Kamis, 02 November 2023

Tajamnya Pena

 

‘Tajamnya Pena’

Oleh ; Febri Satria Yazid

*Pemerhati sosial

            ‘The pen is mightier than the sword’ (pena lebih tajam daripada pedang). Demikian tulisan  sastrawan Inggris Bulwer Lytton pada tahun 1839 dalam dramanya Richelieu atau  Konspirasi yang masih populer hingga saat ini. Pena adalah alat untuk menyampaikan gagasan tanpa kekerasan agar tercipta komunikasi yang baik. Pena sebagai alatnya dan tulisan sebagai produknya, sementara otak adalah inti dari pemikiran yang dituangkan menjadi tulisan melalui perantaraan pena.

            Sebuah pemikiran yang tajam akan menghasilkan tulisan yang tajam pula. Ketajaman pena dapat digunakan untuk mengubah pandangan seseorang baik ke arah positif maupun negatif. Ketajaman pena juga dapat membunuh lawan dengan pembunuhan karakter yang akibatnya lebih berbahaya. Demikian besar dampak dari ketajaman pena dapat merubah keadaan, bisa melebihi ketajaman pedang yang dapat melukai bahkan mematikan seseorang secara fisik. Tajamnya pena jika merubah pandangan ke arah negatif, dapat melukai jiwa.   Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata jiwa memiliki arti roh manusia (yang ada di tubuh dan menyebabkan seseorang hidup. Jiwa juga diartikan sebagai seluruh kehidupan batin manusia (yang terjadi dari perasaan, pikiran, angan-angan, dan sebagainya). Bayangkan efeknya jika tajamnya pena menusuk kehidupan batin manusia.

            Tulisan yang begitu kuat dalam membangun karakter atau situasi hingga mampu mempengaruhi emosi pembaca secara mendalam, mengubah persepsi mereka terhadap karakter tersebut. Pembunuhan karakter atau perusakan reputasi adalah usaha-usaha untuk mencoreng reputasi seseorang. Tindakan ini dapat meliputi pernyataan yang melebih-lebihkan atau manipulasi fakta untuk memberikan citra yang tidak benar tentang orang yang dituju. Tajamnya pena dapat berpengaruh pada sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti seseorang.

            Pena lebih tajam dari pedang,  dalam bahasa Indonesia dimaknai sebagai sebuah nasihat untuk selalu hati-hati dalam dalam berkata-kata, karenanya ada peribahasa  'mulutmu adalah harimaumu', yang berarti bahwa perkataan bisa menjadi “senjata tajam” sehingga dapat menyakiti orang lain jika tidak dijaga yang pada akhirnya akan merugikan diri sendiri.

            Peristiwa  yang terjadi di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung Jawa Barat pada Minggu 29 Oktober 2023, membuktikan betapa tajamnya pena di media sosial yang menimbulkan percekcokan antara Admin WhatsApp Grup dan anggota WhatsApp Grup itu, keduanya terlibat perselisihan di WhatsApp Grup. Pernyataan pelaku dinilai Admin mengejek , lalu Admin bertindak dengan mengeluarkan pelaku dari grup. Pelaku tidak bisa menerima tindakan Admin tersebut, lalu pelaku menemui Admin dan menghabisi nyawanya.

            Beragam pertengkaran , bahkan tindak kriminalitas seperti contoh kasus di atas terjadi karena kurang adab dan etika dalam berkomunikasi dan  berkomentar. Adab dan etika adalah akhlak mulia dalam bentuk sikap tingkah laku, tabiat, kebiasaan dan pada intinya, adab dan etika adalah perilaku yang menunjukkan kehalusan dan kebaikan budi pekerti, kesopanan, kesantunan akhlak untuk mendidik diri sendiri agar menjadi orang yang paham aturan dan bertanggungjawab. Komunikasi dan interaksi antar manusia dalam media sosial tidak jauh berbeda dengan komunikasi dan interaksi di dunia nyata. Karena itu, etika dan adab sopan santun tetap harus diterapkan di dalam media sosial. Sisi lain yang harus dicermati penulis adalah kepastian informasi , akurasinya dan bisa dipercaya. Jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi, lebih baik tidak usah disampaikan untuk menghindari berita hoaxs.

            Kejadian-kejadian yang bermula dari ‘tajamnya pena’ yang berdampak positif bagi yang membaca goresan tinta dari pena tersebut tentu selayaknya terus kita pupuk dan bangun, akan tetapi untuk ketajaman pena yang berdampak negatif harus kita hentikan dan kita telusuri akar masalahnya. Pembekalan tentang adab dan etika berkomunikasi ini, ada baiknya sudah dimulai  sejak usia dini melalui Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) dengan pembentukan karakter anak secara utuh meliputi aspek kecerdasan, emosi, spirit dan sosial. Anak diibaratkan seperti  kertas kosong dan ‘pena’ berperan penting dalam menentukan tulisan yang hendak digoreskan . Teori ini dikemukakan oleh John Locke, mengungkapkan bahwa anak lahir ibarat sebuah 'kertas kosong' yang membutuhkan orang dewasa untuk mengisi dan mewarnainya. Drs. Sudarna dalam buku PAUD berkarakter , memaparkan identifikasi kecerdasan menurut Howard Gardner , meliputi ; 1. Linguistik yang berkaitan dengan bahasa kecerdasan ini diungkapkan dalam bentuk kata-kata. Mereka yang memiliki kecerdasan ini gemar membaca dan menulis serta memiliki kemampuan mengolah kata secara tulisan maupun tulisan.

2.  Logis matematis (nalar logika dan matematika yang berhubungan dengan kecerdasan ilmiah).

3. spacial ( ruang dan gambar) kecerdasan yang cenderung berpikir dalam gambar melalui sajian visual

4. Musikal (musik, irama dan bunyi/suara), yang memiliki kecerdasan ini peka dengan suara atau bunyi-   bunyian terutama nada dan lagu.

 5. Badani –kinestik ( badan dan gerak tubuh) orang yang memiliki kecerdasan ini memproses informasi melalui sensasi yang dirasakan pada badan.

6. In terpersonal (antar pribadi, sosial) orang yang memiliki kecerdasan ini menyukai kerja kelompok.

 7. Intrapersonal ( hal-hal yang sangat pribadi) yang memiliki kecerdasan ini memahami dirinya sendiri.

            Dengan penjelasan identifikasi kecerdasan di atas, diharapkan orang tua melakukan langkah dini dan kongkret dengan cara memelihara , merawat, membesarkan, menyantuni dan mendidik dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang dalam bahasa ‘pena’ yang tajamnya berdampak positif dalam mendidik dan mempersiapkan anak usia dini yang berkarakter sehingga pada saat anak-anak memasuki pendidikan formal di PAUD, orang tua dan guru dapat bersinergi mencetak generasi yang berilmu pengetahuan yang memiliki sifat ketuhanan yang kuat dalam keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt, memiliki akhlak dan kepribadian yang mulia, sehingga pena lebih tajam daripada pedangmenghasilkan hal positif dalam menjalani kehidupan yang damai dengan sesama.(fsy)

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar