Terbaik
Oleh ; Febri Satria Yazid
· Pemerhati sosial
‘The best will come for the best’ , yang terbaik akan datang untuk yang terbaik. Orang orang terbaik hanya mau yang terbaik, begitu ceramah dari ustadz Muhammad Nuzul Dzikri yang saya dengar pagi ini melalui video yang dikirim teman saya melalui whatsapp. Konteks ceramahnya tentang jodoh dan sesungguhnya pernyataan tersebut menurut saya juga berlaku untuk pilihan-pilihan lain dalam kehidupan ini. Jika kita memilih sesuatu yang gampang, asal-asalan, maka kelak kita akan dihadapkan kepada banyak persoalan hidup yang menyulitkan kita dalam meraih ketentraman hidup di dunia ini yang merupakan sarana untuk mempersiapkan kehidupan akhirat , karena bagaimana kita dapat beramal sholeh di dunia, jika dalam menjalani kehidupan dunia tidak ada ketenangan dan ketentraman hidup yang disebabkan oleh kecerobohan kita dalam memilih dan memilah agar diri mencapai kondisi terbaik sehingga dengan raihan kita tersebut, kita mempunyai kesempatan meraih yang terbaik juga , baik jodoh, profesi, financial dan aspek lain yang menempatkan kehidupan kita pada level terbaik.
Jika tidak dapat memenuhi kondisi terbaik , lalu kebanyakan manusia dengan mudahnya berlindung dibalik takdir kehidupan , garis hidup, menempatkan persoalan keterpaksaan dan ikhtiar manusia dalam melakukan perbuatan-perbuatannya dikaitkan dengan kekuasaan Allah. Menjadi penting untuk menarik benang merah antara ketidak maksimalan kita dalam berpikir dan bertindak dan memetakan variabel kehidupan dengan maksimal sebelum kita berkesimpulan tentang garis hidup dan takdir. Untuk sampai pada kesimpulan bahwa hal yang kita jalani /pilih adalah takdir dari Allah SWT, tentu setelah kita melakukan standard operation prosedur yang telah dibekali Allah kepada umatNya dalam kitab suci yang Dia wahyukan. Misal kita lakukan proses pengambilan keputusan dengan membuat flow chart dalam hal apapun yang hendak kita putuskan dalam kehidupan ini. Kalau akumulasi dari flow chart yang kita buat mengarah pada ‘no go’ , maka kita menarik diri dari pilihan tersebut dan mencari alternatif lain yang lebih baik. Variabel dari kondisi yang muncul, tentu sangat dipengaruhi oleh kemampuan berpikir dan menganalisa keadaan secara menyeluruh. Keterpaksaan menyebabkan seseorang kehilangan kreatifitas dan menjadi lemah ,karenanya kebebasan menjadi mutlah diperlukan agar pemikirannya tidak terbelenggu dan daya kreatifnya bisa muncul secara maksimal
Keterpaksaan ( jabariyah ) adalah sebuah ideologi dan sekte bidah di dalam akidah yang muncul pada abad ke-2 hijriah di Khurasan. Jabariyah memiliki keyakinan bahwa setiap manusia terpaksa oleh takdir tanpa memiliki pilihan dan usaha dalam perbuatannya. Tokoh utamanya adalah Ja'ad bin Dirham dan Jahm bin Shafwan. Kalau ideologi jabariyah ini dipegang secara ekstrim oleh manusia pada setiap peristiwa kehidupan yang dijalani, maka akan menimbulkan hilangnya rasa tanggungjawab manusia terhadap perbuatan yang dia lakukan . Jika semua yang akan terjadi ditentukan oleh Allah , tentu tidak perlu lagi manusia mempertanggung jawabkan segala perbuatannya. Adanya pengadilan akhirat menunjukkan bahwa manusia punya peran dalam mengambil keputusan, itu sebabnya manusia dibekali Allah akal pikiran sebagai alat untuk menimbang dan memperhatikan segala aspek sebelum menentukan pilihan. Kalau manusia sudah kehilangan rasa tanggung jawab, maka akibatnya ia akan berbuat semau-maunya sendiri, lalu berlindung dibalik garis/takdir hidupnya. Hukum, norma-norma, aturan-aturan dan semisalnya tidak ada lagi gunanya. Keberadaan manusia pun terancam karenanya.Akal pikiran dan segala perangkat kehidupan yang dianugerahkan Allah SWT kepada kita mesti kita pergunakan dengan sebaik-baiknya dalam memutuskan pilihan terbaik bagi diri sendiri, keluarga maupun masyarakat. Dan jika itu dapat kita lakukan dengan maksimal, itulah wujud syukur yang sesungguhnya, menggunakan segala pemberian Allah SWT sesuai dengan peruntukannya.
Ada baiknya kita memahami makna qadara ( qadariah ) yaitu kemampuan dan kekuatan yang diberikan kepada manusia untuk berbuat. Yang secara etimologi adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Allah. Allah SWT merancang system kehidupan dan manusia sebagai khalifatullah di bumi diberi kebebasan untuk berikhtiar dan segala tindakannya kelak akan dia pertanggungjawabkan kepada Sang Khalik ( fsy )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar