Senin, 24 September 2018

Lelaki dan Berjuang



Lelaki dan Berjuang
Oleh ; Febri Satria Yazid
*pemerhati sosial

“ Anak lelaki tak boleh dihiraukan panjang , hidupnya ialah buat berjuang” ( Hamka )- pepatah Mengkasar.
          Lelaki ialah salah satu daripada dua jenis kelamin  manusia, yaitu lelaki dan perempuan. Penggunaan istilah "lelaki" atau "Peria" dalam bahasa Melayu adalah khusus untuk manusia.
          Lelaki dan perempuan dikarunia Allah SWT kodrat masing-masing .Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ,Kodrat adalah  kekuasaan (Tuhan), hukum (alam), sifat bawaan atau sifat asli, misalnya kodrat lelaki adalah membuahi perempuan sedangkan sebaliknya kodrat perempuan adalah mengandung, melahirkan, dan menyusui bayi. Kodrat tersebut tidak bisa ditukar antara lelaki dan perempuan karena sudah menjadi sifat bawaan masing-masing. Banyak lagi perbedaan perilaku dan sifat berbeda antara lelaki dan perempuan bila kita rinci dengan seksama.
          Setelah mengetahui kodrat lelaki seperti uraian di atas, kita akan hubungkan dengan pesan moral yang disampaiakan buya Hamka bahwa lelaki tak boleh dihiraukan panjang  , karena lelaki dihadirkan buat berjuang. Bahwa kalau perahunya telah dikayuhnya ke tengah , dia tidak boleh surut pulang , meskipun bagaimana besar gelombang . Biarkan kemudi patah, biarkan layar robek, itu jauh lebih mulia daripada membalik haluan pulang. Berjuang dengan penuh kesungguhan, dengan cinta, karena kesungguhan dan cinta bukan melemahkan hati, bukan membawa keputusasaan, bukan menimbulkan tangis. Cinta menghidupkan pengharapan , menguatkan hati dalam perjuangan , menghadapi onak dan duri kehidupan. Jangan sampai terlintas dalam hati bahwa ada pula bahagia selain bahagia cinta . Akan celakalah diri dan sama saja dengan menjatuhkan vonis kematian pada diri sendiri ( kutipan cerita Tenggelamnya kapal Van Der Wijk)  Berjuanglah sesuai kodrat lelaki  dan  dalam perjuangan tersebut jadikanlah  Allah SWT sebagai satu-satunya pelindung. Hasbunallah wa ni’mal wakiil Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan Allah SWT adalah sebaik-baik pelindung
            Sebagai Kepala Keluarga dan pemimpin dalam rumah tangga, perjuagan yang mesti dilakukan oleh Lelaki  antara lain ; mencari nafkah.Tugas mencari nafkah diberatkan kepada kaum lelaki kerana kelebihan dalam penciptaannya yang berupa kekuatan fisik dan akal fikirannya. Oleh itu lelaki mampu untuk bekerja keras untuk mencari nafkah, memberi perlindungan dan pertahanan  kehidupan terutama kepada keluarga, bangsa dan agamanya. Inilah sebabnya lelaki diangkat menjadi pemimpin pelindung bagi kaum wanita. Oleh karena  itu, seorang lelaki muslim, lelaki dan suami yang soleh, tidak akan melalaikan tugas ini. Dia wajib bekerja dengan memaksimalkan perjuangan sesuai dengan  kemampuannya. Dalam melaksanakan tugas ini, dia haruslah meluruskan  niatnya yaitu ikhlas untuk mencari keridhaan Allah SWT.
 “Bagi orang orang yang telah mengerjakan kewajipan agamanya dengan baik, kemudian terasa penat dan letih pada malamnya, sehingga tidak dapat mengerjakan amalan-amalan sunnah, maka Allah dan Rasul-Nya memberikan jaminan dengan ampunan sepanjang malam yang dilaluinya dengan tidur yang nyenyak”.
Inilah antara ganjaran yang akan dikurniakan kepada lelaki soleh yang berjuang  mencari nafkah dengan sungguh-sungguh.
          Tugas lain dari lelaki selain mencari nafkah adalah berjihad fisabilillah, melindungi dan membela kaum yang lemah dan tertindas dan yang tidak kalah penting adalah  memimpin dan mendidik istri dan keluarga.Mengajar dan membimbing dengan cara yang baik sehingga isteri-isteri dapat menyadari akan kekeliruan   cara hidupnya menjadi isteri yang  solehah. Membimbing isteri dengan bijaksana sehingga dia menyadari hakikat yang sebenarnya dan bersedia mengubahnya.
            Karena tulisan ini terinspirasi dari buku Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk yang ditulis oleh buya Hamka , seorang lelaki Minangkabau, penulis sengaja menyampaikan peran lelaki Minangkabau  di luar peran yang telah diberikan tuntunan oleh agama, ada peran lain yang diberikan oleh aturan adat istiadat dan budaya Minangkabau bagi lelaki dalam perjuangan hidupnya ,mulai dari kecil, dewasa hingga tua kelak ;
          Sebagai seorang anak yang tidak hanya harus berbakti kepada kedua orang tua tapi juga bertanggung jawab kepada mereka. Tanggung jawab lelaki minang sebagai seorang anak tidak hanya saat masih kecil tapi berlangsung terus menerus, bahkan ketika kedua orang tua sudah meninggal tanggung jawab tersebut tetap ada dengan mengirimkan doa, sesuai dengan ajaran agama bahwa ada tiga perkara yang amalannya terus mengalir meski yang bersangkutan telah meninggal dunia, salah satunya adalah doa dari anak-anaknya.
          Seorang lelaki minang mulai belajar segala sesuatu tentang adat dan aturan kaum dimulai ketika ia menjadi kemenakan di bawah bimbingan sang mamak ( paman ). Sebagai seorang kemenakan, lelaki minang harus patuh dan tunduk serta mengetahui seluk beluk dan aturan  adat istiadat yang ada di dalam kaumnya.
            Setelah menikah seorang lelaki Minang akan menjalani peran baru sebagai “urang sumando”. Urang Sumando berarti sebagai suami ia akan tinggal dan bermukim di rumah keluarga istrinya. Sebagai seorang Sumando lelaki minang haruslah sangat berhati-hati, karena posisinya di rumah keluarga istrinya hanyalah sebagai seorang tamu. Dalam adat minang posisi urang Sumando digambarkan sebagai “Bak abu di ateh tunggua” artinya posisinya sangatlah lemah.Namun, meskipun posisinya sangat lemah di tengah keluarga istrinya sebagai urang Sumando ia sangatlah dihormati. Untuk memanggil saja misalnya, ia tidak boleh dipanggil nama secara langsung melainkan yang dipanggil adalah gelarnya. Tinggal dan bermukim di rumah keluarga istri, saat ini telah mulai bergeser kebanyakan pasangan suami istri memilih untuk hidup mandiri tanpa menggunakan rumah keluarga istri (rumah Gadang),akan tetapi sebutan ‘ urang sumando’ tetap melekat pada lelaki yang telah menikah.
          Lelaki Minang pada saatnya tentu saja akan memasuki masa dimana ia akan menjadi seorang ayah. Sebagai seorang ayah seorang lelaki Minang harus bertanggung jawab penuh terhadap anak dan istrinya. Bertanggung jawab tidak hanya secara lahir tapi juga bathin. Bagaimana ia kemudian mengajarkan anak serta istrinya tentang kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan adat istiadat Minangkabau.
          Sebagai seorang lelaki Minang akan ada fase dimana ia akan menjadi seorang mamak. Di sini, tanggung jawabnya akan bertambah tidak hanya pada anak istri tapi juga kepada kaum dan anak dari saudara-saudara perempuannya.
          Setelah melalui semua fase di atas, bagi lelaki minang terpilih dan jika memang sanggup mereka akan menjadi penghulu/ Ninik Mamak bagi kaumnya. Di sini tugasnya akan semakin berat karena bertanggung jawab terhadap keseluruhan anggota kaumnya.
          Begitu banyak dan mulianya perjuangan dan peran seorang lelaki yang mesti dia mainkan. Jika peran itu dapat dimainkan dengan baik sesuai dengan tujuan Allah SWT menciptakan lelaki  dalam kodratNya, pastinya dia akan memperoleh predikat sebagai lelaki sejati, jadi idola dalam keluarga dan masyarakat yang pada akhirnya akan memperoleh keberkahan hidup di  dunia dan akhirat kelak .(FSY)

         


Tidak ada komentar:

Posting Komentar