Memahami
Oleh ; Febri
Satria Yazid
*pemerhati
sosial
Mengetahui benar suatu hal
atau peristiwa yang terjadi amatlah penting agar tidak terjadi kesalahpahaman
yang dapat berujung konflik antar perorangan ataupun kelompok. Menurut Lao-Zu, memahami orang lain adalah kebijaksanaan, memahami diri sendiri adalah pencerahan. Tentu agar
interaksi antar pribadi atau kelompok dapat terjalin baik ,maka saling memahami
mutlak dilakukan agar terjadi hubungan yang mutualisme , bersinergi dengan baik
melahirkan hubungan yang positf dengan sesama.
Kebijaksanaan yang diharapkan dalam memahami
orang lain adalah dengan selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan
pengetahuannya), arif, tajam pikiran,
pandai dan hati-hati (cermat, teliti, dan sebagainya ) apabila
menghadapi kesulitan yang dialami orang lain. Diperlukan beberapa hal agar kita
dapat memahami kesulitan yang dialami ,diantaranya perlunya jiwa atau keinginan
untuk membantu orang lain , berempati dengan memposisikan diri kita seperti
orang yang sedang yang alami kesulitan sehingga kita merasakan apa yang orang
tersebut rasakan dan sebetulnya dengan orang lain menceritakan keadaannya
kepada kita ,menunjukkan adanya rasa
trust kepada kita. Kesulitan yang dialami orang dan disampaikan kepada kita ,
agar memperoleh solusi yang baik, perlu dianalisa dan diresponse dengan baik
dan yang paling penting adalah dengan membantu secara total sesuai dengan
kemampuan yang kita miliki, dengan keyakinan bahwa membantu seseorang tidak
akan membuat kita rugi. Menurut seorang
ahli pengembangan diri mengatakan bahwa orang yang memahami orang lain adalah
orang yang telah kenal dengan dirinya sendiri. Orang yang kenal dengan dirinya
sendiri adalah orang yang kenal dengan 'Tuhannya'. Dan orang yang kenal dengan
Tuhan adalah orang yang 'Benar' bukan orang 'Baik'.
Memang menyakitkan, segimana besarnya masalah kita, orang
lain akan tetap berjalan maju. Tidak ada yang memahami.
Walaupun ketika kita cerita mereka pasti akan bilang 'Gue tau apa rasanya' ;.
Tapi mereka tidak bener-bener tahu. Karena mereka tidak dalem posisi kita. - Raditya
Dika
Agar tidak menyakitkan diri ketika orang gagal paham
terhadap hal yang kita alami atau gagal paham atas maksud yang kita sampaikan ,
maka langkah pencerahan agar diri sendiri dapat memahami diri sendiri , perlu dilakukan melalui proses,atau cara,menuju
perbuatan mencerahkan diri sendiri, yang boleh jadi adalah orang pertama
yang kita kenali sebelum kita mengenal orang lain. Tapi, seberapa dalam kita
memahaminya, acapkali menjadi misteri yang tak kunjung terpecahkan. Padahal,
memiliki pemahaman mendalam tentang diri sendiri merupakan hal yang vital untuk
apa pun yang kita kerjakan. Baik untuk kebaikan diri, untuk membangun hubungan
yang lebih baik, juga untuk menciptakan hidup yang berarti dan memuaskan.
Dengan cara demikian akan terjadi kompromi terutama dengan
diri sendiri dalam menghadapi setiap hal yang perlu kita pahami atau ketika
kita berharap orang lain paham dengan situasi sulit yang terjadi. Psikolog klinis, Ryan Howes Ph.D mengatakan,
setiap orang memiliki cara yang unik dan berbeda untuk menghadapi dan menjalani
hidupnya. Maka amat penting bagi kita semua untuk memahami perbedaan itu untuk
meminimalisir kemungkinan munculnya tekanan yang timbul karena kita tak bisa
memahami diri sendiri. Menurut Howes, sekali kita telah menemukan pola dan
kebiasaan yang bisa membuat kita lebih memahami diri sendiri, kita akan bisa
lebih mantap membuat pilihan-pilihan berbeda dari yang sebelumnya tak pernah
kita ambil.
Dalam setiap tahapan
perkembangan, setiap orang umumnya memiliki role model yang digunakan sebagai
contoh untuk berkembang. Sarikan dalam kalimat-kalimat yang mudah diingat,
hal-hal apa saja yang diajarkan para role model ini bagi kita. Mintalah
masukan dari teman dan keluarga untuk mengamati, hal-hal apa yang menurut
mereka bisa membuat kita bahagia atau tertekan. Tentu saja, tak mudah meminta
orang lain memberi masukan. Tapi mereka akan sangat mungkin memberi masukan
yang mengejutkan dan amat membantu kita memahami diri sendiri.
Memahami dan dipahami, dua hal yang sangat penting dalam
membangun hubungan baik dengan sesama,mulai dari ruang lingkup keluarga, di
ruang lingkup kerja, lingkup lingkungan dan
masyarakat luas akan menjadikan kita sebagai orang yang benar, yang tahu
dalam menempatkan diri, berinteraksi dalam hubungan mutualisme, yang menjadi
salah satu modal kuat agar hubugan dapat berjalan mulus dan langgeng.Dan yang
paling penting , kita mengacu pada tuntunan kehidupan yang selalu mengajarkan
tentang kebenaran , yang bisa jadi
merupakan pil ‘pahit’ yang mesti kita ‘telan’ untuk kemudian kita
menjadi paham tentang hakekat kehidupan yang sesungguhnya. (FSY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar