Hati-hati
Benci
Oleh ; Febri
Satria Yazid
*pemerhati
sosial
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, benci adalah sangat tidak suka , sebagai lawan
dari cinta. Abu Hamid Al Ghazali pernah
menulis ,cinta adalah suatu
kecenderungan terhadap sesuatu yang memberikan manfaat. Apabila kecenderungan itu
mendalam dan menguat, maka rasa itu dinamakan rindu. Sedangkan sebaliknya, benci adalah kecenderungan untuk menghindari. Apabila
kecenderungan itu mendalam dan menguat, maka itu dinamakan dendam, dan kalau
sangat mendalam dan sangat kuat sering menjadi dendam kesumat. Dendam kesumat,selain menimbulkan kebencian juga ingin membalaskan rasa sakit hati kepada seseorang yang menyakiti kita untuk memuaskan diri.
Ada
baiknya kita menyimak pesan dari Ali bin Abu Thalib ,’cintailah orang yang kau
cintai sekedarnya saja; siapa tahu pada
suatu hari kelak, ia akan berbalik
menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah orang yang kau benci sekadarnya
saja; siapa tahu pada suatu hari kelak ,ia
akan menjadi orang yang kaucintai.
Begitu
pentingnya pengendalian diri dalam hal benci , sehingga Allah SWT
memperingatkan umatNya ,“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)
Langkah
mantan calon Presiden nomor urut 02 Prabowo
dengan Presiden terpilih periode 2019-2024 Joko Widodo pada tanggal 13 Juli 2019 di MRT
dan diakhiri dengan makan siang bersama, tak serta merta menyenangkan semua elemen
masyarakat. Pihak-pihak yang mendukung Prabowo dalam Pemilihan Umum Presiden
2019 lalu ramai-ramai meninggalkan Prabowo,mengecam dan berbalik
membenci,bahkan ada emak-emak yang telah
mendukung calon Presidennya dengan
menjual emas pada waktu masa kampanye,sangat kecewa dengan sikap Prabowo
memilih menemui Presiden Jokowi. Mereka lebih suka jika Prabowo dendam kesumat pada Jokowi dan terus membalas dengan segala upaya untuk melegitimasi kemenangan bahkan lebih dari itu terus berupaya mengagalkan kemenangan Jokowi dalam pemilihan Presiden dengan terus 'menganggu' uapaya-upaya rekonsiliasi . Para politisi juga menyampaikan komentar
beragam, ada yang menilai Prabowo egaliter, mementingka persatuan bangsa, tetapi
tidak sedikit yang memilih meninggalkan Prabowo, menuduh Prabowo menyelonong
sendiri temui Jokowi tanpa berunding dengan partai koalisi yang mendukungnya
saat Pilpres lalu. Inilah yang telah terjadi pada bangsa Indonesia seperti yang
diungkapkan oleh Imam Ghazali tentang bahayanya rasa benci.
Saat
kampanye Pilpres lalu, pendukung calon Presiden 02 menunjukkan rasa benci dan
ketidaksukaan pada calon Presiden 01 dengan berbagai tuduhan dan hujatan,
selama hampir sembilan bulan sejak masa pendaftaran calon ke KPU ,bahkan
sebelum itupun di media sosial ujaran kebencian kepada calon Presiden 01
memenuhi laman-laman media informasi, sampai-sampai Menkominfo membatasi lalu
lintas komunikasi melalui media sosial ini untuk mencegah berita-berita berisi
ujaran kebencian yang belakangan banyak berupa berita hoax.
Lalu
ketika pemilihan selesai dan tuduhan pemilihan umum berlangsung curang tidak
dapat dibuktikan saat ajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi dan pada akhirnya
mantan calon Presiden 02 Prabowo memilih bertemu dengan Presiden Joko Widodo,
para pendukung yang tadinya sangat mencintai , berbalik meninggalkan
Prabowo,mengecam,kecewa dan benci atas pilihan Prabowo tersebut.Mereka lebih
memilih Prabowo tetap ‘memusuhi’ Jokowi, tidak mengakui kemenangan Jokowi dalam
pemilihan Presiden.
Fenemona
seperti yang dialami Prabowo Subianto ini, dalam banyak peristiwa kehidupan
sangat sering kita temukan, di dunia
kerja, dalam organisasi atau kelompok masyarakat lainnya . Kita sangat suka pada orang yang apabila kita
membenci sesuatu, mereka juga turut membenci hal tersebut atau ketika kita
memusuhi seseorang , kita sangat senang jika orang-orang yang dekat dalam
lingkaran kehidupan kita turut serta membenci dan memusuhi juga, tetapi apabila
mereka melakukan rekonsiliasi setelah menyadari cara dan pilihan untuk saling
membenci dan memusuhi itu merupakan hal yang keliru, maka kita jadi sangat
kecewa dan bersikap jadi benci pada seseorang yang awalnya sangat kita cintai.
Sebagai
pencipta ,yang mengetahui persis perangkat yang ada dalam diri manusia, Allah
SWT telah peringatkan tentang benci dan cinta, demikian juga sabda-sabda
Rasulullah SAW beserta ketauladan yang Nabi contohkan dalam menjaga hubungan
dengan sesama, pernyataan khalifah, para imam tentang dampak neqatif kalau
interaksi antara manusia dengan manusia lain kita lalui dengan rasa benci, dendam ,karena bisa
merusak nilai ibadah vertical kita kepada Allah SWT. Kata kunci yang perlu kita
tanamkan permanen di alam pikiran kita adalah ‘ Hati-hati dengan benci’( FSY )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar