Sabtu, 22 Februari 2020

Mendidik Pikiran dan Hati


Mendidik Pikiran dan Hati
Oleh : Febri Satria Yazid *
pemerhati sosial

‘ educating the mind without educating the heart is not education at all ‘ ( Aristoteles ).
            Otak merupakan anugerah kehidupan dari Yang Maha Kuasa dan sebagai wujud rasa syukur atas anugerah ini ,maka kita mesti mempergunakan otak tersebut sesuai dengan peruntukkannya. Otak mesti penuh ,diisi dengan berbagai informasi  dari berbagai sumber agar kreativitas bisa jalan dengan sendirinya.
          Mendidik pikiran mesti sejalan dengan mendidik hati, dan itu dimulai dari ruang lingkup keluarga,bagaimana orangtua yang meski tidak berpendidikan tinggi mampu menorehkan ‘tulisan’ pada ‘kertas putih kosong’ mengisi dengan menanamkan nilai-nilai kebaikan dan kemanusian . Jika anak tidak pintar di kelas atau berperilaku kurang baik, tentu orang tua-nya lah yang paling layak disalahkan.
          Mendidik hati, dimulai dengan memberi pemahaman tentang hakekat kehidupan. Hati itu aqidah. Kita tidak mungkin punya keyakinan dalam aqidah jika dimulai dengan mendidik pikiran ( logika) . Baru setelah dasar aqidah kita kuat ,karena hati telah terdidik, Allah SWT  memerintahkan umatNya untuk menggunakan pikiran dalam segala tindakan kehidupannya. Bidang akademis harus dikuasai , otak harus cerdas, hati harus penyayang, peduli lingkungan dan memiliki empati. Pendidikan Hati selain dari lingkungan keluarga, juga diperoleh dari pengajar, melalui penghargaan  dengan memberikan contoh tentang nilai komitmen dengan cara datang tepat waktu, mengapresiasi setiap pencapaian yang dilakukan siswa meskipun pencapaiannya masih jauh dibawah nilai mutu. Memberikan nilai-nilai tentang pentingnya kejujuran dengan menindak tegas dan memberi sangsi tegas saat anak didiknya berlaku curang , karena kelak perilaku curang akan membuat anak didik tumbuh kelak menjadi manusia yang tanpa rasa  bersalah  ketika menikung temannya, melakukan sogok menyogok, dan tindak korupsi.
          Menyeimbangkan pendidikan hati ( Iman dan taqwa ) dengan pendidikan pikiran
 ( ilmu pengetahuan dan teknologi ) sangatlah penting agar kedua unsur ini dapat bersinergi dengan baik dan  maksimal diberikan oleh orang tua kepada anaknya dan pengajar kepada anak didiknya. bahwa manusia dianjurkan untuk melintasi bumi dan langit, dan melakukan itu manusia harus memiliki kekuatan,  baik kekuatan keilmuan (Iptek) maupun kekuatan keimanan (Imtaq) sungguh jelas maksudnya bahwa kedua komponen ini tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan demi mencapai kesejahteraan manusia dunia dan akhirat.
‘Imtaq' ( hasil dari pendidikan  hati )  dan 'Iptek’ ( hasil pendidikan pikiran ), dua akronim yang memperkaya khasanah bahasa Indonesia kontemporer, merupakan istilah yang pertama kali disampaikan oleh almarhum Prof Dr BJ Habibie. Prinsip yang dibalut dalam kedua singkatan tersebut, hingga kini menjadi ideologi Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Alm Prof Dr BJ Habibie tidak hanya mencetuskan tentang istilah ‘ imtaq dan iptek ‘ tetapi merupakan sosok yang telah mewujudkan kedua pendidikan ini dalam kehidupannya, yang dapat diteladani oleh generasi milineal bangsa kita saat ini dalam menghadapi kehidupan dunia yang kian  tanpa batas karena kian berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di awal tahun 2020 Perdana Menteri Malaysia Dr Mahatir Muhammad menyampaikan ide sistim pendidikan ,mengkaji perubahan agar kelak  anak didik menjadi anak-anak yang produktif, religius, menguasai sains dan teknologi. Nelson Mandela mengatakan pendidikan adalah senjata ampuh yang bisa digunakan untuk mengubah dunia. Jepang menyadari hal tersebut dan agar dapat turut serta dalam mengubah dunia , Jepang menyadari pentingnya pengajar ( guru ) bagi kebangkitan suatu bangsa ( setelah Hirosima dan Nagasaki dibom ) dengan melakukan kebijakan menempatkan profesi guru sebagai profesi yang dihargai tinggi oleh pemerintah dalam system penggajian.
Indonesia tentu perlu melakukan terobosan seperti yang saat ini sedang dipersiapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim,melalui kebijakan baru . Semoga dengan kebijkan baru , anak didik yang mempunyai kemampuan akademis baik akan berlomba-lomba memilih kuliah di Perguruan Tinggi yang berorientasi  mencetak mereka sebagai pendidik hati dan pendidik pikiran yang berkualitas (FSY)