Manusia Membingungkan
Oleh ; Febri Satria Yazid
*Pemerhati sosial
Ketika Dalai Lama pemimpin
spiritual Tibet ditanya tentang hal yang paling membingungkan di dunia ini, menjawab ; “ Manusia “, karena
dia mengorbankan kesehatannya hanya demi uang, lalu dia mengorbankan uangnya
demi kesehatan. Manusia juga sangat kuatir akan masa depannya, sampai dia tidak
menikmati masa kini. Saat hidup , manusia seakan-akan tidak akan mati , lalu
dia mati tanpa benar benar menimati ap
aitu hidup.
Manusia
merupakan makhluk hidup ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang
tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan,
perkembangan, mati, dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi dengan alam
dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik positif maupun negatif.
Dalam berperilaku, manusia ada yang
terbuka ,dimana perilaku dapat diamati secara langsung melalui pancaindera dan
ada yang berperilaku tertutup yang tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku
komunikasi merupakan bagian dari perilaku sosial. Perilaku komunikasi pada
individu dipahami sebagai fungsi interaksi atas masukan dari situasi sosial dan
karakteristik individual. Situasi sosial yang dimaksud adalah segala sesuatu
yang dapat mempengaruhi perilaku individu yang bersifat eksternal dan lebih
diartikan sebagai faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu atau
disebut dengan faktor lingkungan. Faktor lingkungan dalam klasifikasinya dapat
dibagi menjadi dua bagian, lingkugan fisik dan lingkungan sosial.
Dengan
segala fungsi dan potensi yang dimiliki, manusia diberi otoritas lebih oleh
Pencipta alam semesta untuk mengelola dan berperan dalam menjaga kesinambungan
antar makhluk. Uniknya meski diberi peran sebagaimana dijelaskan di atas pada
diri manusia itu sendiri terdapat banyak hal yang mesti mereka hadapi dan atasi
dalam dirinya sendiri. Dalam diri manusia terdapat banyak sub personalitas yang
bertarung sepanjang masa kehidupannya dalam rangka menguasai dirinya dan subpersonalitas
yang menjadi pemenang ,itulah yang menguasai dirinya dan karena pemenang silih
berganti, perilaku manusia dapat berubah-ubah , sangat tergantung sub personalitas
yang mendominasi. Kalau dalam ajaran Islam diperingatkan “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada
segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak,
maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR.
Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Segala macam seluk beluk,
unsur-unsur, kebudayaan yang dihasilkan dalam kehidupan manusia , dipelajari dalam
ilmu Antropologi. Studi antropologi psikologis terkait fenomena psikologis
dengan menggunakan istilah karakter tidak terlalu diminati oleh para peneliti,
sementara yang paling sering muncul dalam penelitian adalah istilah
kepribadian,. Kedua istilah tersebut masih mengarah kepada kondisi psikologis
manusia dimana karakter dapat disamakan dengan istilah kepribadian dan dapat
dikatakan bahwa karakter tergambar dari kepribadian individu. Dalam memahami
fenomena karakter dalam suatu masyarakat individu harus melihat dari sudut
pandang antropologi psikologis. Proses membentuk dan mengembangkan karakter
suatu masyarakat berfokus pada perkembangan dan kondisi psikologis dari manusia
yang hidup dalam masyarakat tersebut serta pengalaman individu dan lingkungan
sosial menjadi sebuah rangkaian proses yang berkontribusi kepada pembentukan karakter
itu sendiri Terbentuknya karakter masyarakat berada dalam konteks kebudayaan
suatu masyarakat dapat membetuk pula kepribadian tetapi sangat bergantung
kepada proses pembelajaran dalam perilaku individu yang mendukung kebudayaan
tersebut. Faktor yang mempengaruhi pandangan antropologi dari sudut pandang
antropologi psikologis adalah individu dapat memilih kebudayaan sendiri saat
dimensi psikologisnya sesuai dengan kebudayaan tersebut.
Mengenai pendekatan sistem
dalam antropologi psikologis, yaitu perilaku individu sebagai masalah sosial
yang bersumber dari sistem sosial. Individu dapat menjadi atau berperilaku
buruk/jelek apabila masuk ke dalam lingkungan masyarakat yang buruk pula. Pada
umumnya masyarakat yang mengalami gejala disorganisasi sosial, norma dan nilai
sosial menjadi lemah, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya berbagai bentuk
penyimpangan perilaku. Penyimpangan tingkah laku atau pelanggaran terhadap
norma-norma yang ada disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor pribadi,
faktor keluarga yang merupakan lingkungan utama, maupun faktor lingkungan
sekitar yang secara potensial dapat membentuk perilaku individu.
Dalam kasus krisis
identitas yang dialami individu tidak hanya berdampak psikologis, tetapi juga
berpengaruh dalam perilaku sosial mereka. Akibatnya, muncul hambatan-hambatan
dalam melakukan hubungan sosial sehingga umumnya dalam melakukan hubungan
sosial secara lebih luas, individu akan sulit membuat dirinya membaur ke dalam
struktur sosial yang ada dalam masyarakat. Pendekatan tersebut sering disebut
sebagai pendekatan biopsikososial, yaitu suatu konsep yang menjelaskan bahwa
terdapat interaksi antara kondisi biologis, psikologis, dan sosial untuk
memahami penyakit dan proses sakit yang dialami oleh individu. Kondisi sakit
tidak disebabkan oleh faktor biologis saja, melainkan juga faktor psikologis
dan lingkungan sosial yang ada disekitar individu seperti keluarga dan kelompok
masyarakat ( dari Wikipedia bahasa
Indonesia ).
Disiplin ilmu lainnya yang
mempejari gejala-gejala dalam masyarakat yang didasarkan pada pemikiran yang
bersifat rasional dan ilmiah adalah ilmu Sosiologi yang meneliti dan mencari apa yang menjadi
prinsip atau hukum-hukum umum dari interaksi antar manusia dan juga perihal
sifat hakekat, bentuk, isi dan struktur masyarakat.
Semakin dalam sumur digali,
semakin bening yang didapati, begitu juga dengan manusia , semakin digali ilmu
tentang manusia , bahkan dari sorot mata, kita bisa melihat keadaan hati ,
meski dihadapan kita seseorang itu mengelurakan banyak ekspresi, sehingga
dengan berbagai ilmu dan pengalaman kehidupan yang dipelajari dan dilihat ,kita
bisa memahami kenapa manusia dalam mengangguk dia menggeleng, menggunting dalam
lipatan, tidak istiqomah dan banyak perilaku lainnya yang membingungkan selain yang disampaikan
Dalai Lama di awal tulisan di atas. Tidak mudah bagi manusia dalam menaklukkan
diri sendiri agar berperilaku tidak membingungkan sesama, karena dikatakan
bahwa jihad yang paling berat itu adalah menaklukan diri sendiri.(FSY)