Klarifikasi
dan Tersinggung
Oleh ; Febri
Satria Yazid
*pemerhati
sosial
Ketika
ada suatu pernyataan yang dinilai menggambang makna dan tujuannya, lalu yang
membaca atau mendengar meminta penjelasan kepada yang bersangkutan , sering
kita temui yang ditanya menjawab maksudnya dan diakhir kata dia tekankan bahwa
yang bertanya tersinggung,padahal yang bertanya memerlukan klarifikasi agar
jelas makna sesungguhnya dari hal yang diungkapkannya.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, klarifikasi
berarti penjernihan, penjelasan, dan pengembalian
kepada apa yang sebenarnya.
Dari penjelasan tersebut, jelas bahwa dalam klarifikasi tidak terdapat unsur tersinggung
dan murni mendudukkan hal yang menimbulkan keraguan bagi yang membaca atau mendengar.
Pernyataan baru berdampak tersinggung apabila apabila tendensius dan merasa
disakiti (dilukai dan sebagainya) hatinya; merasa difitnah dan sebagainya (kata kiasan)
Klarifikasi merupakan refleksi untuk
mendapatkan kejelasan, sebagaimana firman Allah: “Tatkala datang kepadamu
seorang fasiq membawa kabar maka tabayyun-lah”(QS.Al-Hujurat: 6), secara
syar’iyah, tabayyun adalah upaya pencegahan tersebarnya berita bohong yang
dapat mendatangkan mudharat, antara pembuat berita dan penerima berita dari dosa adu-domba.
Dalam ushul fiqh, tabayyun termasuk
pendekatan menutup terjadinya kerusakan agar tidak terjadi mudharat dan dosa.
Sebab perbuatan adu domba adalah dzalim
yang merupakan dosa besar. Menurut Imam al-Gahazali yang dikutip oleh Imam
Nawawi dalam “al-Azdkar”
hal. 299 ” tabayyun harus dilakukan dengan cara, penerima berita tidak boleh
langsung mempercayainya,penerima berita mencegah penyebarluasan berita, membuat
opini yang meluruskannya ,penerima berita menjatuhkan sanksi sosial kepada pembuat
berita,penerima berita tidak boleh berprasangka buruk atas pemberitaan,penerima
berita tidak boleh terpancing mencari kesalahan pihak lain ,penerima berita
jangan sampai terpedaya dengan isu yang belum jelas.
Dari
paparan di atas jelas sudah perbedaan antara klarifikasi
dengan tersinggung. Orang mudah
tersinggung tidak mau berpikir dua kali untuk memahami orang lain, dia
ingin dipahami terlebih dahulu.Dan dia ingin dibenarkan dahulu pendapatnya
kalau yang dia lakukan (merasa tersinggung) itu benar karena orang yang
dihadapi menurutnya sudah kelewatan.Berbeda dengan sifat mudah tersinggung,
kalau perasaan tersinggung itu
memang emosi yang manusiawi dan bukan sebuah tabiat/watak. Biasanya rasa
tersinggung muncul karena dia sudah memberi toleransi, namun pihak tersebut
masih juga tidak memiliki empati.
Dengan
komunikasi yang terbuka , mau berpikir untuk memahami maksud-maksud yang
disampaikan seseorang atau melakukan klarifikasi jika ada ketidakjelasan ,akan
dapat meminimalisasi terjadi konflik, dan yang dimintai klarifikasi tentu mesti
menjelaskan dengan sejelas jelasnya tanpa menyimpulkan bahwa yang bertanya
sedang tersinggung ( FSY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar