Minggu, 10 Januari 2021

 

ALASAN

Oleh ; Febri Satria Yazid

*pemerhati sosial

 

Dalam keseharian, sering kita mendengar orang menggunakan kata ‘alasan’ ,apabila seseorang menjawab atau menjelaskan sesuatu kepada orang lain dan menurut orang itu jawaban yang diberikan tidak mendasar atau tidak masuk akal , bukan hal yang sebenarnya , padahal sesungguhnya alasan menurut catatan di Wikipedia adalah proses penyampaian kesimpulan dari data. Alasan terdiri atas bukti (data), tuntutan (kesimpulan), dan pemikiran yang membenarkan gerakan dari data menuju kesimpulan  atau menurut kamus besar bahasa Indonesia alasan adalah dasar bukti (keterangan) yang dipakai untuk menguatkan pendapat (sangkalan, perkiraan, dan sebagainya). Dari pemahaman tersebut jelas bahwa jika seseorang menyampaikan sesuatu jawaban atau argumentasi tentang sesuatu hal yang dipertanyakan tanpa memenuhi unsur-unsur berupa bukti ( data ) ,pemikiran yang menguatkan keterangan , tidaklah dapat dikategorikan sebagai alasan seseorang melakukan suatu perbuatan. Dengan penjelasan ini diharapkan kita dapat menempatkan makna sesungguhnya dari maksud kata alasan.

Termasuk untuk hidup, kita perlu memiliki alasan ,karena kalau tanpa alasan kita akan rapuh dan tidak mampu bertahan dalam menghadapi seleksi alam,  seperti disampaikan oleh Victor Emile Frankl, “Dia yang memiliki alasan untuk hidup akan bisa bertahan dalam hampir semua keadaan”.  Boleh jadi kerapuhan yang dialami masyarakat saat ini dalam menghadapi wabah virus, yang menyebabkan mereka panik,cemas dan ketakutan disebabkan oleh mereka tidak paham dengan alasan untuk apa manusia dihadirkan ke atas dunia ini. Kemampuan bertahan jadi turun, imunitas drop, apalagi dengan terlalu banyaknya berita simpang siur di tengah pandemi corona , yang disajikan oleh banyak pihak sesuai dengan kepentingan masing-masing . Dalam situasi begini, dengan alasan yang kuat untuk hidup  dan mengelola pikiran dengan baik, kita akan mampu bersikap positif dalam menghadapi wabah corona dengan baik. Seperti yang disampaikan oleh Ibnu Sina , ahli  pengobatan modern bahwa “ kegelisahan adalah separuh dari penyakit dan ketenangan adalah separuh dari kesembuhan “.        

Pertanyaan mendasar agar alasan hidup  bisa dipahami dan dapat menguatkan diri  adalah mengapa kita hidup  dan  kenapa kita ada ?.  Jawaban dari pertanyaan tersebut menurut ajaran yang kita yakini adalah firmanNya ,”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”(QS 51;56). Demikian juga alasan kenapa Allah SWT menciptakan manusia hidup berpasangan . “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. ( QS. Al-Hujuraat: 13).

Jika kita telah mampu memahami jawaban mengapa kita hidup dan kenapa kita ada, maka untuk aspek kehidupan yang kita jalani, apapun itu mesti diikuti  oleh alasan yang jelas ,yang menguatkan diri sehingga apapun dampak yang terjadi kita mampu bertahan. Kapasitas , kapabilitas dan wawasan yang kita miliki memegang peranan yang sangat penting ,karena di dalam diri kita terdiri dari “banyak diri” dan masing-masing mempunyai perasaan-perasaan , emosi dan filosofinya sendiri. “Banyak diri” inilah yang senantiasa bertarung dalam diri kita ,ada sang pelindung,sang penyayang ,sang pendorong,sang perfeksionis,sang ego, sang pengendali, sang penyenang dan sebagainya. Unsur-unsur inilah yang menentukan alasan dan mengiring pemikiran kita yang menjadi alasan kita bertindak  dalam memilih suatu perbuatan , seperti memilih pasangan, karir, atau memilih cara. Semua terjadi karena suatu alasan dan bukan suatu kejadian kebetulan saja. Ketika suatu kepribadian mengendalikan kita untuk kesenangan kita , sering membuat kita melakukan hal-hal yang membuat orang lain belum tentu bahagia. Pikiran bawah sadar menjaga pikiran sadar ,maksudnya ketika kita memiliki memori yang tidak menyenangkan ,agar pikiran sadar tidak mengingat terus, maka pikiran bawah sadar akan menutup akses pikiran sadar, sehingga kita tidak mengingat . Pikiran bawah sadar akan menilainya sebagai sebuah ancaman dan akan melindungi kita agar menghindari situasi tersebut. Walaupun kita mengalami kejadian yang menyakitkan,tetapi kita mampu menilai dengan perasaan positif, maka pikiran bawah sadar akan mengarahkan hidup kita semakin positif dan bahagia.

Mengetahui alasan mengapa kita hidup, kenapa kita ada,  mengapa kita bertindak seperti itu, adalah penting sehingga kita tidak sesat  ,sesuai peringatan Allah SWT ,”Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan”(QS 6;116). Petunjuk untuk dapat menjalani kehidupan dengan damai, tentram lahir dan batin telah diturunkan Allah SWT sebagai suatu kelengkapan bagi manusia hidup di dunia ketika Allah memutuskan menghadirkan manusia sebagai khalifatullah, tinggal kita pelajari,pahami dan laksanakan dengan hoolistik , tidak parsial hanya untuk hal-hal yang menguntungkan diri sendiri, tetapi menyeluruh untuk kebaikan sesama  (FSY)