Memposisikan Diri
Oleh ; Febri
Satria Yazid
*pemerhati
sosial
‘Saya
menyadari bahwa bapak-bapak dan ibu-ibu yang ada dalam ruangan ,yang mengikuti seminar ini mempunyai
pengetahuan yang luas. Agar apa yang hendak saya sampaikan memberi manfaat kepada bapak-bapak dan ibu-ibu
peserta,saya minta dalam 2-3 jam ke depan, berkenan untuk jadi gelas berada di
bawah botol ,agar ‘air’ yang mau saya tuangkan dari botol dapat
masuk ke dalam gelas dengan baik’,
demikian ucapan awal dari pemberi materi seminar memulai presentasinya.
Ucapan
ini tentu memang perlu disampaikan , karena sering kita lihat seseorang yang
merasa dirinya hebat ,menguasai berbagai ilmu pengetahuan dalam suatu acara
pertemuan,baik itu debat , dialog, seminar , bersikap under estimate,
merendahkan lawan bicara, atau pembicara dalam acara pelatihan,seminar atau dalam berinteraksi membahas suatu topik, sehingga
sudah menolak dari awal, tidak mau mendengarkan apa yang disampaikan lawan
bicaranya. Dalam acara ILC ( Indonesia Lawyer Club) misalnya sering kita
menyaksikan , saat seseorang menyampaikan gagasan atau pendapat, peserta lain
tidak dapat mendengarkan dengan baik , dalam benaknya hanya ingin mementahkan
pernyataan yang disampaikan orang lain,sehingga apa yang menjadi tujuan acara
tersebut tidak tercapai, dan acara tersebut tidak lebih dari ajang menunjukkan
bahwa seseorang itu lebih hebat,lebih intelek,lebih cerdas dari yang lain.
Kenapa
hal ini bisa terjadi ?, pendengar tidak bersedia jadi gelas karena menilai isi
yang disampaikan oleh orang yang bertindak sebagai teko tidak berkualitas. Saat berbicara akan terlihat ekspresi wajah
dan intonasi suara yang dapat memberikan tekanan dan arti yang tersirat dalam
kalimat yang disampaikan. Inilah faktor kenapa kita enggan untuk menjadi
pendengar yang baik,karena kita mau membangun kesan bahwa kita adalah seorang
intelektual ,status sosial tinggi dan sebagainya, kita mau tunjukkan dengan
cara melecehkan pembicara,menganggap enteng materi yang mereka sampaikan. Kalau
dalam mengikuti seminar,pelatihan ,orang seperti ini tidak akan menjadi
pendengar yang baik dan jika dalam berdebat akan membantah habis-habisan
pemikiran lawan debat bahkan tidak jarang menyerang pribadi lawan bicara .
Mengantisipasi
sikap pendengar tersebut, selain meminta mereka untuk menjadi ‘ gelas’ ketika
kita jadi ‘botol’ saat jadi pembicara,
maka ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan saat tampil sebagai pembicara,
antara lain ; memilih kata-kata saat
berbicara, memperhatikan bahasa tubuh dan gestur baik dalam kondisi berdiri maupun sedang
duduk, pastikan tubuhmu tegak dan rileks. Posisi tersebut akan memancarkan aura
percaya diri dan kenyamanan saat berbicara ke lawan bicara dan jangan lupa tatap mata lawan bicara,
pemilihan kata yang tepat dan sesuai pada konteks kalimat sangat diperlukan.
Pemilihan kata dengan istilah yang memusingkan juga bisa membuat pendengar
mengantuk karena terkesan seperti menghafal buku dan terdengar kaku. Berbicara
dengan suara yang bisa didengar dengan baik, penuh percaya diri agar lawan
bicara tertarik dengan materi pembicaraan. Meninggalkan rasa malu dan tetap
percaya diri dan terakhir hindari terjun ke topik yang kita tidak pahami .
Dengan persiapan yang matang ini,diharapkan kalaupun ada upaya pendengar
melecehkan kita saat bicara, kita akan dapat menaklukan dan mematahkannya
dengan baik dan elegant .
Komunikasi
yang baik adalah yang berhasil melibatkan pertukaran informasi, di antara dua
individu atau lebih, menyadari posisi masing-masing dan dengan tepat
memposisikan diri kapan menjadi pembicara dan pendengar yang baik . ( FSY )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar