Kamis, 09 Agustus 2018

Prasangka


PRASANGKA
Oleh ; Febri Satria Yazid*
Pemerhati sosial

‘ saat pikiran tidak tenang,noda batin bisa mempengaruhi kita ‘
            Menurut KBBI , prasangka  berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian berdasar ras seseorang sebelum memiliki informasi yang relevan yang bisa dijadikan dasar penilaian tersebut. Selanjutnya prasangka juga diterapkan pada bidang lain selain ras. Pengertiannya sekarang menjadi sikap yang tidak masuk akal yang tidak terpengaruh oleh alasan rasional[1]
John E. Farley mengklasifikasikan prasangka ke dalam tiga kategori.[2]
  • Prasangka kognitif, merujuk pada apa yang dianggap benar.
  • Prasangka afektif, merujuk pada apa yang disukai dan tidak disukai.
  • Prasangka konatif, merujuk pada bagaimana kecenderungan seseorang dalam bertindak.
Apa yang dianggap benar, apa yang disukai dan kecenderungan bertindak , tanpa didukung oleh fakta yang relevan mengenai hal yang dipikirkan itulah yang memicu lahirnya segala prasangka.
            Lantas bagaimana metoda yang tepat dan benar agar kita dapat menghalau segala prasangka dan membiasakan diri mengambil keputusan setelah didukung oleh fakta-fakta tentang objek yang dibahas.,
Ada beberapa kiat ;
1.      Ingat-ingat kebaikan di masa lalu , misal pernah mengingatkan kita untuk tindakan keliru yang kita lakukan karena pedulinya kepada kita  atau pernah melakukan pengorbanan baik moril maupun material.
2.      Kurangi interaksi dengan orang-orang berpikiran buruk yang suka  menebar keburukan dan aib orang lain
3.      Klarifikasi, jangan berprasangka, tanyakan langsung kepada yang bersangkutan agar jelas dan didukung fakta.


Sebagaimana kita ketahui, bahwa berburuk sangka kepada orang lain adalah akhlak yang tercela dan dilarang dalam agama. Allah berfirman:
 Jauhilah kalian dari kebanyakan persangkaan, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa”  (QS. Al-Hujuraat: 12).
Jika telah kita pahami penjelasan di atas,  ada beberapa prasangka ;
  1. Prasangka yang diharamkan  kepada Allah dan kepada sesame manusia  tanpa bukti atau pertanda yang nyata.
  2. Prasangka  yang dibolehkan,  kepada sesama manusia yang memang dikenal penuh keraguan, sering melakukan maksiat.
  3. Prasangka  yang dianjurkan,  kepada musuh dalam suatu pertarungan. Abu Hatim Al Busti menyatakan:
 “orang yang memiliki permusuhan dan pertarungan dengan seseorang dalam masalah agama atau masalah dunia, yang hal tersebut mengancam keselamatan jiwanya, karena makar dari musuhnya. Maka ketika itu dianjurkan berprasangka buruk terhadap tipu daya dan makar musuh. Karena jika tidak, ia akan dikejutkan dengan tipu daya musuhnya sehingga bisa binasa”
  1. Prasangka yang wajib, yang dibutuhkan dalam rangka kemaslahatan syariat.
            Prasangka identik dengan pemikiran buruk terhadap sesuatu atau seseorang sebelum mengetahui kondisi yang sebenarnya. Dalam kehidupan sosial, sulit sekali bagi manusia terlepas dari prasangka-prasangka. Ini bukan hanya merugikan orang lain, tapi juga diri sendiri,mendatangkan dosa dan merusak hati.
Anas bin Malik RA berkata: Adapun Nabi SAW banyak membaca: “Wahai Dzat yang membolak balikkan hati, teguhkanlah hatiku agar ia berada di atas agamaMu.” Jelas bahwa manusia mempunyai potensi untuk mudah berubah, mudah menduga-duga ,tidak istiqomah dalam putusan ,sehingga Rasulullah SAW sampai berdoa seperti itu kepada Allah SWT.
            Tentu munculnya prasangka tidak terlepas dari cara berpikir seseorang. Menurut Khodijah dalam buku Psikologi Belajar, secara sederhana, berfikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berfikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi, berfikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item.Morgan, dkk., masih dalam buku Khodijah “Psikologi Belajar” membagi dua jenis berfikir, yaitu berfikir autistik dan berfikir langsung. Berfikir austik atau austic thinking yaitu proses berfikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi, contohnya mimpi. Sedangkan berfikir langsung atau directed thinking yaitu berfikir untuk memecahkan masalah. Selanjutnya, menurut Kartono dalam buku “Psikologi Belajar” karangan Khadijah mengemukakan bahwa terdapat enam pola berpikir, yaitu:
  • Berpikir konkret, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu.
  • Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau disempurnakan keluasannya
  • Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir mengenai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu
  • Berpikir analogis, yaitu berpikir untuk mencari hubungan antarperistiwa atas dasar kemiripannya
  • Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih kompleks disertai pembuktian-pembuktian
  • Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal dan seringkali tidak logis.
Bisa jadi akibat berpikir pendek inilah yang tanpa didukung fakta kebenaran dan tidak logis terjadinya prasangka seseorang dalam menyikapi suatu kejadian atau suatu bahasan masalah.
Pembentukan pendapat merupakan peletakan hubungan antara dua atau lebih pengertian. Pendapat tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat  dan agar terhindar dari prasangka, maka pola piker pendek sebaiknya dihindari. Berpikirlah dengan konkret, klasifikatoris, dan ilmiah , dengan demikian kita dapat terhindar dari  prasangka yang diharamkan , yaitu  kepada Allah dan  kepada sesama manusia  tanpa bukti atau pertanda yang nyata.(FSY)










































Tidak ada komentar:

Posting Komentar