat lagi membendung kebangkitan wanita dalam memperjuangkan hak dan perannya dalam berkehidupan dan terindikasi kebablasan , tidak dapat lagi membuat garis tegas antara emansipasi dan kodartnya sebagai wanita.
Agar berada pada  porsi yang pas dalam memaknai dan menerapkan emansipasi ini , kita perlu menyimak  beberapa ungkapan tentang porsi yang  “pas” ;Kita bisa berlari dengan sepatu itu,karena pas. Baju ini kumal,kusut dan bolong ,tapi senang dipakai karena pas. Bantal dan guling sering kita rindukan karena pas. Lelah dan letih tidak jadi soal karena pas . Seragam ini ada karena pas. Kacamata ini tebal tapi nyaman untuk melihat jelas karena pas. Pas itu nyaman , damai, sejuk dan lembut ,membuat kita tenang, jadi pas. Tentu ada aturan main yang mesti kita taati dalam mengkalibrasi nilai-nilai emansipasi wanita ini agar tidak over dan menjadi kehilangan makna.
Dalam wawancara Iwet (Herword Indonesia) bertema ‘ Kekuatan Doa dan Memaafkan dengan Najwa,Najelaa dan Fatmawaty Shihab  yang dipublikasikan di youtube tanggal 14 April 2020 , Najwa Shihab dan  membicarakan tentang emansipasi wanita, karena seperti yang kita ketahui Najwa Shihab adalah salah satu wanita karier di Indonesia yang telah berkiprah lama di media masa sebagai wartawan dan presenter.  Ada satu pernyataan yang pas dilontarkan Najwa tentang peran laki-laki dan wanita , diibaratkan sebagai suatu tubuh manusia, maka laki-laki adalah kepala  ( sesuai dengan tuntunan agama Islam bahwa laki-laki adalah pemimpin  atau kepala dalam keluarga ) dan wanita adalah leher yang berperan turut menentukan ke arah mana kepala mau dipalingkan. Analogikan yang pas, dengan demikian jelas garis antara antara emansipasi dengan kodrat sebagai wanita.
Bersinerginya ‘kepala dan leher’ dalam suatu system pengambilan keputusan dari persoalan kehidupan dengan menempatkan kesetaraan gender pada porsi yang pas, akan menghasilan penyelesaian terbaik  dengan tetap berpegang pada kodrat masing-masing.  
Kodrat adalah kekuasaan Tuhan, dimana manusia tidak akan mampu menentang  atas dirinya sebagai  makhluk hidup. Perbedaan nyata antara  laki-laki dan wanita  terletak di organ dan fungsi reproduksi. Tentu saja ada hal lainnya, namun semuanya bersifat biologis Hal seperti ini lah yang disebut sebagai sesuatu yang kodrati karena semua wanita di dunia ini memiliki organ reproduksi.  Saat seorang bayi terlahir yang paling pertama disebutkan adalah jenis kelaminnya, laki-laki atau wanita . Inilah awal manusia dilekatkan berbagai label dan harapan-harapan sesuai dengan jenis kelaminnya oleh masyarakat. Secara tidak sadar kita kemudian dibedakan secara sosial dan budaya ke dalam kotak-kotak berdasarkan jenis kelamin. Pengotakan ini yang kemudian berlanjut dan pada akhirnya merugikan wanita dalam mengambil peran sosial dan budaya di tengah masyarakat yang kemudian menjadi gerakan menuntut persamaan gender dalam bentuk emansipasi wanita. Dunia ini terlalu sederhana untuk dibuat kotak-kotak yang mengakibatkan sebagian manusia mengalami penindasan karena ketidakadilan. Dunia yang beragam dan begitu kompleks menguji kita apakah mampu melihat dan memperlakukan manusia sebagai manusia. Tetaplah berkiprah wanita Indonesia , berjuang  turut serta memajukan kehidupan sosial dan budaya  di berbagai sektor kehidupan dalam emansipasi yang pas tanpa kehilangan kodrat sebagai wanita. Tegakkan ‘leher’ agar ‘kepala’ tak kehilangan arah dalam memandang sisi-sisi yang baik menuju keselamatan hidup di dunia dan akhirat kelak. ( FSY )



Rabu, 22 April 2020

Banyak Jalan


Banyak Jalan
Oleh ; Febri Satria Yazid
·         Pemerhati sosial

“ Tuhan telah menyalakan  obor dalam hatimu yang memancarkan cahaya pengetahuan dan keindahan. Sungguh berdosa jika kita memadamkanya dan mencampakanya dalam abu “(kahlil Gibran )

            Kata bijak di atas mempunyai makna yang dalam dan mengingatkan anugerah yang telah diberikan oleh Sang Pencipta kepada umat manusia yang telah ditunjuk sebagai khalifatullah di bumi. Dibekali qalbu ( hati ) yang memancarkan cahaya pengetahuan yang mengarahkan pikiran dalam proses penerimaan pengetahuan , seperti ungkapan ‘ educating the mind without educating the heart is not education at all ‘ mendidik  pikiran tanpa mendidik  hati ,bukanlah pendidikan sama sekali ( Aristoteles ).
            Dalam perjalanan kehidupan mengawal agar obor dalam hati kita tetap menyala dan memancarkan pengetahuan dalam mendidik pikiran dan hati , diperlukan pemahaman agar dalam perjalanannya kita bisa sabar dan tidak memadamkannya begitu saja jika dalam proses kita dihadapkan pada hal-hal yang tidak seperti perencanaan yang kita susun dalam meraih impian atau cita-cita kita. Saya pernah menyaksikan video yang cuplikannya saya uraikan di bawah ini ;    Saya kenal orang yang lulus di usia 21 tahun, tapi tidak mendapat pekerjaan sampai usia 27 tahun. Saya kenal orang yang telat lulus usia 25 tahun, tapi langsung mendapat pekerjaan. Saya kenal orang yang tidak pernah kuliah, tapi telah menemukan passion mereka di usia 18 tahun. Saya kenal orang yang setelah lulus kuliah, langsung mendapat pekerjaan, tapi membenci pekerjaan mereka. Saya kenal orang yang tidak langsung kuliah, tapi menemukan tujuan hidup mereka. Saya kenal orang yang sangat yakin tentang apa yang akan mereka kerjakan saat usia 16 tahun, tapi berubah pikiran saat berusia 26 tahun. Saya kenal orang yang punya anak tapi tidak punya pasangan. Saya kenal orang yang menikah tapi harus menunggu 8-10 tahun untuk memiliki anak. Saya kenal orang yang terikat dalam suatu hubungan tapi mencintai orang lain. Saya kenal orang yang saling mencintai tapi tidak bersama-sama.
          Banyak lagi cuplikan peristiwa kehidupan atau perjalanan kehidupan  yang terjadi tidak seperti yang kita harapkan atau kita saksikan perjalanan hidup seseorang yang menurut ukuran kita sangat mulus,lancar  dan dalam waktu sangat singkat kita sebut orang tersebut berprestasi dan sukses.
          Pertanyaannya apa betul pencapaian orang yang kita amati tersebut memang pantas dikategorikan sebagai prestasi dan sukses ? Menurut pengertiannya prestasi adalah hasil dari usaha.Prestasi diperoleh dari usaha yang telah dikerjakan. Dari pengertian prestasi tersebut, maka pengertian prestasi diri adalah hasil atas usaha yang dilakukan seseorang.Prestasi dapat dicapai dengan mengandalkan kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual, serta ketahanan diri dalam menghadapi situasi segala aspek kehidupan.Karakter orang yang berprestasi adalah mencintai pekerjaan, memiliki inisiatif dan kreatif, pantang menyerah, serta menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh .Karakter-karakter tersebut menunjukan bahwa untuk meraih prestasi tertentu, dibutuhkan kerja keras. Sedangkan sukses diartikan sebagai kemampuan untuk menjalani hidup kita sesuai dengan keinginan kita, melakukan apa yang yang paling dinikmati, dikelilingi oleh orang-orang yang kita  senangi dan hormati.
          Kalau kita hubungkan dengan pernyataan Kahlil Gibran di atas dan beberapa kejadian kehidupan yang dialami seseorang seperti cuplikan kisah video itu, bagi mereka yang berhadapan dengan berbagai kendala dan benturan apa akan kita simpulkan yang bersangkutan tidak berprestasi dan tidak sukses?
          Agar suasana batin kita tidak terguncang atau frustrasi dalam menyikapi hal yang menurut ukuran kita manusia adalah benturan dan kendala yang berujung kegagalan hidup, maka disinilah pentingnya pemahaman agama yang menjelaskan apa hakekat kehidupan yang sesungguhnya , tentang ukuran prestasi dan sukses. Juga beberapa kisah perjalanan Nabi dan Rasul yang sengaja ditunjukkan oleh Allah SWT dalam menguji kesabaran .Sangat sederhana, bahwa Allah SWT memberikan banyak jalan dalam meraih garis kehidupan yang telah ditetapkanNya, sebagai suatu takdir dan keyakinan bahwa dengan kesabaran dan doa, kita bisa beralih dari suatu takdir ke takdir berikutnya yang menurut Sang Pencipta paling tepat dan sanggup kita pikul dan jalani dengan rasa syukur dan tawakal pada kehendakNya. Setiap kita dapat satu peranan yang mesti kita mainkan, maka mainkanlah dengan baik dengan berpedoman kepada kitab yang telah diwahyukanNya ( FSY )


         

Minggu, 19 April 2020

Permainan dan Senda Gurau


Permainan dan Senda Gurau
Oleh ; Febri Satria Yazid
·         Pemerhati soisal


 "Dan kehidupan dunia tak lain adalah permainan dan senda gurau." (QS. Al-An’am: 32)
Ini adalah Firman Allah SWT , yang menurut KBBI firman merupakan sabda atau perintah dari Allah SWT pencipta alam semesta. Panduan hidup agar umat berada pada lintasan yang benar dalam menjalani suatu peristiwa kehidupan, agar tidak ada galau,tidak ada keraguan dan kekhawatiran serta kecemasan pada setiap perjalanan  yang dilalui.
Kini dunia sedang dilanda wabah virus , meski badan kesehatan dunia (WHO) telah memberikan penjelasan yang konkrit tentang apa itu virus, bagaimana penyebarannya, bagaimana agar manusia tidak terpapar virus corona ( covid 19 ), tetap saja manusia  melakukan langkah-langkah ekstrim ,baik ekstrim sangat protektif ataupun ekstrim  tidak peduli sama sekali dengan dalil dan landasan berpikir masing-masing. Bagaimana agar penyebaran wabah virus ini dapat disikapi dengan pas dan proporsional oleh setiap masyarakat dari berbagai kalangan dan berbagai  kepercayaan ?
Firman Allah SWT di atas  akan menguatkan sikap mental kita dalam menghadapi wabah ini   bahwa ‘permainan dan senda gurau ‘ inipun akan berlalu. Dengan landasan seperti itu, maka apapun yang terjadi kita kembali kepada pegangan dan petunjuk kehidupan bahwa dunia adalah seperti ini.  Ada jalan untuk menata hidup dan melindungi kita. Itulah jalan keselarasan , tak ada yang bisa mengelabui kita dengan  berbagai berita hoaxs yang banyak menyertai di banyak media,dengan berbagai kepentingan, ada juga yang bertindak seperti pribahasa ‘menangguk di air keruh’  dengan mencari keuntungan dalam kekacauan, batin tertutupi ketamakan, kebencian dan kekelirutahuan . Ada juga yang bertindak sebagai makhluk unggul ,penuh cinta kasih dan kepedulian pada sesama dengan bersimpati dan berempati kepada mereka yang terpapar virus atau terkena dampak sosial akibat adanya kebijakan pemerintah melakukan  pembatasan sosial berskala besar  dengan melakukan penggalangan dana dari para donator untuk kemudia  di-distribusikan dalam bentuk sumbangan alat pelindung diri,alat kesehatan lain yang wajib digunakan oleh masyarakat. Ada juga dalam bentuk penyediaan ‘sembako’ bagi mereka yang terganggu mata pencahariannya akibat adanya pembatasan sosial berskala besar.
Di media sosial, sesuai dengan ilmu pengetahuan dan kepentingan masing-masing , kajian tentang virus corona ini sangatlah lengkap, yang bisa jadi membuat masyarakat menjadi kebinggungan dalam memilih dan memilah kebenarannya. Maka dalam situasi seperti ini, suasana bathin memerlukan arah yang dapat menentramkan diri dan firman Allah SWT tentang hidup tak lebih dari permainan dan senda gurau perlu dijadikan sebagai kekuatan dalam menyikapi keadaan. Jika kita mencapai tempat pengenalan kebenaran ini, kita akan menjadi orang yang tidak ruwet, tidak menuntut, puas dengan apa yang kita miliki, mudah bagi orang lain untuk bicara dengan kita,dan tidak angkuh dalam perilaku. Dapat hidup dengan nyaman. Maka menenangkan batin dari melihat dan mendengar pemberitaan tentang virus corona saat ini diperlukan , ibarat air yang ada endapan di dalamnya, ketika air diam, air jernih, namun  ketika ada sesuatu yang mengusiknya ,maka kotoran naik dan mengeruhkannya. Jika batin  selalu dibiarkan berpikir dan mencemasi banyak hal, kita tidak akan pernah bisa melihat apapun dengan jernih.
Apapun yang kita temui ,batin akan mengatakan ,’ini cuma seperti ini ‘ . Semua fenomena adalah semu, tidak ada apapun  yang stabil atau tetap. Semuanya akan berubah dan memiliki ciri ketidak tetapan. Ini-pun akan berlalu. Kita pada umumnya takut menderita, dan hanya tertarik dengan apa yang tampak bagus dan indah. Padahal derita yang membawa duka dapat membuat kita berpikir untuk ‘ melarikan diri’ dan melakukan perenungan , mencari sebab akibat , untuk kemudian mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi.
Berpikir jernih tentang kehidupan dan kematian bahwa kehidupan semua makhluk tidaklah pasti. Ketika kita memahami ini, maka kita dapat dengan lebih rileks melakukan apa yang kita tekuni, menjalani pasang surut kehidupan tanpa rasa sedih,kecewa dan takut. Juga tidak akan gembira meluap-luap dalam berbagai pencapaian yang kita raih. Batin kita telah ternaungi rasa aman dengan perbuatan baik. Melampaui duka tidaklah bergantung pada pendapat orang lain tentang kita , namun bergantung pada keadaan batin kita sendiri.
Kita lakoni permainan dan senda gurau kehidupan dengan batin praktisi sejati seperti air diam yang mengalir atau seperti air mengalir yang diam. Dengan membuat batin seperti ini, maka kita akan memperoleh keheningan sekaligus kebijaksanaan . Jangan terlalu cemas dengan hal-hal yang kita miliki, karena sesungguhnya meraka tidak benar-benar milik kita.(FSY)