Lelaki dan Berjuang
Oleh ; Febri Satria Yazid
*pemerhati sosial
“ Anak
lelaki tak boleh dihiraukan panjang , hidupnya ialah buat berjuang” ( Hamka )-
pepatah Mengkasar.
Lelaki
ialah salah satu daripada dua jenis kelamin manusia, yaitu lelaki dan perempuan.
Penggunaan istilah "lelaki" atau "Peria" dalam bahasa
Melayu adalah khusus untuk manusia.
Lelaki
dan perempuan dikarunia Allah SWT kodrat masing-masing .Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia ,Kodrat adalah kekuasaan
(Tuhan), hukum (alam), sifat bawaan atau sifat asli, misalnya kodrat lelaki
adalah membuahi perempuan sedangkan sebaliknya kodrat perempuan adalah
mengandung, melahirkan, dan menyusui bayi. Kodrat tersebut tidak bisa ditukar
antara lelaki dan perempuan karena sudah menjadi sifat bawaan masing-masing.
Banyak lagi perbedaan perilaku dan sifat berbeda antara lelaki dan perempuan
bila kita rinci dengan seksama.
Setelah mengetahui kodrat lelaki seperti uraian di atas,
kita akan hubungkan dengan pesan moral yang disampaiakan buya Hamka bahwa
lelaki tak boleh dihiraukan panjang ,
karena lelaki dihadirkan buat berjuang. Bahwa kalau perahunya telah dikayuhnya
ke tengah , dia tidak boleh surut pulang , meskipun bagaimana besar gelombang .
Biarkan kemudi patah, biarkan layar robek, itu jauh lebih mulia daripada
membalik haluan pulang. Berjuang dengan penuh kesungguhan, dengan cinta, karena
kesungguhan dan cinta bukan melemahkan hati, bukan membawa keputusasaan, bukan
menimbulkan tangis. Cinta menghidupkan pengharapan , menguatkan hati dalam
perjuangan , menghadapi onak dan duri kehidupan. Jangan sampai terlintas dalam
hati bahwa ada pula bahagia selain bahagia cinta . Akan celakalah diri dan sama
saja dengan menjatuhkan vonis kematian pada diri sendiri ( kutipan cerita
Tenggelamnya kapal Van Der Wijk) Berjuanglah
sesuai kodrat lelaki dan dalam perjuangan tersebut jadikanlah Allah SWT sebagai satu-satunya pelindung. Hasbunallah wa ni’mal wakiil Cukuplah Allah
sebagai penolong kami dan Allah SWT adalah sebaik-baik pelindung
Sebagai Kepala Keluarga dan pemimpin
dalam rumah tangga, perjuagan yang mesti dilakukan oleh Lelaki antara lain ; mencari nafkah.Tugas mencari nafkah diberatkan kepada kaum lelaki kerana kelebihan dalam
penciptaannya yang berupa kekuatan fisik dan akal fikirannya. Oleh itu lelaki
mampu untuk bekerja keras untuk mencari nafkah, memberi perlindungan dan
pertahanan kehidupan terutama kepada
keluarga, bangsa dan agamanya. Inilah sebabnya lelaki diangkat menjadi pemimpin & pelindung bagi kaum wanita. Oleh
karena itu, seorang lelaki muslim,
lelaki dan suami yang soleh, tidak akan melalaikan tugas ini. Dia wajib bekerja
dengan memaksimalkan perjuangan sesuai dengan kemampuannya. Dalam melaksanakan tugas ini,
dia haruslah meluruskan niatnya yaitu
ikhlas untuk mencari keridhaan Allah SWT.
“Bagi orang orang yang telah mengerjakan
kewajipan agamanya dengan baik, kemudian terasa penat dan letih pada malamnya,
sehingga tidak dapat mengerjakan amalan-amalan sunnah, maka Allah dan Rasul-Nya
memberikan jaminan dengan ampunan sepanjang malam yang dilaluinya dengan tidur
yang nyenyak”.
Inilah antara ganjaran
yang akan dikurniakan kepada lelaki soleh yang berjuang mencari nafkah dengan sungguh-sungguh.
Tugas lain dari lelaki selain mencari nafkah adalah berjihad fisabilillah, melindungi dan
membela kaum yang lemah dan tertindas dan yang tidak kalah penting adalah memimpin dan mendidik istri dan keluarga.Mengajar
dan membimbing dengan cara yang baik sehingga isteri-isteri dapat menyadari
akan kekeliruan cara hidupnya menjadi isteri yang solehah. Membimbing isteri dengan
bijaksana sehingga dia menyadari hakikat yang sebenarnya dan bersedia
mengubahnya.
Karena
tulisan ini terinspirasi dari buku Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk yang ditulis
oleh buya Hamka , seorang lelaki Minangkabau, penulis sengaja menyampaikan
peran lelaki Minangkabau di luar peran
yang telah diberikan tuntunan oleh agama, ada peran lain yang diberikan oleh
aturan adat istiadat dan budaya Minangkabau bagi lelaki dalam perjuangan
hidupnya ,mulai dari kecil, dewasa hingga tua kelak ;
Sebagai seorang anak yang tidak hanya harus berbakti kepada
kedua orang tua tapi juga bertanggung jawab kepada mereka. Tanggung jawab
lelaki minang sebagai seorang anak tidak hanya saat masih kecil tapi
berlangsung terus menerus, bahkan ketika kedua orang tua sudah meninggal
tanggung jawab tersebut tetap ada dengan mengirimkan doa, sesuai dengan ajaran
agama bahwa ada tiga perkara yang amalannya terus mengalir meski yang
bersangkutan telah meninggal dunia, salah satunya adalah doa dari anak-anaknya.
Seorang lelaki minang mulai belajar segala sesuatu tentang
adat dan aturan kaum dimulai ketika ia menjadi kemenakan di bawah bimbingan
sang mamak ( paman ). Sebagai seorang kemenakan, lelaki minang harus patuh dan
tunduk serta mengetahui seluk beluk dan aturan adat istiadat yang ada di dalam kaumnya.
Setelah menikah seorang lelaki Minang
akan menjalani peran baru sebagai “urang sumando”. Urang Sumando berarti
sebagai suami ia akan tinggal dan bermukim di rumah keluarga istrinya. Sebagai
seorang Sumando lelaki minang haruslah sangat berhati-hati, karena posisinya di
rumah keluarga istrinya hanyalah sebagai seorang tamu. Dalam adat minang posisi
urang Sumando digambarkan sebagai “Bak abu di ateh tunggua” artinya posisinya
sangatlah lemah.Namun, meskipun posisinya sangat lemah di tengah keluarga
istrinya sebagai urang Sumando ia sangatlah dihormati. Untuk memanggil saja
misalnya, ia tidak boleh dipanggil nama secara langsung melainkan yang
dipanggil adalah gelarnya. Tinggal dan bermukim di rumah keluarga istri, saat
ini telah mulai bergeser kebanyakan pasangan suami istri memilih untuk hidup
mandiri tanpa menggunakan rumah keluarga istri (rumah Gadang),akan tetapi
sebutan ‘ urang sumando’ tetap melekat pada lelaki yang telah menikah.
Lelaki Minang pada saatnya tentu saja akan memasuki masa
dimana ia akan menjadi seorang ayah. Sebagai seorang ayah seorang lelaki Minang
harus bertanggung jawab penuh terhadap anak dan istrinya. Bertanggung jawab
tidak hanya secara lahir tapi juga bathin. Bagaimana ia kemudian mengajarkan
anak serta istrinya tentang kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan
adat istiadat Minangkabau.
Sebagai seorang lelaki Minang akan ada fase dimana ia akan
menjadi seorang mamak. Di sini, tanggung jawabnya akan bertambah tidak hanya
pada anak istri tapi juga kepada kaum dan anak dari saudara-saudara
perempuannya.
Setelah melalui semua fase di atas, bagi lelaki minang
terpilih dan jika memang sanggup mereka akan menjadi penghulu/ Ninik Mamak bagi
kaumnya. Di sini tugasnya akan semakin berat karena bertanggung jawab terhadap
keseluruhan anggota kaumnya.
Begitu banyak dan mulianya perjuangan dan peran seorang
lelaki yang mesti dia mainkan. Jika peran itu dapat dimainkan dengan baik
sesuai dengan tujuan Allah SWT menciptakan lelaki dalam kodratNya, pastinya dia akan memperoleh
predikat sebagai lelaki sejati, jadi idola dalam keluarga dan masyarakat yang
pada akhirnya akan memperoleh keberkahan hidup di dunia dan akhirat kelak .(FSY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar