Minggu, 10 November 2019

Spesial


‘Spesial’ Melalui Kemalangan Diri
Oleh ; Febri Satria Yazid
*pemerhati sosial

          Memahami sepenuhnya perasaan orang yang sedang mengalami penderitaan adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan siapapun, karenanya sering sekali kita mendengar  “ kau tidak mengerti perasaanku” , ketika kita mencoba berempati atau bersimpati dan memberikan solusi ketika dia merasa sakit, terluka ,menderita batin akibat kekecewaan yang dalam,mengungkapkan perasaan inferior ( rendah diri ).
          Alfred Adler seorang psikolog  menyatakan  bahwa “ dalam kebudayaan kita, kelemahan bisa menjadi senjata yang sangat kuat dan ampuh “. Melalui kemalangan yang dialami seseorang memanfaatkan agar dirinya memperoleh sesuatu yang spesial  dari keluarga , teman atau orang yang berada di sekitar dirinya.
          Teman saya yang sedang menderita sakit, setiap awal bulan selalu menyapa sahabat-sahabatnya dengan menyampaikan kemalangan terkininya yang ditargetkannya dapat menggugah emosi sahabatnya untuk kemudian menempatkan dirinya memperoleh perhatian spesial dan dibalik itu kemudian memperoleh ‘sesuatu’ yang dapat menolongnya dari kemalangan yang dia derita.
          Banyak lagi kemalangan-kemalangan baik yang terjadi dari penampilan fisik atau dari faktor pendidikan , yang dijadikan sebagai suatu cara untuk memperoleh perlakuan spesial.
          Yang lebih tragis adalah seseorang yang tidak bisa menerima ketidak becusan dirinya ,lalu bersikap superior . Sering kita melihat seseorang yang memamerkan hubungan baiknya dengan orang orang berpengaruh, dengan pejabat  misalnya , berfoto lalu memajangnya di media sosial lalu membuat cerita , kenal baik, teman dekat saya, adik kelas saya, tetangga ,sekampung dan lain sebagainya. Dia ingin mengumumkan bahwa dia spesial. Atau ketika sedang diskusi atau debat seseorang menyatakan    ‘ saya diam  bukan  berarti tidak paham , tapi malas untuk membahas persoalan ini ’ , perilaku ini  yang dikenal sebagai perasaan superior buatan .
          Pada diri orang yang inferior dan superior buatan sedang mengalami kondisi ada yang hilang dari dirinya . Cara yang paling tepat dan sehat adalah berupaya mengisinya lewat kerja keras dan pengembangan diri, menjadi diri sendiri
          Perasaan inferior yang sehat tidak timbul dari membandingkan diri sendiri dengan orang lain, akan lebih tepat membandingkan diri dengan keadaan diri yang ideal ( menilai diri dengan obyektif ). Kata kuncinya adalah kita setara tapi tidak sama, setiap orang berbeda dalam pengetahuan , pengalaman dan tanggungjawab yang bisa diambil.
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istirinya, dan dari pada keduanya Alah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan) namanya kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS: An Nisa:1). Dari firman Allah SWT jelas bahwa hidup bukanlah persaingan Teruslah melangkah maju tanpa bersaing , membandingkan diri dan mengubar kemalangan untuk memperoleh perlakuan spesial. (FSY)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar