Shaf Pertama
Oleh ; Febri
Satria Yazid
*pemerhati
sosial
Jam
di Mesjid besar ini sudah menunjukkan jam 11.37 wib, waktu sholat Jum’at sudah
masuk. Dibeberapa masjid sekitar sini khatib sudah naik mimbar dan adzan-pun
dikumandangkan. Jamaah heran kenapa di masjid ini khatib belum juga naik
mimbar, dan rasa heran itu-pun terjawab ketika pengurus DKM naik mimbar
menyampaikan bahwa mohon waktu beberapa saat menunggu rombongan komisi I DPR-RI. Pantas tempat duduk dua baris di depan
mimbar dikosongkan, rupanya dipersiapkan untuk rombongan tersebut. Setelah
sekitar 15 menit menanti rombongan yang tak kunjung muncul, entah apa yang
terjadi tiba-tiba jamah maju mengisi tempat-tempat kosong yang disiapkan dan
khatib segera naik mimbar.
Dalam
khotbahnya khatib menguraikan tentang tugas pokok manusia sesuai firman Allah
SWT dalam surat Adh-Dhaariyat ayat
56 bahwa tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan
agar mereka beribadah kepada-Ku. Minimal 17 x umat Islam mengucapkan hanya
kepada-Mu kami mengabdi tidak ke yang lain, beribadah dengan keikhlasan
semata-mata karena Allah tidak karena yang lain. Syarat lain diterimanya ibadah
adalah ilmu agar ibadah tidak asal melakukan. Ibadah yang sah itu ketika
memenuhi syarat dan rukun dan tidak ada yang membatalkan,maka ibadah itu sah
secara hukum.
Nabi Muhammad SAW bersabda:“Seandainya mereka mengetahui keutamaan (pahala)
yang diperoleh dalam shaf yang pertama, niscaya mereka akan mengundi untuk
mendapatkannya.” (HR. Bukhari 721 dan Muslim 437). Karena dimaknai secara
harfiah, orang hanya berfikiran tentang mengambil posisi shaf paling depan
tanpa dapat memahami makna tersirat bahwa berada pada shaf paling depan itu
artinya datang lebih awal ke masjid, menunjukkan niat yang lebih besar dalam
beribadah, kemudian dia bisa memanfaatkan waktu luang sebelum waktu sholat
masuk untuk sholat sunah, berdzikir atau mengaji dan kegiatan beribadah lainnya.
Menempati shaf pertama juga menunjukkan ketaatan atas perintah merapikan shaf , mengisi tempat kosong sesuai dengan kedatangan.
Kurang pemahaman manfaat sebenarnya
dari shaf pertama. Orang yang datang terlambat, tidak seharusnya berada di
tempat paling depan, biarpun dia seorang pejabat penting. Kalau tidak dapat tempat,
sepantasnya dia sholat di belakang pada shaf yang masih tersedia,karena
menempati shaf pertamapun tidak ada manfaatnya , malahan hanya mengganggu orang
lain yang dia langkahi.
Penjelasan
khatib tentang pentingnya niat dalam beribadah bahwa hanya kepada-Mu kami mengabdi tidak ke yang
lain, ikhlas semata-mata karena Allah tidak karena yang lain dan disertai
dengan ilmu dari setiap ibadah yang kita laksanakan tidak sekedar gugurnya
kewajiban atau memburu nilai amalan yang hanya kita pahami secara harfiah seperti
keutamaan berada pada shaf terdepan sehingga karena keberadaan kita sebagai
pejabat lalu tetap mendapatkan tempat di shaf terdepan meski datang
dipenghujung waktu dilaksanakannya sholat Jum’at tidak perlu lagi dilakukan.
Bukankah yang menjadi ukuran derajat manusia disisi Allah SWT adalah
ketaqwaannya ( surat Al-Hujurat – 13) bukan kedudukan atau hal lainnya.
Dengan
firmanNya dan melalui hadist Rasulullah SAW, manusia telah diberi pemahaman tentang
tujuan ibadah dan bagaimana meraihnya dengan cara-cara yang benar tanpa
merugikan sesama. Apalah ‘kata’ Allah SWT kalau umatNya masih saja melakukan hal-hal yang sesungguhnya
tidak perlu seperti menyediakan tempat
pada shaf terdepan bagi mereka yang punya kedudukan ( pejabat ) meski yang
bersangkutan datang terlambat bahkan sampai menggulur waktu khotbah hanya karena
menunggu kedatangannya. (FSY).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar