KEBEBASAN
SEJATI
Oleh ; Febri
Satria Yazid
*pemerhati
sosial
Kant
tokoh dibidang Filosofi modern menyebutkan hasrat adalah kecenderungan diri. Menurut
kamus besar Bahasa Indonesia , hasrat/has·rat/
adalah keinginan (harapan) yang
kuat. Hasrat naluriah seseorang ditentukan oleh cara pandangnya terhadap
kehidupan,sejauhmana hasratnya menguasai diri ,tidak diperbudak oleh hasrat dan
dorongan qalbunya. Kita mampu mengendalikan diri ,melawan kecenderungan.
Hasrat
untuk diakui adalah hasrat alami. Pertanyaannya apakah kita mau untuk melakukan
tindakan seperti benda yang terus
menggelinding turun karena faktor gravitasi demi menerima pengakuan dari orang
lain?. Membawa diri sendiri agar tidak dibenci orang lain adalah cara hidup
yang amat mengekang dan mustahil untuk dicapai .Sebaliknya ada harga yang harus
dibayar , dibenci orang lain ketika seseorang ingin menggunakan kebebasannya
dalam hubungan interpersonal , sebagai bukti bahwa kita sedang menggunakan
kebebasan dan menjalankan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip sendiri.
Ketika
kita mengkuatirkan pandangan orang kepada diri kita, kuatir dihakimi
,menyebabkan kita terus menerus mendambakan pengakuan dari orang lain dan
menjaga komunikasi karena komunikasi sangat penting bagi semua aspek kehidupan
manusia. Ketika kita sudah melakukan hal-hal tersebut dengan baik,maka kita sangat
berharap lingkungan akan menyukai diri kita dan ketika hal tersebut tidak
terjadi, maka kita lantas kecewa dan menyalahkan diri, saya mesti bersikap
bagaimana lagi agar disukai. Padahal tidaklah perlu demikian ,kita sudah
mempunyai job description masing-masing, bahwa kita telah berusaha melakukan
hal terbaik yang sesuai dengan norma-norma kehidupan dan orang lain juga punya
job description untuk melakukan penilaian terhadap tindakan yang kita lakukan.
Mendambakan
pengakuan untuk disukai oleh seluruh personal yang berinteraksi dengan kita
adalah upaya sia-sia yang dapat membuat
diri frustrasi. Setiap kita tentu punya prinsip-prinsip yang dilandasi oleh
sejauhmana pemahaman kita tentang suatu hal dan seperti kepercayaan yang kita
anut mengatur tentang bagaimana menjaga hubungan baik dengan sesama dan
konsekswensi yang bisa mempengaruhi hubungan kita secara vertical dengan Yang
Serba Maha jika kita keliru dalam menyikapi dan menjaga hubungan baik dengan sesama.
Jadilah diri sendiri ,
tanpa harus ‘melacurkan diri’ atau jadi bunglon yang berubah setiap saat lalu
menyatakan itu sebagai bagian dari proses adaptasi. Melakukan hubungan yang
tanpa beban , rileks dan saling menghargai sesama dalam suatu himpunan
kehidupan. Ada kesamaan pemikiran ,hobi dan lain sebagainya kita tempatkan
dalam suatu irisan yang memperkuat hubungan sosial. Keberanian untuk bahagia
juga mencakup keberanian untuk tidak disukai. Jika kita telah berhasil
melakukan hal ini, ,maka seluruh hubungan interpersonal akan berubah menjadi
sesuatu yang ringan dan itu berarti kita telah berhasil meraih kebebasan
sejati. (FSY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar