Rabu, 31 Januari 2024

Role Model

 

Role Model

Oleh ; Febri Satria Yazid

*pemerhati sosial

 

            Role model adalah panutan, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sama artinya dengan teladan yaitu “sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk di contoh (tentang kelakuan, perbuatan, sifat, dan sebagainya)”.

            Dalam ajaran Islam, Nabi Muhammad SAW merupakan role model bagi umat Islam bahkan bagi manusia di seantero dunia . Hal ini sejalan dengan arti dari Uswatun Hasanah dalam bahasa Arab yakni teladan yang baik.

            Dalam buku 100 Tokoh Paling Berpengaruh Di Dunia ,Nabi Muhammad SAW berada pada peringkat pertama, “Mungkin mengejutkan  pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain, tapi saya  berpegang pada keyakinan bahwa , dialah Nabi Muhammad SAW satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi”,  demikian penjelasan Michael H. Hart  penulis buku Seratus Tokoh paling berpengaruh di dunia ketika ditanyakan alasannya mengapa  menempatkan Nabi Muhammad SAW pada urutan nomor satu. Nabi Muhammad SAW bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin duniawi. Fakta menunjukkan, selaku kekuatan pendorong terhadap gerakan penaklukan yang dilakukan bangsa Arab, pengaruh kepemimpinan politiknya berada dalam posisi terdepan sepanjang waktu.

            Meneladani jejak orang sukses membuka akselerasi, meminimalkan risiko kegagalan, seperti mengikuti peta arah, langkah-langkah panutan kita adalah petunjuk bagi kita dalam menuju dan meraih kesuksesan. Belajar dari pengalaman panutan kita, menghemat waktu dan menginspirasi kita serta dapat melatih ketangguhan. Di setiap langkah, kita menemukan pelajaran berharga untuk membentuk takdir kita sendiri menuju sukses ( embun pagi ).

            Agar bisa berhasil dan berprestasi dalam kehidupan, kita mesti berhati-hati dalam memilih orang dalam pergaulan selain dari pola asuh orang tua dan faktor genetika. Oleh karena itu wajib hukumnya bagi orang tua  meminta kepada anak-anaknya untuk memilih lingkungan dan bergaul dengan para pemenang, yang melakukan sesuatu menuju kesuksesan dan tidak hanya sekedar bicara, agar dapat terbangun karakter yang tangguh.

            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Karakter juga bisa dipahami sebagai tabiat atau watak. Dengan demikian, orang yang berkarakter adalah orang yang mempunyai kepribadian, atau berwatak, yang mencakup kebaikan hati berupa kekuatan yang telah Allah SWT  berikan kepada kita untuk membuka hati yang keras dan menundukkan jiwa yang keras kepala.

            Orang tua adalah panutan pertama anaknya. Peran orang tua sebagai role model sangat penting karena anak-anak cenderung mengamati dan meniru perilaku orang tua mereka sejak usia dini.  Beberapa alasan mengapa orang tua dianggap sebagai role model adalah orang tua adalah figur pertama yang dikenal anak sejak lahir, menjadi model pertama bagi perilaku dan sikap. Orang tua memberikan pendidikan nilai dan etika kepada anak-anak mereka melalui contoh-contoh yang diberikan dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku orang tua dapat membentuk karakter anak-anak, membantu mereka mengembangkan sikap positif, empati, dan keterampilan sosial.

            Anak-anak belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain, menangani konflik, dan menunjukkan empati melalui observasi terhadap orang tua. Dengan tanggung jawab mereka terhadap anak-anak, orang tua  memberikan contoh tentang bagaimana menangani tanggung jawab sehari-hari. Anak-anak belajar tentang sopan santun dan etika dalam berinteraksi dengan orang lain melalui pengamatan terhadap perilaku orang tua. Menunjukkan keberanian dalam menghadapi tantangan dan ketahanan dalam mengatasi kesulitan memberikan contoh penting tentang mengatasi rintangan dalam hidup. Orang tua sering menjadi agen utama dalam memberikan pendidikan agama dan moral kepada anak-anak. Menginspirasi anak-anak untuk menghargai pendidikan dan mengembangkan keterampilan melalui dedikasi dan fokus pada pekerjaan mereka. Keterbukaan orang tua dalam menerima perbedaan, memahami, dan memberikan dukungan membantu anak-anak untuk menjadi individu yang terbuka dan penuh kasih.

            Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menyadari peran mereka sebagai role model dan berusaha untuk memberikan contoh yang positif, karena hal itu dapat memiliki dampak jangka panjang pada perkembangan anak-anak. Dari orang tua yang  menjadi panutan itu biasanya anak mengambil teladan hidupnya, sehingga dia dapat menjadi penyemangat, menjadi motivator, dan menjadi penjaga fokus bagi anak.

            Pemimpin harusnya juga menjadi teladan dan panutan, penunjuk arah, dan pemikul beban, mulai dari pemimpin keluarga, pemimpin tingkat Rukun Tetangga hingga Kepala Negara. Setiap kita adalah pemimpin, setidaknya memimpin diri kita sendiri,  atas kata yang kita ucapkan, atas perbuatan yang kita lakukan. Jika kita menyebut diri pemimpin, maka kita wajib memiliki dan menjadi teladan, setidaknya teladan dalam hal budi pekerti, cara berpikir, cara berperilaku dan bertindak, kejujuran, dan ketegasannya. Kelak di akhirat setiap pemimpin itu akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT.

            Merujuk pada arti  panutan sebagai sosok yang dihormati atau dijadikan contoh oleh orang lain, maka diperlukan  beberapa syarat umum yang mesti dipenuhi untuk seseorang menjadi panutan antar lain ; mempunyai integritas  yaitu memiliki nilai-nilai moral yang kuat dan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip etika dan kejujuran . Mampu memimpin dan menginspirasi orang lain. Menunjukkan kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat dan bertanggung jawab atas tindakan. Selanjutnya senantiasa berusaha untuk belajar dan berkembang. Menunjukkan dedikasi untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan. Mampu memahami dan merasakan perasaan orang lain. Bersedia membantu dan mendukung orang lain dalam kesulitan. Menjaga konsistensi antara kata dan tindakan Tidak bertindak secara impulsif atau tidak konsisten. Berani menghadapi tantangan dan mengambil risiko yang diperlukan. Tidak takut untuk berbicara atau bertindak sesuai dengan keyakinan yang benar. Bersedia menerima umpan balik dan kritik. Terbuka terhadap ide-ide baru dan beragam. Memberikan penghargaan dan menghormati orang lain tanpa memandang latar belakang atau status. Mampu menyampaikan gagasan dan visi dengan jelas. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan menghargai pandangan orang lain. Menunjukkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Terlibat dalam kegiatan amal atau kontribusi positif untuk kesejahteraan bersama.

            Menjadi panutan adalah suatu proses yang berkelanjutan, dan tidak ada orang yang sempurna. Namun, dengan tekad untuk terus berkembang dan memperbaiki diri, seseorang dapat membangun reputasi sebagai panutan yang positif bagi orang lain. Jelang Pemilihan Presiden Republik Indonesia, 14 Februari 2024 yang akan datang , kita berharap akan terpilih pemimpin  yang dapat menjadi panutan masyarakat dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara , memenuhi pembukaan UUD 1945 khususnya alinea ke 4 yaitu ;   Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Memajukan kesejahteraan umum. Mencerdaskan kehidupan bangsa. Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.(fsy)

 

 

Rabu, 10 Januari 2024

Ketidakpastian

 

 

Ketidakpastian

Oleh ; Febri Satria Yazid

·         Pemerhati sosial

 

Seneca, filsuf penganut filsafat stoikisme. “Kita lebih menderita dalam imajinasi kita daripada dalam kenyataan.”

Ketidakpastian adalah sebutan yang digunakan dengan berbagai cara di sejumlah bidang, termasuk filosofi, fisika, statistika, ekonomika, keuangan, asuransi, psikologi, sosiologi, teknik, dan ilmu pengetahuan informasi. Ketidakpastian berlaku pada perkiraan masa depan hingga pengukuran fisik yang sudah ada atau yang belum diketahui. (Wikipedia)

            Beberapa filsuf telah menggali konsep ketidakpastian dalam konteks berbagai bidang filsafat. Beberapa pandangan dan pemikiran filosofis mengenai ketidakpastian melibatkan pertimbangan etika, epistemologi (teori pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia), dan ontologi (Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah ontologi adalah cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat hidup).

            Pyrrho dari Elis, mengajukan bahwa pengetahuan manusia sangat terbatas dan bahwa kita seharusnya tidak membuat klaim tegas mengenai kebenaran. Mereka menekankan ketidakpastian sebagai suatu hal yang inheren (melekat, tidak dapat dipisahkan) dalam upaya manusia untuk mengetahui. Beberapa filsuf mempertanyakan bagaimana kita seharusnya bertindak dalam situasi ketidakpastian etika. Ketidakpastian etika dapat muncul dalam konteks pengambilan keputusan moral di mana konsekuensi dari tindakan tertentu mungkin tidak diketahui sepenuhnya.

            Filsuf ontologis menyoroti ketidakpastian dalam sifat dan eksistensi realitas itu sendiri. Beberapa teori filsafat, seperti teori quantum dalam fisika, menunjukkan bahwa sifat-sifat partikel dapat bersifat probabilistik dan tidak dapat diprediksi dengan pasti. Berfokus pada konsep risiko dan ketidakpastian dalam konteks keamanan dan bahaya. Filsuf mengajukan pertanyaan tentang bagaimana manusia seharusnya mengelola risiko dan ketidakpastian, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam konteks keamanan.

            Filsuf pragmatis, seperti Charles Sanders Peirce dan William James, menekankan pentingnya konsep kegunaan dan konsekuensi dalam menanggapi ketidakpastian. Mereka berpendapat bahwa kebenaran suatu klaim dapat dinilai berdasarkan konsekuensinya yang dapat diamati.

            Dalam banyak kasus, filsuf mengakui bahwa ketidakpastian adalah bagian integral dari pengalaman manusia dan pengetahuan kita. Sebagai hasilnya, berbagai aliran filsafat menyelidiki cara manusia merespons, berinteraksi, dan hidup dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian.

Ketidakpastian adalah bagian alami dari kehidupan, dan mengakui ketidakpastian dapat membantu kita membuat keputusan yang lebih baik dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan hasil.

Ketidakpastian sering kali merupakan suatu realitas yang melekat pada situasi atau keadaan tertentu. Mewujudkan ketidakpastian dapat mengacu pada pengakuan dan pemahaman bahwa tidak semua informasi atau hasil dapat diprediksi dengan pasti.

Beberapa cara untuk menghadapi atau mewujudkan ketidakpastian adalah dengan menerima bahwa terdapat batasan dalam pengetahuan kita. Tidak semua faktor atau variabel dapat diukur atau dipahami sepenuhnya. Selanjutnya, tetap terinformasi dan terus belajar tentang topik atau situasi yang relevan. Dengan memperbarui pengetahuan, kita dapat mengurangi tingkat ketidakpastian.

Kita juga perlu  melakukan analisis risiko untuk mengidentifikasi kemungkinan hasil dan dampaknya. Ini dapat membantu dalam merencanakan tindakan yang sesuai untuk mengurangi risiko atau mengelola dampak negatif. Membuat model matematis atau simulasi dapat membantu menggambarkan skenario yang berbeda dan membantu dalam memahami variasi hasil yang mungkin terjadi. Hal penting lainnya adalah ketika membuat keputusan, pertimbangkan berbagai kemungkinan hasil dan pertimbangkan langkah-langkah yang dapat diambil dalam skenario yang berbeda.

Kita juga perlu membangun fleksibilitas dalam rencana dan strategi dapat membantu dalam menyesuaikan diri dengan perubahan yang tidak terduga dan dalam situasi di mana ketidakpastian tinggi, penting untuk berkomunikasi dengan jelas. Mengakui ketidakpastian dan menyampaikan informasi yang ada dengan jelas dapat membantu melibatkan pihak terkait. Menyikapi ketidakpastian perlu dikembangkan rencana cadangan atau skenario alternatif dapat membantu dalam menghadapi ketidakpastian yang mungkin muncul. Melibatkan diri dalam refleksi dan pembelajaran dari pengalaman masa lalu dapat membantu meningkatkan kemampuan mengelola ketidakpastian di masa depan. Mewujudkan ketidakpastian bukanlah usaha untuk menghilangkan sepenuhnya ketidakpastian, tetapi lebih merupakan cara untuk mengelola dan merespons ketidakpastian tersebut dengan bijaksana.

            Menurut Dosen Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fahrudin Faiz, ada 5 seni untuk menghadapi ketidakpastian yaitu pertama, Sadar hidup terhadap pola ketuhanan (sunatullah), pada dasarnya manusia itu memang diciptakan dengan keterbatasan. Tidak semua hal bisa dilakukan oleh manusia. Kedua, Filosofi Apatheia berasal dari kata (a = tidak, pathos = menderita) yang berarti tidak menderita. Dalam penyampaiannya, Fahruddin Faiz memberi perumpamaan filosofi apatheia seperti orang yang sedang memanah. Ketika menarik busur panah diibaratkan sebagai usaha dan ikhtiar maksimal yang dilakukan. Saat membidik target ibarat kecermatan dan fokus usaha dalam mengapai tujuan. Sedangkan melepaskan anak panah diumpamakan bentuk kerelaan akan sesuatu tersebut. Entah baik atau buruk hasil yang diterima, keputusan mutlak berada di tangan Tuhan. Tugas kita hanya berusaha, tak sampai menerka apalagi berprasangka. Ketiga adalah Self Awareness (kesadaran diri) “Hidupmu hari ini adalah versi terbaik dirimu.” Kata Fahruddin Faiz dalam kegiatan Ngaji Filsafat “Filsafat Masa Depan: Seni Menghadapi Ketidakpastian”. Kesadaran diri merupakan bentuk mengidentifikasi diri sendiri, seperti karakter, emosi, bakat, kelebihan, kekurangan dan lain sebagainya. Dalam dunia Islam kita biasa mengenalnya dengan istilah muhasabah. Yakni usaha introspeksi dan koreksi sejauh mana keadaan diri kita saat ini. Maka, dengan mengetahui apa yang ada pada diri kita tentu membuat kita lebih mampu berpikir realistis dalam mengambil keputusan. Keempat adalah kontrol keinginan, terkadang banyaknya masalah disebabkan karena ketidaksesuaian dalam menentukan keinginan (tidak realistis). Mengontrol keinginan bukan berarti bersikap apatis lalu membatasi potensi, melainkan lebih dalam bersikap realistis dengan adanya tahapan yang semestinya dilalui dan terakhir adalah dikotomi kendali. Kita harus sadar jika ada dimensi yang bisa kita kendalikan dan dimensi yang tidak bisa kita kendalikan. Mayoritas dari kita masih terjebak pada sesuatu yang seharusnya memang tidak bisa dikontrol. Opini orang lain, tindakan orang lain, perasaan orang lain, hingga takdir adalah beberapa hal yang di luar kontrol kita. Hal tersebut kadang diperparah dengan mendramatisir masalah yang tengah dihadapi dan pikiran negatif yang meliat kemana-mana. Sedangkan realitanya tak demikian.

            Dikutip dari web sang penulis, Weiner menuturkan bahwa kebijaksanaan diraih salah satunya dengan berhenti sejenak. Dalam filsafat, hal tersebut sangat penting karena “berhenti sejenak” memiliki kekuatan yang sangat besar. “Setiap hari kita sempatkan berhenti sejenak, dan bertanya apakah hidup kita sudah menjalani hidup yang kita inginkan, Socrates mengatakan bahwa filsafat berawal dengan pertanyaan, dan pertanyaan diawali dengan berhenti dan berpikir untuk bertanya. Socrates juga  mengingatkan bahwa kita perlu menjaga kewarasan di tengah ketidakpastian. Selamat datang tahun 2024, kita persiapkan perencanaan terbaik di tengah persaingan dan seleksi alam yang kian ketat jika tidak ingin kita hadir sebagai pecundang dan kemudian punah ditelan masa (fsy)