Selasa, 02 Juli 2019

Memposisikan Diri







Memposisikan Diri
Oleh ; Febri Satria Yazid
*pemerhati sosial

                ‘Saya menyadari bahwa bapak-bapak dan ibu-ibu yang ada dalam ruangan  ,yang mengikuti seminar ini mempunyai pengetahuan yang luas. Agar apa yang hendak saya sampaikan  memberi manfaat kepada bapak-bapak dan ibu-ibu peserta,saya minta dalam 2-3 jam ke depan, berkenan untuk jadi gelas berada di bawah botol   ,agar  ‘air’ yang mau saya tuangkan dari botol dapat masuk ke dalam gelas  dengan baik’, demikian ucapan awal dari pemberi materi seminar memulai presentasinya.
          Ucapan ini tentu memang perlu disampaikan , karena sering kita lihat seseorang yang merasa dirinya hebat ,menguasai berbagai ilmu pengetahuan dalam suatu acara pertemuan,baik itu debat , dialog, seminar , bersikap under estimate, merendahkan lawan bicara, atau pembicara dalam acara pelatihan,seminar atau dalam  berinteraksi membahas suatu topik, sehingga sudah menolak dari awal, tidak mau mendengarkan apa yang disampaikan lawan bicaranya. Dalam acara ILC ( Indonesia Lawyer Club) misalnya sering kita menyaksikan , saat seseorang menyampaikan gagasan atau pendapat, peserta lain tidak dapat mendengarkan dengan baik , dalam benaknya hanya ingin mementahkan pernyataan yang disampaikan orang lain,sehingga apa yang menjadi tujuan acara tersebut tidak tercapai, dan acara tersebut tidak lebih dari ajang menunjukkan bahwa seseorang itu lebih hebat,lebih intelek,lebih cerdas dari yang lain.
          Kenapa hal ini bisa terjadi ?, pendengar tidak bersedia jadi gelas karena menilai isi yang disampaikan oleh orang yang bertindak sebagai teko tidak berkualitas.  Saat berbicara akan terlihat ekspresi wajah dan intonasi suara yang dapat memberikan tekanan dan arti yang tersirat dalam kalimat yang disampaikan. Inilah faktor kenapa kita enggan untuk menjadi pendengar yang baik,karena kita mau membangun kesan bahwa kita adalah seorang intelektual ,status sosial tinggi dan sebagainya, kita mau tunjukkan dengan cara melecehkan pembicara,menganggap enteng materi yang mereka sampaikan. Kalau dalam mengikuti seminar,pelatihan ,orang seperti ini tidak akan menjadi pendengar yang baik dan jika dalam berdebat akan membantah habis-habisan pemikiran lawan debat bahkan tidak jarang menyerang pribadi lawan bicara .
          Mengantisipasi sikap pendengar tersebut, selain meminta mereka untuk menjadi ‘ gelas’ ketika kita jadi ‘botol’ saat jadi  pembicara, maka ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan saat tampil sebagai pembicara, antara lain ;  memilih kata-kata saat berbicara, memperhatikan bahasa tubuh dan gestur  baik dalam kondisi berdiri maupun sedang duduk, pastikan tubuhmu tegak dan rileks. Posisi tersebut akan memancarkan aura percaya diri dan kenyamanan saat berbicara ke lawan bicara dan  jangan lupa tatap mata lawan bicara, pemilihan kata yang tepat dan sesuai pada konteks kalimat sangat diperlukan. Pemilihan kata dengan istilah yang memusingkan juga bisa membuat pendengar mengantuk karena terkesan seperti menghafal buku dan terdengar kaku. Berbicara dengan suara yang bisa didengar dengan baik, penuh percaya diri agar lawan bicara tertarik dengan materi pembicaraan. Meninggalkan rasa malu dan tetap percaya diri dan terakhir hindari terjun ke topik yang kita tidak pahami . Dengan persiapan yang matang ini,diharapkan kalaupun ada upaya pendengar melecehkan kita saat bicara, kita akan dapat menaklukan dan mematahkannya dengan baik dan elegant .
          Komunikasi yang baik adalah yang berhasil melibatkan pertukaran informasi, di antara dua individu atau lebih, menyadari posisi masing-masing dan dengan tepat memposisikan diri kapan menjadi pembicara dan pendengar yang baik . ( FSY )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar