Sengsara Berujung
Nikmat
Oleh ; Febri Satria
Yazid
Inspirasi kehidupan
Tak putus-putusnya ibu
Husnul memanjatkan do’a ‘Ya Tuhanku,tempatkanlah aku pada tempat yang
diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik
pemberi tempat’ (QS 23 ; 29) .
Do’a inilah yang mampu membangkitkan dirinya dari kehancuran lahir batin yang
dialaminya, peristiwa yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan terjadi
bahkan ketika terjadipun ,dia tidak percaya sampai harus kabur dari lingkungan
yang sebelumnya sangat dia banggakan ,dalam gelapnya malam , dalam lusuhnya
raga dan dalam remuknya kalbu , berpakaian seadanya , berbekal uang hanya
puluhan ribu, dan yang lebih menyesakkan
batinnya, dia tak tahu mesti kemana , ketika langkahnya terhenti di terminal
bus antar kota antar propinsi di bagian barat Ibu kota. Ibu Husnul duduk di
kursi tempat penumpang menunggu keberangkatan , membuka catatan kecil yang
berisi nama-nama saudaranya disertai nomor telepon. Matanya terhenti ketika
membaca nama Hakim ,anak kakak ibu Husnul yang berada di kota Kembang. Dia
yakinkan diri bahwa inilah tempat yang tepat
untuk dia tuju, meski dulu dia pernah
membuat pernyataan yang menyudutkan Hakim , saat ada konflik antara dia
dan ibunya Hakim. Dia yakin Hakim orang yang mampu memilah permasalahan,
sehingga keputusannya sudah bulat untuk meluncur ke kota tempat Hakim bermukim
. Ada kendala, uang yang tersisa di
dompetnya tidak mencukupi untuk ongkos bus ke kota tujuan. Ibu Husnul tidak
kehabisan akal, dia menyapa bapak yang juga hendak menuju kota kembang dan
menyampaikan keadaan yang dia alami dan mohon bantuannya untuk menambah
kekurangan uangnya untuk ongkos dan untuk meyakinkan bapak tersebut, ibu Husnul
minta tolong hubungi Hakim ke nomor telepon yang dia berikan. Ibu Husnul lega
setelah pembicaraan telepon tersebut, Hakim membenarkan bahwa dia adalah
tantenya dan berterimakasih atas kesediaan bapak tersebut mengatasi kesulitan
yang Ibu Husnul alami. Tak lama berangkatlah bus meninggalkan terminal dan
mendekati dinihari sampailah bu Husnul di terminal kota Kembang. Hakim telah
menanti, mengucapkan terima kasih kepada bapak Rahman yang telah membantu ibu
Husnul dan mengembalikan uangnya yang
terpakai . Hakim kaget melihat
penampilan bu Husnul yang biasanya rapi , tiba-tiba lusuh dan lemah. Dalam
perjalanan menuju rumah , Hakim mengajak bu Husnul mampir ke resto karena bu Husnul belum makan sejak kabur dari rumah
anak angkatnya .
Beberapa hari menjelang
datangnya bulan suci Ramadhan, ibu Husnul ,mengkilas balik perjalanan hidupnya
terutama dalam rentang waktu tiga tahun terakhir,saat dia terlepas dari
gelapnya kehidupan justru di saat dia semestinya menjalani usia tuanya dengan
penuh ketenangan. Rasa syukur yang dalam, betapa tidak setelah bertahun-tahun
hidup seperti dalam sangkar , tersandera oleh anak angkat dan cucunya. Kelak
setelah ibu Husnul berpulang ke Rahmatullah pada hari pertama menunaikan ibadah
puasa tahun ini,apa yang sesungguhnya
terjadi terungkap lewat catatan hariannya yang sangat lengkap, sangat
mengharukan .
Sebenarnya dengan pensiun yang
ibu Husnul terima, dia dapat jalani kehidupan dalam taraf mapan, seperti yang
dia rasakan dalam tiga tahun terakhir. Sebelumnya saat tinggal bersama anak
angkat dan cucu-cucunya, ibu Husnul alami nasib tragis. Uang pensiunnya
dikuasai anak angkat, sementara untuk makan, untuk gunakan air dan fasilitas
lain di rumah itu, ibu Husnul dikekang dan diperlakukan kasar setiap hari,
seperti sampah tak berguna,sungguh sangat ironis, penghasilannya dirampas anak
cucu, selama bertahun tahun. Tidak hanya itu, bantuan keuangan dari
saudara-saudaranya untuk ibu Husnul juga
dikuasai anak cucunya.
Bisa dibayangkan tekanan batin
dan betapa hancurnya perasaan ibu Husnul dalam menjalani hari-harinya. Ada yang
lebih tragis, rumah ibu Husnul yang dia peroleh dengan susah payah ketika dia
masih mengabdikan diri sebagai pendidik ,beberapa tahun silam diagunkan ke Bank
sebagai jaminan ketika anaknya memerlukan dana , dalam perjalanannya kredit
macet sehingga rumah ibu Husnul disita. Sejak itulah ibu Husnul tinggal dengan anak angkatnya berpindah pindah rumah
kontrakan dan belakangan suami anak
angkatnyapun pergi meninggalkan mereka. Sudah jatuh tertimpa tangga ,lengkap
sudah kejadian yang mesti ibu Husnul lalui.
Entah pemikran apa yang telah
merasuk jiwa anak dan cucu angkat ibu Husnul , bisa tega memperlakukannya
dengan biadab.
Seminggu sebelum datangnya bulan
Ramadhan 1440 H tahun 2019 ini, ibu Husnul sakit , dari hasil pemeriksaan
dokter , tensinya tinggi dan dalam proses pengobatan itu , satu hari sebelum
bulan puasa tiba, ibu Husnul pingsan tak sadar diri dan dibawa ke Rumah Sakit
terdekat dari rumah Hakim. Hanya dua hari semalam di rumah sakit, ibu Husnul
menghembuskan nafas terakhir .
Selamat jalan ibu Husnul menemui
Sang Pencipta, kezoliman anak cucu-mu
biarlah menjadi urusannya kelak denganNya.Kami yakin perjalanan
kehidupan ibu Husnul dalam tiga tahun terakhir telah mengobat luka bathin
bertahun-tahunnya bersama anak cucu yang telah membalas segala kebaikkannya
dengan kejahatan dan kekerasan fisik, karena rasa takut yang menghantui anak
angkatnya dan cucunya, meski dikabari bahwa ibu Husnul meninggal dunia, tak
satupun dari mereka yang berani datang
melepas almarhumah ke tempat peristirahatan terakhir.
Terimakasih ibu Husnul ,telah ajarkan kami tentang kejamnya
kehidupan dan telah beri kesempatan kepada kami untuk melakukan kebaikan pada
ibu Husnul sebagai wujud penghormatan kepada orang tua , pada sesama mahluk
ciptaan Allah SWT. Semoga arwah ibu Husnul tenang di alam barzakh. ( FSY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar