Selasa, 03 Agustus 2021

Kata-kata dan Intonasi

Oleh ; Febri Satria Yazid

·         Pemerhati sosial

 

Menurut Wikipedia ; Kata atau ayat[1] Kata merupakan satuan bahasa yang mempunyai arti atau satu pengertian. Dalam bahasa Indonesia kata adalah satuan bahasa terkecil yang mengisi salah satu fungsi sintaksis (subjek, predikat, objek, atau keterangan) dalam suatu kalimat.Kata "kata" dalam bahasa Melayu dan Indonesia diambil dari bahasa Ngapak kathā. Dalam bahasa Sanskerta, kathā sebenarnya bermakna "konversasi", "bahasa", "cerita" atau "dongeng".[3] Dalam bahasa Melayu dan Indonesia terjadi penyempitan arti semantis menjadi "kata".

Sedangkan Intonasi adalah ; Variasi nada yang menyertai unsur segmental dalam kalimat disebut intonasi. tinggi, yang kemudian dapat membedakan maksud dari suatu kalimat. Kamus Bahasa Indonesia menyebutkan , intonasi adalah lagu kalimat, naik-turun suara, panjang-pendeknya ketika berbicara atau membaca.

 

                Dalam tahun 2021 ini, saya sangat tidak produktif dalam menuangkan pemikiran dan gagasan melalui tulisan. Itulah keunikan menulis, terkadang dalam waktu singkat kita mampu menulis , mengalir dengan cepat menjadi suatu rangkaian tulisan / artikel.  Bisa jadi , karena mesti ada peristiwa yang memicu ide yang layak untuk diulas, bisa kita alami sendiri yang menyentuh perasaan atau bisa juga terjadi di lingkungan sekitar atau hasil dari bincang-bincang dengan orang melalui telepon atau sarana komunikasi lainnya. Seperti judul di atas ; ‘ Kata-kata dan Intonasi ‘, saya peroleh dari diskusi dengan senior Stefano Fan ( saya biasanya memanggil uda Siang ) yang saat ini berdomisili di Australia. Ada pernyataannya bahwa, ‘Masaalah intonasi lebih gampang dimengerti, tetapi kata-kata yang  kurang pantas akan tetap mempunyai arti yg sama”. Uda Siang melanjutkan ceritanya ;Febri, saya  pernah ke Temple-nya Kong hu cu dikota Qufu di provinsi  Shandong.Kong hu cu ini   sekitar Abad ke lima  sebelum masehi. Tepatnya tahun 551 BC-479 BC, sebelum ada agama-agama yang ada saat kini. Saya berbincang-bincang  dengan  pengurus disitu karena ada yang bisa berbahasa Inggris. Saya bertanya apakah  kong hu cu as Religion ? Jawaban mereka , ini  bukan sebagai Organized Religion. Ini lebih kepada Rules for thinking (aturan untuk berfikir}. Living that focus on love and humanity.               Dalam hidup Focus pada cinta dan kemanusiaan . Respect for Elders (Menghormati yang tua ). Self discipline (disiplin pribadi). Menjadi pokok-pokok  pikiran di Cina, Jepang, Korea dan Vietnam.Dan sangat cocok dengan ajaran-ajaran  banyak agama.“What you do not wish for yourself. Do not do to others”

Kalau menurut saya  lebih kepada Philosophy kehidupan , da Siang menutup penjelasannya , lalu saya tanggapi ; ‘ betul da Siang , sejak ada peradaban manusia,agama dalam konteks menyembah sudah dilakukan manusia,karenanya Nabi Ibrahim telah ajarkan tentang katauhidan menyembah pencipta alam semesta. Bagaimana nilai-nilai cinta dan kemanusiaan, saling menghormati, disiplin pribadi dan lain-lain diatur sedemikian rupa agar kedamaian hidup dapat diperoleh.

Keteraturan hidup, itulah pokok-pokok  pikiran ,tentu cocok dengan ajaran-ajaran banyak agama karena sesungguhnya bermuara pada sumber yang sama yaitu dari  Pencipta Alam semesta

 

                Diskusi sempat berkembang pada masalah peranan filosofi dalam menata hubungan sosial dalam masyarakat , terutama dalam bertutur kata dengan memperhatikan intonasi yang pada akhirnya bermuara pada etika kehidupan. Muatan kebencian dalam setiap perbincangan membuat perdebatan dan perbedaan pemikiran menjadi tidak elegant dan berujung pada caci maki, jauh dari filsafat-filsafat yang mereka baca tentang etika dan moral. Sering kita melihat dalam tayangan perdebatan , terjadi saling bentak membentak dengan intonasi seenaknya tanpa dapat saling  menghargai. Terlalu naif memang , menyaksikan yang muda belia, menghardik,menunjuk-nunjuk yang jauh lebih tua darinya hanya untuk menunjukkan kepada publik bahwa dia adalah generasi muda yang lebih cerdas, pengguna akal sehat , lalu dengan arogan menyatakan orang lain  dungu ( QS surat Al-Qalam ayat 10-11 ; Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah , dan suka menghina, suka mencela, yang kian kemari menyebarkan fitnah).  Menggiring perdebatan pada politik identitas yang pada akhirnya dapat menjadi ancaman terjadinya disintegrasi Bangsa. Sesungguhnya bukan itu tujuan reformasi yang diperjuangkan pada tahun 1998 dan sebelum kita kebablasan terlalu jauh, over dalam bersikap, kita kembali kepada ‘khittah’ filosofi tentang kehidupan yang bermoral , penuh cinta kasih yang menuntun pikiran untuk berpegang pada rules for thinking .

Filosofi hidup adalah pandangan terkait dengan makna hidup atau hal yang menjadi landasan dalam kehidupan kita  dalam berbuat. Apa yang tidak kita inginkan untuk diri kita sendiri, jangan lakukan pada orang lain. ( FSY )

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar