Sabtu, 13 November 2021

Berfikir Segmentalism

Oleh ; Febri Satria Yazid

·         Pemerhati sosial

Segmentalism dikategorikan sebagai penyakit berpikir yang telah ada sejak adanya peradaban manusia. Hadir pada setiap waktu, dimana-mana dan sepanjang perjalanan hidup pemimpin. Begitu ada masalah , pola pikir segmentalism ini langsung muncul , menimbulkan kekisruhan akibat masing-masing pihak yang terkait melalukan aksi saling melempar masalah dan berusaha keras menghindar dari tanngungjawab dengan menuding pihak lain yang menyebabkan terjadinya kegagalan dari suatu kegiatan, dan hal ini  terjadi pada semua lini masyarakat ,mulai dari keluarga, perusahaan, maupun dalam suatu negara. Saling menyalahkan ,berfikir sektoral ,menyebabkan langkah kurang padu . Paradigma yang mesti ditingalkan,bergeser pada pola berpikir menyeluruh , tidak tersekat-sekat dan terintegrasi. Kunci utamanya adalah kejernihan berpikir dan menghindari kehiruk pikukan yang bertujuan untuk melepaskan diri dari kesalahan ,lalu menyalahkan pihak lain. Penyakit berpikir ini juga terjadi pada peristiwa sebaliknya. Jika ada keberhasilan dan pencapaian yang menggembirakan, masing-masing tampil ke depan menyatakan pencapaian tersebut atas hasil kerja keras dirinya.

          Manusia memang mempunyai satu pikiran , tetapi pikiran manusia mempunyai dua karakter yang berbeda, yang senantiasa ‘bertarung’ dalam memenangkan pilihan dan putusan dari pikiran pada setiap persoalan hidup yang dihadapi. Berpikir sektoral versus berpikir menyeluruh, merupakan contoh nyata dari pertarungan dua karakter yang mempengaruhi pikiran dalam pengambilan keputusan. Bisa jadi penyakit berpikir segmentalism ini dipicu oleh keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhan ditingkat yang lebih tinggi  yaitu  aktualisasi diri yang berada di  puncak tertinggi kebutuhan  manusia sesuai dengan teori Maslow , setelah memenuhi kebutuhan fisiologi, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan. Untuk meraih kebutuhan aktualisasi diri inilah manusia menjadi sulit untuk mau berpikir menyeluruh, sehingga elit politik berkelahi, manager menekan bahawannya dan para akademisi didempitkan cara berpikirnya oleh spesialisasi ilmu yang dikuasainya.

          Tidak mudah memang mengajak pikiran berpikir dan bertindak bahwa pencapaian dan kegagalan suatu hal disebabkan oleh adanya kontribusi dari masing-masing pihak terkait, mempunyai spirit yang sama ,saling bekerjasama, pikiran dan fisik dihadirkan , semua mengerjakan semua sesuai kapasitas dan kapabilitas yang pada akhirnya melahirkan kebahagian batin dengan maju dan makmur bersama. Dengan demikian sesama manusia yang bekerja pada disiplin ilmu berbeda akan saling bagu membahu, maju , tanpa harus saling menyalahkan  ketika ada masalah atau berebut tampil ke depan saat sukses melaksanakan suatu pekerjaan.

          Banyak manfaat yang diperoleh jika kita mampu bersinergi ‘semua mengerjakan semuanya’ , selain mengajarkan kita untuk tulus dan ikhlas, menjauhkan kita dari kesombongan atas ilmu yang kita miliki dan menjadikan kita rendah hati , saling menghormati tanpa saling menjatuhkan, sekaligus menghindarkan diri dari hiruk pikuk. Menyelesaikan setiap pekerjaan dengan penuh ketenangan  dan pikiran jernih ( FSY)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar