Jumat, 21 Juni 2019

Sengsara Berujung Nikmat






Sengsara Berujung Nikmat
Oleh ; Febri Satria Yazid
Inspirasi kehidupan
                Tak putus-putusnya ibu Husnul  memanjatkan do’a  ‘Ya Tuhanku,tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik  pemberi  tempat’ (QS 23 ; 29) . Do’a inilah yang mampu membangkitkan dirinya dari kehancuran lahir batin yang dialaminya, peristiwa yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan terjadi bahkan ketika terjadipun ,dia tidak percaya sampai harus kabur dari lingkungan yang sebelumnya sangat dia banggakan ,dalam gelapnya malam , dalam lusuhnya raga dan dalam remuknya kalbu , berpakaian seadanya , berbekal uang hanya puluhan  ribu, dan yang lebih menyesakkan batinnya, dia tak tahu mesti kemana , ketika langkahnya terhenti di terminal bus antar kota antar propinsi di bagian barat Ibu kota. Ibu Husnul duduk di kursi tempat penumpang menunggu keberangkatan , membuka catatan kecil yang berisi nama-nama saudaranya disertai nomor telepon. Matanya terhenti ketika membaca nama Hakim ,anak kakak ibu Husnul yang berada di kota Kembang. Dia yakinkan diri bahwa inilah tempat yang tepat  untuk dia tuju, meski dulu dia pernah  membuat pernyataan yang menyudutkan Hakim , saat ada konflik antara dia dan ibunya Hakim. Dia yakin Hakim orang yang mampu memilah permasalahan, sehingga keputusannya sudah bulat untuk meluncur ke kota tempat Hakim bermukim . Ada kendala,  uang yang tersisa di dompetnya tidak mencukupi untuk ongkos bus ke kota tujuan. Ibu Husnul tidak kehabisan akal, dia menyapa bapak yang juga hendak menuju kota kembang dan menyampaikan keadaan yang dia alami dan mohon bantuannya untuk menambah kekurangan uangnya untuk ongkos dan untuk meyakinkan bapak tersebut, ibu Husnul minta tolong hubungi Hakim ke nomor telepon yang dia berikan. Ibu Husnul lega setelah pembicaraan telepon tersebut, Hakim membenarkan bahwa dia adalah tantenya dan berterimakasih atas kesediaan bapak tersebut mengatasi kesulitan yang Ibu Husnul alami. Tak lama berangkatlah bus meninggalkan terminal dan mendekati dinihari sampailah bu Husnul di terminal kota Kembang. Hakim telah menanti, mengucapkan terima kasih kepada bapak Rahman yang telah membantu ibu Husnul dan mengembalikan uangnya  yang terpakai . Hakim  kaget melihat penampilan bu Husnul yang biasanya rapi , tiba-tiba lusuh dan lemah. Dalam perjalanan menuju rumah , Hakim mengajak bu Husnul mampir ke resto karena  bu Husnul belum makan sejak kabur dari rumah anak angkatnya .
                Beberapa hari menjelang datangnya bulan suci Ramadhan, ibu Husnul ,mengkilas balik perjalanan hidupnya terutama dalam rentang waktu tiga tahun terakhir,saat dia terlepas dari gelapnya kehidupan justru di saat dia semestinya menjalani usia tuanya dengan penuh ketenangan. Rasa syukur yang dalam, betapa tidak setelah bertahun-tahun hidup seperti dalam sangkar , tersandera oleh anak angkat dan cucunya. Kelak setelah ibu Husnul berpulang ke Rahmatullah pada hari pertama menunaikan ibadah  puasa tahun ini,apa yang sesungguhnya terjadi terungkap lewat catatan hariannya yang sangat lengkap, sangat mengharukan .
                Sebenarnya dengan pensiun yang ibu Husnul terima, dia dapat jalani kehidupan dalam taraf mapan, seperti yang dia rasakan dalam tiga tahun terakhir. Sebelumnya saat tinggal bersama anak angkat dan cucu-cucunya, ibu Husnul alami nasib tragis. Uang pensiunnya dikuasai anak angkat, sementara untuk makan, untuk gunakan air dan fasilitas lain di rumah itu, ibu Husnul dikekang dan diperlakukan kasar setiap hari, seperti sampah tak berguna,sungguh sangat ironis, penghasilannya dirampas anak cucu, selama bertahun tahun. Tidak hanya itu, bantuan keuangan dari saudara-saudaranya  untuk ibu Husnul juga dikuasai anak cucunya.
                Bisa dibayangkan tekanan batin dan betapa hancurnya perasaan ibu Husnul dalam menjalani hari-harinya. Ada yang lebih tragis, rumah ibu Husnul yang dia peroleh dengan susah payah ketika dia masih mengabdikan diri sebagai pendidik ,beberapa tahun silam diagunkan ke Bank sebagai jaminan ketika anaknya memerlukan dana , dalam perjalanannya kredit macet sehingga rumah ibu Husnul disita. Sejak itulah ibu Husnul tinggal  dengan anak angkatnya berpindah pindah rumah kontrakan  dan belakangan suami anak angkatnyapun pergi meninggalkan mereka. Sudah jatuh tertimpa tangga ,lengkap sudah kejadian yang mesti ibu Husnul lalui.
                Entah pemikran apa yang telah merasuk jiwa anak dan cucu angkat ibu Husnul , bisa tega memperlakukannya dengan biadab.
                Seminggu sebelum datangnya bulan Ramadhan 1440 H tahun 2019 ini, ibu Husnul sakit , dari hasil pemeriksaan dokter , tensinya tinggi dan dalam proses pengobatan itu , satu hari sebelum bulan puasa tiba, ibu Husnul pingsan tak sadar diri dan dibawa ke Rumah Sakit terdekat dari rumah Hakim. Hanya dua hari semalam di rumah sakit, ibu Husnul menghembuskan nafas terakhir .
                Selamat jalan ibu Husnul menemui Sang Pencipta, kezoliman anak cucu-mu  biarlah menjadi urusannya kelak denganNya.Kami yakin perjalanan kehidupan ibu Husnul dalam tiga tahun terakhir telah mengobat luka bathin bertahun-tahunnya bersama anak cucu yang telah membalas segala kebaikkannya dengan kejahatan dan kekerasan fisik, karena rasa takut yang menghantui anak angkatnya dan cucunya, meski dikabari bahwa ibu Husnul meninggal dunia, tak satupun dari  mereka yang berani datang melepas almarhumah ke tempat peristirahatan terakhir.
                Terimakasih  ibu Husnul ,telah ajarkan kami tentang kejamnya kehidupan dan telah beri kesempatan kepada kami untuk melakukan kebaikan pada ibu Husnul sebagai wujud penghormatan kepada orang tua , pada sesama mahluk ciptaan Allah SWT. Semoga arwah ibu Husnul tenang di alam barzakh. ( FSY)